Kita bisa membantu orang-orang di masa depan untuk menentukan pilihan dalam mengenang bagaimana kita hidup di masa kini.
Seminggu lalu, aku dan istri menemani anak-anakku, Odilia dan Elodia, pergi ke Australian National Botanic Garden di sekitaran Mt Annan, sejam kira-kira jauhnya dari rumah tempatku tinggal.
Di sana digelar acara Jurassic Garden, sebuah acara yang sebenarnya banyak bicara tentang science, arkeologi untuk anak-anak.
Namanya juga anak-anak, kemasannya bukan sesuatu yang serius tapi lebih ke hal-hal yang fancy dan practical seperti misalnya ada stand praktek bagaimana sebuah kapal bisa mengapung di air dan bukannya tenggelam, bagaimana seekor kelelawar hidup dan seberapa jauh daya jelajah terbang mereka dalam semalam. Ada juga aksi dinosaurus yang berkeliling menghibur (dan menakut-nakuti karena memang ada yang beneran takut hahaha) anak-anak.
Tapi bagiku tak ada yang lebih menarik ketimbang stand fosil.
Di stand tersebut dipajang sebuah fosil berusia 65 ribu tahun yang berasal dari sebuah dasaran sungai yang dulu kala adalah dasar laut karena di fosil tersebut terdapat repihan fosil ikan laut yang hidup waktu itu. Tapi selain itu, hal menarik dari stand paling menarik ini adalah kita boleh membuat fosil sesuka hati kita asal membayar $5.
Sebenarnya harga segitu cukup mahal mengingat fosil yang kita buat yang bermodalkan selempeng tanah liat lalu dicap dinosaurus, tanam-tanaman, buah, pasir dan daun seperti tampak pada gambar di bawah ini:
Begitu selesai kita lantas harus mengeringkan fosil itu hingga kering lalu terserah kita, mau disimpan, atau mau dibuang meski sayang kalau memang harus demikian.
Aku lantas berpikir dan berandai-andai?
Katakanlah dunia ini masih ada dan mampu bertahan hingga enam puluh lima juta tahun ke depan dan manusia masih juga sanggup bertahan dari kepunahan lalu ada seorang menggali tanah tempat kumenguburkan fosil itu dan menemukannya, apa yang akan ada dalam pikirannya?
Mungkinkah mereka berpikir, enam puluh lima juta tahun silam yaitu tahun 2016, di daerah yang dulu bernama Australia telah pernah hidup dinosaurus mini seukuran daun dan buah dan buktinya adalah fosil tersebut!
Atau mungkin juga manusia jaman itu telah mampu merekam jejak pikir orang yang memuat barang temuan. Jadi kubayangkan alatnya seperti sebuah microwave, fosil-fosilanku itu lalu dimasukkan ke dalamnya dan diputar, tak lama kemudian hasil analisa muncul. Orang itu lantas dengan mudah tahu bahwa itu bukan fosil beneran. Itu hanya fosil-fosilan yang ditanam orang yang dulu ketika hidup bernama Donny Verdian.
Dari permenungan itu, aku berpikir juga bagaimana kalau fosil yang kulihat di stand fosil dan dibilang berumur enam puluh lima juta tahun silam itu sebenarnya juga fosil-fosilan hasil dari sebuah stand fosil yang kurang lebih sama dengan yang kudapati minggu lalu tapi pada peradaban yang berbeda, enam puluh lima juta tahun silam?
Bagaimana kalau sebenarnya fosil itu dulunya hanyalah tanah liat ditempeli ikan-ikanan lalu dijual ke anak-anak dan ditanam oleh ayahnya sepertiku menanam fosil minggu kemarin?
Padahal kita sudah terlanjur berpikir bahwa berdasarkan, salah satunya, penemuan fosil itu maka kita percaya bahwa dataran Australia ini dulu adalah sebuah dasaran laut purba?
Lalu orang-orang yang dulu menanam fosil-fosilan enam puluh lima juta tahun itu pun sekarang tertawa terpingkal-pingkal di akhirat sana melihat kita terkagum-kagum dengan apa yang kita temukan saat ini?
Dengan perhitungan bahwa akhirat itupun ada dan hidup kekal itu nyata lho!?
Tak tahu juga!
Bagus acaranya buat anak-anak dan orang dewasa juga.