Beberapa kawan bertanya padaku ada apa kok tiba-tiba aku menulis status di Facebook dua hari silam seperti di bawah ini.
?Kenapa kamu berhenti??
?Kamu di-phk??
?Kamu diberhentikan??
Tidak.
Jani begidi? eh jadi begini…
Seperti kutulis di ?Risalah yang tertunda? beberapa jam silam, hari Jumat lalu aku mendapatkan tawaran pekerjaan di perusahaan baru.
Setelah berpikir secara mendalam pada akhir pekan silam, hari Senin akhirnya aku memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan itu.
Tapi karena satu dan lain hal yang tak bisa kuceritakan di sini, aku memutuskan untuk tak mengundurkan diri hari itu. Kupilih hari selasa.
Selasa siang, sekitar jam 12:30 waktu Sydney, aku menghadap manajerku. Dalam meeting yang tak lebih dari lima menit panjangnya itu, aku mengutarakan bahwa aku mendapatkan tawaran pekerjaan yang baru.
?Congratulation, Man!? Ujar manajerku ringan.
?Thanks??
?Jadi kapan kamu mulai kerja di perusahaan baru??
?Awal Mei?
?Kamu diterima di perusahaan apa? Dimana??
Nah, di sini masalahnya.
Aku mendapatkan pekerjaan dari sebuah perusahan profesional services agency di bidang integrasi IT platform yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh perusahaan telco raksasa ternama di Australia.
Dengan kata lain, aku akan bekerja untuk anak perusahaan yang merupakan rival dari perusahaanku sebelumnya.
Aku beruntung tidak ada aturan di kantorku yang mengharuskan aku menghindar bekerja di kompetitor dalam jangka waktu tertentu setelah keluar dari situ.
Namun demikian, karyawan yang mengundurkan diri karena bekerja di perusahaan kompetitor, kebanyakan akan diberi gardening leave.
Gardening Leave
Nah, apakah gardening leave itu?
Gardening leave adalah jenis cuti yang diberikan perusahaan kepada mereka yang mengundurkan diri karena mendapatkan pekerjaan dari kompetitor.
Lho, sudah mengundurkan diri tapi masih diberi cuti?
Proses pengunduran diri di sini tidak bisa langsung putus. Ada yang namanya notice period dimana setelah kita resmi mundur kita masih harus diwajibkan masuk kerja untuk menyelesaikan hal-hal yang belum selesai termasuk proses handover kepada orang yang ditunjuk untuk mengganti kita.
Panjang notice period biasanya bermacam-macam. Ada yang tiga bulan, enam bulan tapi aku, sesuai kontrak yang kutandatangani dulu, notice period-ku adalah empat minggu.
Nah, karena mendapatkan gardening leave, aku diberikan cuti selama empat minggu hingga aku masuk kerja untuk pertama kali di perusahaan baru nanti.
Apakah gardening leave itu berarti dipecat?
Tentu tidak. Kita tetap digaji secara penuh (malah jika masih punya jatah cuti, kita akan diberi tambahan uang untuk mengkonversi jatah cuti yang tak terambil itu).
Lalu kenapa perusahaan memberikan gardening leave?
Orang yang diberi gardening leave sepertiku, diambil semua hak aksesnya seketika itu juga mulai dari ID card, business card, credit card, hingga laptop dan mobile phone yang diberi perusahaan.
Hal ini untuk mencegah kemungkinan orang-orang yang bekerja di kompetitor mengambil informasi rahasia perusahaan secara ilegal.
Pengambilan informasi rahasia itu bisa melalui mengakses lalu meng-kopi file-file penting dan rahasia, memotret dokumen dan situasi kantor yang tak boleh dirilis hingga mendengarkan hasil rapat/meeting.
Apa nggak sungkan dengan perusahaan kalo kamu dapat kerja di kompetitor lantas menikmati gardening leave?
O well?. Rasa sungkan dan rasa-rasa subyektif itu sudah seharusnya disembunyikan jauh-jauh ketika berurusan dengan profesionalisme.
Dunia kerja itu dunia yang berlindung pada hukum dan peraturan supaya semuanya berjalan lancar. Jadi, selama tak melanggar hukum, ia tidak berada di ranah sungkan-tak sungkan lagi, tapi ada di ranah boleh-tidak boleh.
Jadi?
Ada banyak kawan yang menyelamatiku (dapat pekerjaan baru dengan paket gaji yang lebih baik, masih dapat gardening leave pula) termasuk bosku sendiri.
Sesaat setelah ia memberi tahu bahwa aku diberi gardening leave dan harus meninggalkan kantor saat itu juga, aku minta waktu 10 menit untuk menutup laptopku, memasukkan ke tas, salaman dengan semua rekan kerja lalu pergi.
Aku diantar bosku hingga ke pintu utama kantor. Ia menyalamiku sekali lagi, ?Good luck, Man! I envy you!?
Aku menyambut tangannya, kami berjabat tangan erat, menyerahkan ID cardku lalu pergi begitu saja.
Nikmat mana lagi yang sanggup kudustakan?
Selamet mas Don