Gak ada makan siang gratis, Kawan…

1 Feb 2023 | Cetusan

Sekitar dua minggu lalu, lini masa salah satu akun social mediaku didominasi dengan begitu banyak orang yang terhenyak atas kabar bahwa beberapa perusahaan IT kelas dunia memberhentikan ribuan karyawan karena kegoncangan ekonomi global dengan cara yang menurut mereka “tidak manusiawi.”

Salah satu dari perusahaan itu konon memberhentikan karyawan hanya melalui email singkat yang menjelaskan berakhirnya masa kerja, tanpa basa basi busuk (ba-bi-bu)!

Aku mencoba menyelami apa yang para karyawan itu rasakan dan barangkali yang disesali adalah bahwa selama ini mereka telah berkontribusi begitu banyak pada perusahaan, bahwa selama ini mereka terlena dalam buaian kata-kata mejik seperti, “We’re family”, “Kemajuan perusahaan ada di tangan kita!”  atau “Anggap saja ini adalah rumah kedua kamu”, bahwa selama ini mereka larut dalam nama besar dan  fasilitas-fasilitas yang diberikan lalu semua harus terhenti begitu mendadak, begitu saja…

Apa yang bisa kita pelajari dari sini?

GAK ADA MAKAN SIANG GRATIS!

Dunia bisnis adalah dunia yang menempatkan uang dan keuntungan sebagai prioritas. Apapun dilakukan pengusaha termasuk jika untuk itu dia harus pura-pura tampak tidak mengutamakan keuntungan dan keuangan! Mereka tak malu-malu menyaru jadi malaikat yang banyak memberi fasilitas dan kenyamanan. 

Jadi mulai sekarang, ketika kamu diberi makan siang gratis, sadarlah bahwa itu bukan karena mereka menggratiskan makanan tapi lebih supaya hatimu senang dan loyalitas naik terhadap perusahaan karena makanan! Orang yang bekerja dengan hati gembira dan ikut merasa memiliki perusahaan bukankah orang yang akan memberi hasil lebih maksimal?

Atau ketika kamu diberi fasilitas kantor yang megah, laptop canggih dan tablet terbaru dan iphone terkini dan segala macamnya, itu semua supaya kamu lebih merasa bangga lagi dan hasilnya lebih optmal karena, “Kan sudah diberi fasilitas canggih, kurang apa lagi? Ayo dong hasilnya harus lebih baik lagi bulan depan ya!”

Kawan, semua ada perhitungannya dan sayangnya perhitungan itu landasannya adalah uang.

CINTAI PEKERJAAN, BUKAN PERUSAHAAN

Bekerja adalah cinta yang mengejawantah kata Kahlil Gibran yang disuarakan Katon Bagaskara dalam Salamku Sahabat. Tapi Kahlil tidak menulis anjuran supaya kita  melibatkan cinta kepada perusahaan.

Setinggi-tingginya posisi kamu, kalau kamu belum menerima saham utuh dan tanpa syarat, kamu bukanlah pemilik perusahaan! Cintailah pekerjaan yang kamu lakukan sebagai wujud mencintai talenta yang Tuhan berikan dan sarana untuk menjemput rejeki dariNya. 

Untuk perusahaan, cukup kita hargai saja. Hargai perusahaan setinggi mereka menggaji kita! Tak lebih dan tak kurang!

JANGAN BURU-BURU BILANG “STOP JADI BURUH! BUKA PERUSAHAAN SENDIRI?!”

Diberhentikan dari perusahaan bukan otomatis menjadi tanda bahwa kamu harus jadi pengusaha. Tidak ada yang salah kok jadi buruh atau pekerja selama kita tahu apa yang kita miliki, kemampuan dan apa yang harus kita kerjakan dan berapa kita digaji untuk mengganti ongkos waktu yang terbuang dan hasil yang kita berikan! Move on aja dan cari pekerjaan lain.

Tapi kalau memang akhirnya kamu memutuskan jadi pengusaha ya… Selamat! Pastikan bahwa keputusan kamu itu lahir bukan karena dendam dan benci pada perusahaan yang menggaji kamu sebelumnya karena sesuatu yang dimulai dengan benci… biasanya.. biasanya gak berakhir dengan baik, kan?

THEY’RE NOT OUR FAMILY!

Jangan tergiur dengan spanduk-spanduk yang dibentangkan para pegawai yang berlibur atas biaya kantor entah ke Bali, Singapore atau Kapadokia, “We’re family!” 

Prek! Bull! Ndobos!
Mereka bukan keluarga kalian! Mereka adalah sesama pegawai yang diikat oleh perusahaan dalam ikatan palsu ‘seolah keluarga’ demi soliditas dalam bekerja dan keuntungan yang lebih optimal!

Untuk menguatkan hal ini, ijinkan aku bercerita pengalamanku ngobrol dengan kawan dekatku akhir tahun lalu.

Kawanku ini sudah kukenal sejak kami sama-sama SMA. Saat ini ia menduduki posisi yang sangat tinggi dalam perusahaan IT nasional d i Indonesia. Singkat kata, dalam percakapan sampailah kami di persimpangan yang menarik berikut ini…

“Tapi aku jadi nggak punya waktu uintuk keluargaku, Don! Pulang malam jam 10, anak-anak udah tidur, istri udah capek… aku tinggal mandi lalu check email bentar dan tidur!’

“Hah! Masih check email?” tanyaku!

“Iya, aku harus memastikan semua OK sebelum tidur dan saat bangun tidur!”

“Hmmm… kamu bahagia dengan hidup kayak gitu? Dan… keluargamu juga bahagia?”

Ia mengangguk! “Aku udah sepakat dengan istriku. Dia mengurus rumah dan keluarga supaya aku bisa fokus dan memprioritaskan kerja!”

Aku tak menyanggah karena ia tidak dalam posisi meminta pendapat dan aku menghargai keputusan hidupnya itu. Tapi sejujurnya ada unek-unek yang hendak kusampaikan dan semoga yang bersangkutan membaca tulisanku ini…

Begini, Kawan…
Setinggi dan serendah apapun posisi kamu di perusahaan, ketika kamu nanti mati, perusahaan tentu akan merasa kehilangan.

Mereka akan mengirim rangkaian bunga dan perwakilan untuk datang melayat sambil menyerahkan sumbangan kepada keluargamu serta hak yang mungkin belum terbayarkan karena kamu keburu meninggal…

Tapi di saat yang sama atau tak terlalu lama setelah itu, pihak HRD akan segera memasang iklan lowongan mencari penggantimu dan… demi sejuta topan badai… anak-anak dan istrimu tak akan semudah itu melupakanmu.

Mereka butuh waktu,
mereka butuh kekuatan untuk bisa berdiri lagi dan melanjutkan hidup sambil menggenggam erat-erat kenangan akan dirimu sepanjang hidup mereka…

Kenapa? Karena merekalah sejatinya keluargamu!

Sebarluaskan!

4 Komentar

  1. Wow….benar .aku setuju…dengan “pekerjaan anda” Karena ITU talentabyg Tuhan beri.
    Thank you Don..atas sharing nya

    Balas
  2. Ijin share kakak senior

    Balas
  3. “Bekerja adalah cinta yang mengejawantah kata Kahlil Gibran yang disuarakan Katon Bagaskara dalam Salamku Sahabat. Tapi Kahlil tidak menulis anjuran supaya kita melibatkan cinta kepada perusahaan.”
    Iki bukannya di lagu Hey Mas?

    Balas
    • Wo iya bener hahaha… Makasih koreksinya…

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.