Aturan baru segera diterapkan di New South Wales, salah satu negara bagian di Australia tempatku tinggal, terkait dengan disiplin berlalu lintas. Tajuknya menarik, Go Together! Mengacu pada kebersamaan dalam memakai jalan, pengendara kendaraan bermesin, pengayuh sepeda dan pejalan kaki.
Pengemudi, Pengayuh Sepeda, Pejalan Kaki
Jadi mulai 1 Maret 2016 nanti, setiap kendaraan bermesin yang hendak menyalip sepeda harus memberi jarak minimal 1 meter pada saat maksimum kecepatan 60km per jam.
Kalau kendaraan bergerak di atas 60km per jam, jarak minimal adalah 1.5 meter.
Aturan ini tak berhenti di sini. Jarak satu meter juga harus diterapkan oleh pengayuh sepeda saat hendak menyalip pejalan kaki.
Detail aturan-aturan terkait Go Together bisa disimak di sini.
Aturan ini diadakan/diperbaharui mengingat tingginya rata-rata jumlah pengayuh sepeda yang meninggal dunia karena kecelakaan yaitu 11 orang per tahun dengan 1500 luka-luka hanya khusus di negara bagian New South Wales. (Salah satu rekan kerjaku adalah korban meninggal pada awal 2014 silam).
Go Your Hand Off It
Sebelum kampanye Go Together, penduduk Australia juga disibukkan dengan aturan baru tentang larangan menggunakan mobile phone saat mengemudi. Tajuk kampanyenya Get Your Hand Off It. Lagi-lagi aturan itu diawali dengan riset berdasarkan pengalaman bahwa telah terjadi 236 kecelakaan selama periode 2010 – 2014 yang melibatkan pengendara yang mengoperasikan mobile phone saat nyetir.
Pertanyaannya sekarang, seberapa efektif sih aturan-aturan itu dilaksanakan??Tidak ada angka statistik yang kudapatkan, tapi dari pengalaman sehari-hari yang tentu tak bisa diambil sebagai kesimpulan, satu-dua orang toh masih ada yang tetap kekeuh megang mobile phone sambil nyetir.
Terutama saat lampu merah, ada pengendara yang masih bermain mobile phone. Atau bahkan aku pernah melihat ada orang yang nyetir sambil menelpon dengan mengangkat mobile phone-nya tinggi-tinggi.
Efektifkah?
Loh, berarti nggak efektif dong? Padahal ini kan Australia, negara maju??Ya, semaju-majunya negara, selama masih dihuni manusia, kelemahan itu tentu ada. Apalagi dengan jumlah penduduk yang melesat tak sebanding dengan jumlah polisi yang mengawasi.
Tapi setidaknya, aturan itu ada dan setiap pelanggaran yang tertangkap mata oleh petugas maupun kamera, akan ditindak sesuai dengan aturan-aturan tersebut.
Berbicara mengenai pelanggaran aturan, aku punya cerita yang lumayan menyeramkan.
Hari Jumat minggu lalu sekitar pukul sembilan malam, anak seorang kawan di sisi barat kota Sydney mengalami kecelakaan bersama dua orang temannya.
Jadi ceritanya setelah mereka memarkir mobil (ketiganya berusia 20 tahunan) mereka hendak menyeberang jalan menuju ke sebuah restaurant untuk dinner.
Seperti kebanyakan di sini, mereka dengan patuh menunggu lampu pedestrian menyala hijau. Di sini orang tak boleh menyeberang sembarangan, kami harus berada di zebra cross, menunggu sampai lampu pedestrian yang merah menjadi hijau tanda kami diperbolehkan jalan.
Tapi nahas, saat lampu hijau, mereka jalan tiba-tiba ada sebuah mobil yang tak berhenti meski lampu traffic light sudah merah. Ketiganya terpental.
Beruntung anak kawanku tadi hanya luka-luka saja. Seorang yang lain agak sedikit lebih parah keadaannya sedangkan kawan yang satunya lagi, seorang perempuan, meninggal dunia di rumah sakit, dua hari setelah kejadian.
Tentu ini menyedihkan sekali terutama menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat.?Apa salah ketiga orang tadi? Mereka sudah patuh terhadap aturan tapi seorang lain yang mengendarai kendaraan tak mematuhi dan terjadilah kecelakaan itu.
Tak kupungkiri banyak orang di Australia yang meletakkan diri pada peraturan dan percaya pada orang lain yang juga akan menaati aturan tersebut.
Tapi dalam hal-hal yang nahas seperti dialami anak kawanku tadi, tentu kita harus belajar bersama bahwa sebaik-baiknya aturan, setinggi-tingginya acceptance level kita dan sesama di sekitar kita terhadap aturan, kita harus tetap mengutamakan naluri alamiah/nature?
0 Komentar