Farisi zaman now dan kedegilan hati kita

17 Jan 2018 | Kabar Baik

Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
(Markus 3:5)

Yesus marah!
Kedegilan hati orang-orang Farisilah penyebabnya.

Degil hati adalah keras hati. Orang-orang itu dianggap degil karena tak memiliki kepekaan atas hal terbaik yang seharusnya bisa dilakukan terhadap sesama meskipun hari itu adalah Hari Sabat, hari dimana ada beberapa hal yang tak boleh dilakukan termasuk menyembuhkan/menolong orang sakit.

Kedegilan hati terjadi karena mereka menempatkan diri sebagai sosok yang harus diperhatikan, dimuliakan, dianggap yang paling benar dan dipentingkan. Padahal sebagai orang yang mengaku mendalami agama, mereka seharusnya bisa merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menjadi pelayan bagi sesama.

Kedegilan hati bisa juga terjadi di masa kini karena kaum Farisi zaman old telah bertransformasi menjelma menjadi Farisi-Farisi zaman now.

Seorang kawan bercerita, di pelosok kota tak jauh dari tempatnya tinggal ada seorang wanita yang belum terlalu tua menderita sakit keras. Ia hidup di bawah jembatan dan tak mendapatkan pertolongan. Suaminya memang sudah mati tapi orang tua dan saudara kandungnya masih ada.

Kenapa mereka tak membantu, usut punya usut karena wanita itu pindah agama. Sebelum menikah ia ke gereja, tapi setelah menerima pinangan calon suami, ia mengikuti agama suaminya.

Ketidaksetujuan kita terhadap konsep berpindah keyakinan adalah hal yang sah-sah saja. Tapi ketika kita lantas menggunakan konsep itu sebagai pertimbangan untuk tidak membantu seorang yang menderita apalagi ia adalah kerabat kita sendiri adalah bukti kuat bahwa kita telah menjelma menjadi Farisi zaman now yang berhati degil!

Bagi orang tua dan saudara kandung si wanita itu, penyakit yang ia derita termasuk kematian suami yang terhitung masih muda adalah tanda bahwa Tuhan marah karena keputusannya berpindah agama. Tapi mari kita berpikir, apa iya Tuhan tega mengutuk umatNya dan marah hingga semenderita itu hanya karena berpindah agama?

Membaca Kabar Baik hari ini dan merenungkannya, yang kutakutkan justru sebaliknya, Ia justru marah melihat hati yang degil yang masih saja terus-menerus terjadi dua ribu tahun setelah menyatakan kemarahanNya terhadap Farisi?

Sydney, 17 Januari 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.