• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Film asing dan hak hiburan bagi kita

21 Februari 2011 24 Komentar

Apa akibat dari ditariknya film-film asing di seluruh bioskop di Indonesia?
Berikut ini ‘awang-awangku’!

  1. Negara yang seharusnya menjadi lebih kaya karena ketentuan bea tarif masuk atas hak distribusi film impor malah tak jadi kaya karena mereka, Motion Picture Assosiation (MPA), buru-buru menarik film-filmnya masuk ke Tanah Air. Bahkan, kalau sampai berlarut-larut tak kunjung ditemukan solusi yang mengenakkan kedua belah pihak, bisa-bisa akan banyak bioskop gulung tikar, perputaran uang lantas mengecil dan naga-naganya, negara juga yang dirugikan.
  2. Industri film nasional akan mendapat angin untuk meningkatkan kuantitas dan semoga… eh emang masih ada gitu yang optimis bahwa kualitas mereka akan naik pula?
  3. Tapi yang jelas, terlepas kalian percaya atau tidak tentang peningkatan kualitas film anak negeri, satu hal yang hampir bisa dipastikan adalah kualitas hidup insan perfilman tanah air meningkat. Mereka yang selama ini tersisih dari gegap-gempita akan kebanjiran order dan itu pertanda fulus mereka semakin banyak.
  4. Harapanku, dengan semakin bersinarnya dunia per-film-an tanah air karena tidak adanya film Hollywood berkeliaran adalah jatuhnya pamor sinetron. Tapi ya belum tentu juga sih kalau para pemain dan sutradara sinetron yang koplo-koplo itu ramai-ramai bermigrasi ke film ya sami mawon karena mereka akan membikin film yang sudah banyak koplo menjadi lebih koplo lagi!
  5. Kalau para pelaku film nasional masih konsentrasi ke trend, sepertinya film-film bertema horor yang dibumbui pamer lipatan dada dan paha nan seksi para pemainnya akan semakin menjadi-jadi.
  6. Yang kutakutkan, gedung-gedung bioskop akan menjadi angker bukan karena penonton yang menyurut karena film Hollywood menghilang, tapi justru karena terlalu banyak mempertontonkan adegan hantu-hantu jadian khas Indonesia yang otomatis bisa ‘mengundang’ kehadiran hantu-hantu betulan untuk juga ikut nonton di dalam gedung.
  7. Jumlah lapangan badminton dan basket serta ahaaa.. futsal akan meningkat karena pemilik gedung bioskop melihat bisnis penyewaan lapangan olahraga begitu lebih menggiurkan. Satu-satunya kendala hanya bagaimana mengubah image olahraga tersebut dengan kaitan banyaknya kasus kematian mendadak para penggemarnya akibat angin duduk a.k.a serangan jantung.
  8. Tak hanya insan perfilman lokal, para pembajak karya cipta juga akan bisa semakin memperlebar lapak jualannya. Permintaan rakyat akan keping DVD film asing bajakan semakin meningkat. Otomatis tukang parkir penjaga lapak, penjaga keamanan sekitar lapak hingga tukang antar makan siang si penjual DVD bajakan pun akan tambah bayarannya… dan tambah juga turun moralitasnya karena pembajakan…
  9. Nah yang paling kasian adalah pecinta film AS. Mereka akan mengalami masa disorientasi, antara harus menelan pil pahit kenyataan atau tak usah ke bioskop dan nyalakan tv! Oh no, jangan! Karena di sana ada hantu yang lebih menyeramkan berlabel SINETRON… so, matikan tv dan tak perlu ke bioskop.. larilah ke gunung dan lupakan semuanya…
  10. Pecinta film AS yang berduit akan tertabalkan sebagai orang yang sangat kaya ditinjau dari sudut pandang efisiensi karena untuk menonton film-film terbaru hollywood saja harus berpesiar hingga ke Singapore jauhnya!

Jangan dianggap terlalu serius tulisan ini meski jangan pula menganggap enteng tentang ancaman ‘masa kegelapan’ terhadap hak hiburan ‘bermutu’ atas diri kita.
So… good luck, Indonesia!

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan, Indonesia Ditag dengan:bioskop

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. zee mengatakan

    21 Februari 2011 pada 9:04 pm

    Wkakakaka… Waaahhh itu yang kasus kematian mendadak pasti merujuk pd artis yg baru2 ini berpulang.
    Aku gak yakin kualitas perfilman akan meningkat, walopun secara kuantitas ya iya. Semakin banyak orang yg berbondong2 ingin jd bintang film, mau tak mau akan menimbulkan persaingan tak sehat. Apa yg terjadi berikutnya? Akan ada penemuan mayat. :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:09 am

      Ah, kalimatmu yang terakhir itu menyeramkan, Zee :)

      Balas
  2. Rudy Azhar mengatakan

    22 Februari 2011 pada 4:02 am

    Kita lihat saja nanti apa bener film-film AS bakal tidak diputar lagi di bioskop Indonesia…. Pasti banyak yang protes. (termasuk saya kalee…) :P

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:09 am

      Hehehehe, kalo nggak diputer ya siap2 di lapak bajakan, Bro :)

      Balas
  3. Riris E mengatakan

    22 Februari 2011 pada 1:39 pm

    Semoga lekas mendapat jalan keluar yang mengenakkan kedua belah pihak ya?
    karena, meskipun aku gak doyan nonton, sedih juga kalau membayangkan bioskop2 itu gulung tikar.
    sedih juga kalau banyak gedung bioskop jadi digentayangi film koplo dan hantu..(tak terbayangkan)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:10 am

      Harusnya ada jalan keluar… uang! :)

      Balas
  4. Aris FM mengatakan

    22 Februari 2011 pada 7:20 pm

    Aku sih gak terlalu mikirin, selain gak pernah ke 21 di torrent juga masih menyediakan jutaan film holywood :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:12 am

      Hehehehe.. mental bajakan :)

      Balas
  5. iza mengatakan

    23 Februari 2011 pada 3:36 am

    wis sesekali memblokir produk amerika…indonesia merupakan potensi pasar yg besar buat income film2 hollywood…pasti mereka jg akan mengalami penurunan penghasilan…jd gak usah kuatir cepat atau lambat saya yakin film2 hollywood akan masuk ke indonesia lagi…dan pajak2nya dikelola utk perkembangan film2 nasional yg lebih bermutu…

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:12 am

      Amin, meski agak skeptis dengan kalimat terakhirnya, Mas :)

      Balas
  6. yoyon mengatakan

    23 Februari 2011 pada 11:34 am

    yang terpenting adalah meningkatkan kualitas film anak negeri kita,,salam persahabatan,,langsung ke TKP ya,,ke http://yoyon12.wordpress.com

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:13 am

      TKP = Tanda Kartu Penduduk? :)

      Balas
  7. imadewira mengatakan

    23 Februari 2011 pada 3:15 pm

    Gimana ya, walaupun belakangan ini saya juga jarang ke bioskop, tapi rasanya kok kebijakan pemerintah ini kurang pas.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:14 am

      Betul, Bli…

      Balas
  8. sawali tuhuseya mengatakan

    24 Februari 2011 pada 3:20 am

    sineas kita seharusnya juga berkaca pada produk2 sinema dalam negeri, mas don. ditariknya film impor seharusnya bisa memacu mereka utk melahirkan film2 berkelas, bukan mengekploitasi hantu dan adegan buka2an. jangan2 malah makin ancur!

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:15 am

      Hmmm.. semoga kita masih punya harapan untuk itu, Pak Sawali..

      Balas
  9. Yessi mengatakan

    24 Februari 2011 pada 6:43 pm

    walupun ng salatiga iki ra ono bioskop dan walupun aku jarang byianget nonton bioskop, aku ra setuju yen film hollywood kui ga boleh tayang…
    cen owk kebijakan e aneh-aneh…mbok ya ngurusin liane sik sing luwih urgent….pajak e yo do dipangan karo koruptor owk..

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:16 am

      Hehehe… jadi mending korupsi yo? trus nontonnya ke Macau atau Singapore :)

      Balas
  10. Sungkowoastro mengatakan

    24 Februari 2011 pada 8:52 pm

    Keputusan pemerintah yang diadakan guna menghilangkan film impor di layar bioskop RI, perlu dibarengi dengan pembinaan para sineas RI agar membuat film bernilai hollywood, dan yang lebih dari itu adalah lebih mengetatkan gerakan lolos sensor film berkualitas.
    Salam kekerabatan.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:19 am

      Setuju, Pak!

      Balas
  11. edratna mengatakan

    25 Februari 2011 pada 11:28 am

    Ah embuh Don…mendingan baca aja deh….
    Dan memimpikan cerita dalam buku itu…
    (yang udah lama tak sempat nonton ke bioskop)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      27 Februari 2011 pada 10:25 am

      Heheheh betul, Bu… buku sepertinya lebih legendaris ya :)

      Balas
  12. Ann mengatakan

    27 Februari 2011 pada 3:21 pm

    Kalau pajak film ditambah, tiket bioskop juga naik. Kalau film MPA tidak boleh beredar lagi, DVD bajakan harganya naik.
    Sepertinya aku ikut saran untuk lari ke gunung

    Balas
  13. alpon mengatakan

    2 Maret 2011 pada 2:44 pm

    mangkat golek nang mataram wae… luwih update film2’e

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT