Satu hal yang paling aku senangi ketika dulu masih sering begadang di warung 24 jam ataupun angkringan-angkringan yang tersebar di seluruh penjuru Jogja adalah mendengarkan dan terkadang ikut melontarkan isu-isu yang disentilkan setiap pengunjungnya. Mereka dan saya, para pengunjung itu, sembari menyeruput minuman panas ditemani sepiring gorengan dan berbungkus-bungkus rokok mulai ngudar rasa, mengungkapkan tentang apapun yang memang ingin diungkapkan, terutama ya isu-isu tadi.
Isunya bisa tentang apa saja!
Terkadang tentang sumur angker di halaman belakang rumah Bu Jumari yang katanya sering mengeluarkan asap putih menjelang tengah malam, tentang tetangga baru, janda cantik dari Jakarta yang katanya bisa dibawa, sepakbola dan judi bola, bahkan sampai ke urusan carut-marutnya penyelenggaraan negara yang berpusat di Jakarta sana.
Wah, kalau sudah gitu itu bisa bener-bener gayeng, menyenangkan!
Terlebih kalau isunya menyangkut yang terakhir saya katakan, tentang negara. Orang-orang yang datang dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pensiunan, tukang becak hingga petugas kebersihan kota itu bisa bener-bener serius dan berapi-api bolehnya bicara dan menanggapi.
“Wohhh lha kamu itu apa ndak tahu bahwa sebenarnya menteri itu adalah teman main kelerengnya anggota dpr yang itu?”
Atau misalnya lagi “Hmmm… lha itu.. orang fraksi itu kemarin waktu ke Jogja naik becak saya minta dianterin ke SG jhe! Trus saya bilang SG sudah tutup adanya sarkem!” dan sebagainya-dan sebagainya…
Kalau sudah begitu, kami bisa sampai lupa waktu dan tiba-tiba terdengar adzan di mesjid pertanda subuh tiba dan pagi pun merekah merah.
Lalu kami berangsur-angsur kembali pulang ke tempat kami masing-masing sambil sebentar-sebentar masih membayangkan dan merenungkan obrolan kami tadi sampai betul-betul hilang tertelan arus kehidupan yang menantang di depan.
Beredarnya rumor tentang rencana penindaklanjutan secara hukum DPR terhadap Slank karena lagu “Gossip Jalanan” membuat saya bernostalgia tentang debat atau boleh dibilang ajang tukar-menukar gosip jalanan seperti yang saya utarakan di atas.
Pikiran pertama yang muncul dalam benak setelah membaca berita itu sebenarnya adalah simple, apa iya “gosip jalanan” yang memang beredar bahkan terkadang dalam ungkapan yang lebih kasar ketimbang yang dinyanyikan Slank itu akan diangkat oleh lembaga perwakilan rakyat sebagai sesuatu yang harus ditanggapi secara serius?
Lha wong cuma suara rakyat jelata saja kok dipermasalahkan tho?
Ini kan malah menjadi satu preseden yang lucu dan menarik.. karena nggak sampai semalam berita itu berlalu, Tunggonono, tokoh idola saya yang akhir-akhir ini saya simpan karena ternyata sudah terlalu banyak cara pengungkapan melalui tokoh ketiga seperti dia di seantero blogosphere, pun bisa berkomentar “Mereka itu lucu ya Bos! Kalau rakyat nggosip soal harga minyak yang makin tinggi malah terkesan didiamkan saja tapi ini gosip soal gituan aja kok bolehnya nanggapi serius amat?”
Ya, tapi untunglah sehari kemudian Gayuus Lumbuun, Wakil ketua Badan Kehormatan (BK) menyatakan bahwa pada akhirnya DPR tidak akan menuntut Slank terkait dengan kasus di atas.
Meski saya sendiri masih berpikir kira-kira apa yang membuat dia menyatakan hal tersebut, jika ditilik sehari sebelumnya ia begitu berapi-api untuk menindaklanjuti kasus Slank ini?
Apa betul karena telaah yang jauh yang menyatakan bahwa memang tak seharusnya meributkan sesuatu yang sebenarnya hanyalah isu atau gosip jalanan yang biasa diutarakan di warung-warung 24 jam seperti itu?
Atau justru karena sorotan media yang begitu tajam terhadap kasus tertangkapnya AN, seorang anggota DPR di Ritz Carlton semalam oleh Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) yang seolah-olah justru semangkin menguatkan kebenaran gosip yang sebenarnya hanya jalanan dan murahan itu?
Nggosip itu emang menyenangkan ya Don hehehehe! Btw Pak SBY marah2 keren deh, gue jadi keinget dulu guru gue marah2 di kelas.. *gosip yang gak penting* :D
Maklum, negeri ini masih lagi mengidap penyakit was-was (jangan-jangan akut!). Khawatir ini, khawatir itu.
Ada dokter yang bisa menyembuhkan? Masa 2008 masih percaya dukun!
hemm, saya sampe jenuh dengan berita – berita itu.
sepertinya sedikit lagi aakan jadi apatis …