Family Name, Perlukah?

11 Nov 2009 | Cetusan

Kalian tahu apa itu nama keluarga (family name)?
Dalam pengertian yang singkat, nama keluarga adalah nama yang dipakai secara turun temurun sejak generasi sebelum kita, diri kita sendiri, istri hingga anak dan cucu kita. Nama keluarga biasanya diimbuhkan pada posisi nama belakang (sure name) setelah nama pemberian (given name) meski tak otomatis sure name adalah family name.
Contoh termudah untuk memahami penggunaan family name adalah pada keluarga besar Bush.
Dua mantan presiden Amerika Serikat berasal dari keluarga ini, George Herbert Walker Bush dan anaknya George Walker Bush.
Bagi George HW Bush atau yang kemudian akrab disebut sebagai George Bush Sr., given namenya adalah George Herbert Walker sementara untuk George Walker Bush, given namenya adalah George Walker, keduanya memiliki family name yang sama, Bush. (Sebenarnya Walker adalah surename/family name dari Dorothy Wear Walker, Ibu si George Bush Sr yang menikah dengan Presscott Sheldon Bush Jr.)
Berikut ini adalah diagram silsilah keluarga Bush yang kuambil dari Wikipedia:

click pada gambar untuk memperbesar ukuran


Oh ya, biasanya nama keluarga akan diimbuhkan dari pihak pria ketimbang wanita.
Sehingga sangat mungkin suatu waktu anak perempuan menanggalkan nama keluarga dan berganti dengan nama keluarga suaminya meski ada pula yang memilih untuk menggabungkan keduanya, nama keluarga si istri dengan nama keluarga suami. Hal ini tampak pada istri George Bush Sr, yang dilahirkan dengan nama Barbara Pierce (family namenya Pierce) namun sesudah menikah dengan Bush, ia tetap membubuhkan nama “Pierce” sehingga menjadi Barbara Pierce Bush. Demikian juga halnya dengan saudara perempuan George W. Bush, Dorothy Bush Koch, yang semula bernama Dorothy Bush lantas setelah dinikahi Robert P. Koch maka namanya berubah menjadi Dorothy Bush Koch.
Namun hal ini tak terjadi pada Laura Bush (istri George W. Bush yang dilahirkan dengan nama Laura Lane Welch) dan Jenna Welch Hager (anak George W Bush yang dinikahi Henry Chase Hager), keduanya memilih untuk menanggalkan nama family dari keluarga orang tuanya lalu memakai nama keluarga suaminya masing-masing.
Oh ya, masih tentang keluarga Bush, Dorothy Bush Koch adalah contoh yang unik dan menarik karena sebelum ia menikah dengan Robert P. Koch pada 1992, ia telah pernah dinikahi oleh William LeBlond (1982 – 1990) sehingga kemungkinan besar selama masa itu ia juga menggunakan nama Dorothy Bush LeBlond atau bahkan mungkin Dorothy LeBlond. Berganti-ganti nama keluarga pada mereka yang menikah lalu bercerai dan menikah lagi memang biasa terjadi. Contoh terunik yang terjadi adalah pada salah satu teman bule yang kukenal di sini. Ia, wanita, memilih untuk tetap menggunakan nama keluarga dari mantan suaminya meski ia telah lama bercerai. Ketika kutanya apakah itu karena tanda ia masih cinta, ia menggeleng, baginya lebih susah untuk mengurus pergantian nama ke sana-sini ketimbang menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti yang kutanyakan :)
Lalu, kenapa aku tiba-tiba bicara soal family name dan surename? Seberapa penting keberadaannya?
Barangkali, di negara kita penggunaan family name dan surename tidaklah terlalu penting kecuali di beberapa daerah yang memang memiliki tradisi penggunaan nama marga secara turun-temurun. Akan tetapi bagi migran dan hampir semua orang yang tinggal di negara dengan sistem tata administrasi dan pengarsipan yang memperhatikan penggunaan family name/sure name, maka hal tersebut menjadi penting.
Aku sendiri baru tahu pentingnya family name ketika mengurus kepindahanku dari Indonesia ke Australia, setahun silam.
Nama lengkap sesuai yg tertera di akte kelahiran, KTP serta semua dokumen-dokumen resmiku adalah Donny Prima Verdian, otomatis ketika aku apply visa ke Australia, pada kolom given nameku adalah Donny Prima dan sure nameku adalah Verdian. Akan tetapi, yang jadi masalah adalah, kedua orang tuaku tidak ber surename sama denganku. “Verdian”, bagi orang tuaku tidak diartikan sebagai nama keluarga oleh mereka melainkan hanya nama yang kedudukannya sejajar dengan nama depan dan tengahku.
Aku sempat bingung dan berpikir jangan-jangan hal ini akan membawa pengaruh ke persetujuan visaku, dan berpikir bahwa jalan termudah untuk mempermulus urusan memang mengganti atau menambahi nama belakangku dengan surename yg dipakai ayahku. Akan tetapi hal inipun tak mudah karena kalau demikian aku harus mengurus pergantian nama semua dokumen resmiku sejak lahir hingga kini termasuk ijazah-ijazah serta sertifikat baik resmi maupun non-formal.
Setelah melihat dan menimbang berbagai macam hal, akhirnya aku lebih memilih untuk tetap menggunakan “Donny Prima Verdian” sebagai nama lengkap dengan menaruh “Verdian” pada surenameku sekaligus family name tak peduli apapun pertanyaan orang nantinya.
Puji Tuhan permohonan visa diterima, aku masuk Australia dan jadilah aku Mr #1 Verdian dan istriku adalah Mrs #1 Verdian, Nabi Adam dan Hawa segenap keturunanku yg nantinya memakai imbuhan Verdian.
Secara administratif, seperti yang kubilang di atas, family name dan surename sangat dibutuhkan di sini.
Tak dimutlakkan, tapi dengan adanya nama keluarga, kamu akan sangat terbantu dari sisi waktu dan perkara. Orang akan mudah mencari nama seseorang dari satu gugus yg lebih besar (surename) lalu ke satuan yg lebih kecil (given name).
Sebagai contoh, beberapa bulan lalu ketika aku kehilangan SIM Australia, aku pergi ke RTA untuk mengurus penggantian kartu.?Pada saat ditanya di depan loket oleh petugas, pertanyaan pertama yang terlontar adalah “What’s your sure name?” ketimbang “What’s your name?” Dan tak sampai beberapa lama waktu kemudian, ia berhasil menemukan nama lengkapku.
Meski masih bersifat opsional terlebih karena di negara kita belum terlalu diperlukan, melalui tulisan ini aku mengajak kalian semua untuk berpikir bahwa ada baiknya kita pun mulai memikirkan untuk menambah nama belakang anak kita dengan surename/family name. Hal ini tentu demi memudahkan pengarsipan (barangkali 5 – 10 tahun lagi di Indonesia diterapkan sistem seperti ini.. atau barangkali sudah?) atau siapa tahu nasib membawa kalian pindah ke luar negeri dan mengalami hal yang kurang lebih sama denganku.
Tapi ganti nama anak kan susah?
Well, kalau anak kalian sudah besar barangkali memang susah karena harus mengurus surat ini dan itu, tapi seandainya masih kecil dan belum terlanjur masuk sekolah, mungkin penggantian nama hanya akan bikin ribet di soal pembenahan nama di Kartu Keluarga serta Akte Lahir dan pengadaan bubur merah untuk selametan, kata orang lama :)

Sebarluaskan!

135 Komentar

  1. Berbahagialah orang batak diseluruh dunia ya.. ngga perlu mikirin apa yang mas pikirkan wakakaka..

    Balas
    • Betul, Charlie :) Orang Batak, Orang Manado, Maluku, Irian dan banyak suku lainnya di Indonesia yang mengenal penggunaan family name :)

      Balas
  2. well… aku tidak pernah mengalami masalah dengan nama keluarga.
    Tapi memang ini akan menjadi masalah bagi orang Jawa apalagi jika dia mengepakkan sayapnya ke luar negeri.
    Aku juga pernah menulis tentang nama keluarga di Jepang.
    EM

    Balas
    • Hehehe, iya….
      Tapi meski aku Jawa, kuyakin sejak aku sampai nanti anak cucuku mereka tak kan kesulitan lagi dengan masalah nama keluarga ini :)

      Balas
  3. ide yang bagus

    Balas
  4. sampai sekarang aku masih suka memakai namaku sendiri. tidak langsung pakai nama suamiku. tapi kadang aku sempat berpikir juga, bagaimana ya kalau kami punya anak. apakah kami akan memberikan nama keluarga? ini pertanyaan buat kami. enaknya pakai nggak ya?

    Balas
    • Penambahan nama istri dengan nama keluarga suami menurutku tak harus langsung dan sifatnya opsional kok. Atau bisa saja diimbuhkan saat keperluan2 non formal misalnya nama yang tampak pada undangan atau pada saat diperkenalkan secara oral (diucapkan)…
      Tapi kalau bisa sih memang diganti meski ya tetep butuh proses….
      Soal anak, saranku sih nanti pake nama keluarga saja supaya gampang tracingnya ke depan-depan nanti…

      Balas
  5. Di China juga sama. Yang dipakek surename.
    Anakku sekarang juga dikasih surename berbahasa latin sesuai dengan nama bapaknya aka suamiku. Soalnya dari pihak bokapnya suamiku gak ada surename latin (adanya surename tionghoa doang). Tapi suamiku gak mau kasih surename Tionghoa, maunya latin biar lebih internasional. Biar gak pusing memang dari segi administrasi kelak kalau di luar negeri (padahal mikir mo pindah aja masih gak tau hihihi…).

    Balas
    • Yupe! Nama latin memang lebih meng-internasional meski kalau aku tak lupa, di kolom permohonan visa ke Australia ada kolom untuk menuliskan surename atau nama lengkap dalam tulisan yang bukan latin kok…
      Eh, aku numpang tanya, kalau di China itu surename yang ditulis di depan ya? Yang dikenal nama fam seperti Lim, Khu, Lie, Go?

      Balas
      • Kalau di China surename tulis di depan.
        Tapi kalau sudah ke luar China tetap dicantumkan di belakang.
        Misalnya nama orang Liu De Hua aslinya, di luar china jadi Andy Liu atau De Hua, Liu :D

        Balas
        • Ya itu betul.. temanku juga skarang mulai banyak yang berani lagi menampilkan nama fam mereka di belakang…. :)

          Balas
          • Iya hehehe
            Suamiku dulu waktu kuliah di Jerman pakek surename ‘Tjoa’ yang otomatis dapet karena bokapnya keturunan Tionghoa walaupun di Indo sebenarnya dia gak pernah pakek surename. Dia kadang menyayangkan gak dapat surename dari pihak Opa dari Mamanya, ‘Van der Horst’ hahaha…
            Nah sekarang dia gak mau terusin surename ‘Tjoa’ buat anaknya hehehe… Dia mungkin ngerasa susah dibaca kali wkwkwkwk… Enaknya sebelum surename jadi ribet ya gini, bisa milih2 dulu mau yang mana :D

            Balas
            • Hehehehe kalau sih berbeda.
              Kalau aku jadi suamimu, barangkali aku tak perlu berpikir apakah nama itu susah dibaca atau nggak yang penting dicantumkan.
              Toh itu pertanda identitas dan toh orang cukup jarang memanggil nama belakang ketimbang nama di depan kalau di Indonesia.. :)0
              Have a nice weekend, Fem!

              Balas
  6. Tergantung, Bos.
    tergantung di negara mana kita tinggal, kalo di Indonesia kayaknya belum perlu adanya family name maupun sure name.
    lha wong masih ada juga di Indonesia yang namanya cuma satu suku kata, contoh : Paijo , Suparman, Tunggonono.
    Hayooo mana yg Sure Name, mana yang Family Name? pye Jal??
    Heheheheehehe….:P

    Balas
    • Hehehehe, kowe ki moco tulisanku opo moco judule njuk mlayu komen tho? :)

      Balas
  7. untung saya orang batak, sudah defaultnya pakai family name… :D

    Balas
    • Hehehe, betul! Betapa beruntungnya Anda…

      Balas
  8. ada pepatah bilang “apakah arti sebuah nama”
    ternyata kadang nama bisa bikin ribet juga ya

    Balas
    • Hehehehe benar, Mas Oglek…
      Arti sebuah nama memang nggak terlalu penting tapi struktur itu yang kayaknya perlu kita perhatiken :)

      Balas
  9. Haduh, semoga di Indonesia tidak akan diterapkan hal seperti itu. Kesannya merepotkan sekali, mas.

    Balas
    • Lah kenapa merepotkan? Justru kalau ini diterapkan akan jadi sesuatu yang managable di masa depannya kok…

      Balas
  10. Mas Donny, orang Jawa agak susah memang kalo urusan Nama Keluarga, karena banyak yang ngga pake (termasuk saya) hehehe.
    Betul sih ya kalo di luar negeri hal itu berlaku.
    Tapi Mas, di Makassar penggunaan nama keluarga itu sudah biasa lho. Misalnya, Suriyani Mustafa, berarti ayahnya bernama Mustafa. Saya pernah berobat di salah satu puskesmas di sana, di loket pendaftaran saya menyebut nama saya, eh sama mbak yang bertugas saya ditanya lagi, ‘nama ayahnya siapa, Kak?’
    Sebenarnya di agama saya, hal itu sudah diatur, nama ayah memang harus dibawa untuk menghindari kaburnya ‘garis keturunan’.
    Demikian…
    Salam saya

    Balas
    • Heheh saya juga orang Jawa, Mbak makanya saya menceritakan kesusahan yang sama. Ya nggak heran sebenarnya, lha wong bahkan anak mantan presiden Soeharto saja tak menggunakan family name karena nama beliau juga cuma SOEHARTO ;))
      Iya tho? :)

      Balas
  11. menarik ini, mas. saya juga berencana untuk mulai pake nama keluarga buat keturunan nanti. hehehe.. :mrgreen:

    Balas
  12. Aku pake nama Papa di belakang namaku…
    sebenrnya kalo di makassar pemakaian nama keluarga itu adalah nama papa di belakang nama anaknya… hihihihihi…
    nanti klo aku merried…berarti aku ganti pake nama suamiku mas :D

    Balas
    • Betul! Kalau merit kamu pake nama suamimu meski bisa juga kamu tetap menampilkan nama “Rahman” digabung dengan nama suami di akhir seperti yang kucontohkan di atas itu, Dik Ria

      Balas
  13. Aku tidak memiliki Family Name. Begitu menikah dengan orang Manado, otomatis ketika di pertemuan, baik itu di Gereja atau acara keluarga otomatis aku dipanggil dengan Fam suamiku. Anak-anak otomatis mewarisi nama keluarga tersebut.
    Percaya atau tidak, aku dulu memimpikan suatu saat ada nama keluarga yang diwariskan. Eh, ndilalahnya Kok ya diparingi bojo dari Manado.

    Balas
    • He eh.. Bersyukurlah :)
      Karena sesudah itu anak2mu akan lumayan rapi dalam hal penamaannya :)

      Balas
  14. di Indonesia memang kebanyakan ga punya surname. Terlbeih buat anak perempuan, karena orangtuanya berpikiran, ‘toh nanti setelah menikah akan mengambil nama suami’.
    Saya sendiri merasakan njelimetnya gara gara ga punya surname itu. Waktu saya pertama pindah Australi, tiba tiba saja saya jadi punya 6 nama sah. Yang menurut saya sama aja, tapi menurut pemerintah Australi tidak sama. Jadi waktu itu, saya punya inisial nama sbb: J C, J C T, J T, J T S, J C T S, J C S. Akibatnya, saya harus mengurus ke pengadilan, baik di indonesia, maupun di australi, untuk pada akhirnya pake satu nama aja. setelah mengalami proses yang njelimet, 5 dari nama nama itu dinyatakan ‘mati’ ehhehehheeh ngeri ya… buat yang cuma punya satu nama aja, contohnya ‘Soeharto’, di sini namanya akan didaftarkan ulang, jadi ‘Soeharto Soeharto’. Juga banyak yang muslim, dan sudah naik Haji, mendaftarkan ‘Haji atau Hajah’ sbg nama depan. Sehingga menjadi ‘Haji Soeharto’… semakin menunjukkan ke-kreativitas-an dan kepandaian orang Indonesia :) sorii honnnnnn… panjang bgt ya komentarku…. Tau sendiri… Lagi stresssssssss heheheheehe ;p

    Balas
    • Hehehe kamu kalo stress malah asik komentarnya ;)
      Kamu skarang kan Joyce Taufan-Verdian :))

      Balas
  15. Lebih susah mana sama aku, Bro? Ortu gue hanya ngasih nama dengan 1 kata: Anderson.. that’s it. Waktu aku ikut acara mahasiswa di Swiss dulu jadi bingung pas ngisi form-form dari panitia dan dokumen imigrasinya. First Name: Anderson. Last Name: Anderson (itulah yg kutulis waktu itu, karna kupikir itulah nama pertama dan terakhirku ;-P ) Akhirnya, di Name Tag pesertanya tertulis ANDERSON, ANDERSON… Delegate from Indonesia. Peserta yang lain bingung dan bertanya: “Namamu dan nama keluargamu kok sama?” Bingung…
    Btw, kalo kasus kayak aku, namanya hanya sepotong gitu, seharusnya nulisnya di first name apa last name, Bro? Parahnya lagi, di pasporku yang tertulis adalah Anderson Zubir (make nama bokap), padahal di KTP cuma Anderson… Halaah…makin bingung… Mungkin emang sebaiknya aku di Indonesia aja ya, Bro? :-D

    Balas
    • Jiakakakakakak! Aku geli dengar ceritamu waktu mau ke Swiss..:)
      Soal penamaan di paspor aku ada teman yang namanya juga cuma sepotong maka ditulislah pula sepotong.
      Tapi lain waktu, ada juga teman lain yang namanya cuma sepotong lantas ditambahkan nama ortu as surename kayak kamu.
      Satu yang aku penasaran, pengen ngeliat paspornya Pak Harto hehehe beliau kan cuma bernama Soeharto :) Kira2 Mbak Tutut masih simpan nggak ya?

      Balas
      • hush, saru ‘ngerasani’ yang sudah tak ada..tapi rasanya boleh juga tuh tanya ke Mbak Tutut. :D

        Balas
        • Iki ora ngrasani, iki ngomong apa anane kok :)

          Balas
          • Aku ada cerita lucu tapi nyata nih temennya mamahku namanya Marsiah. Pas sampe di Jerman ditanya sama petugas imigrasi, last namenya siapa (pake bahasa Jerman nih) berhubung si tante bahasa jermannya masih gagap…dia jawab singkat: Ohne (artinya tanpa). Sama petugas ditulis Ohne. Jadi sampe sekarang namanya jadi Masriah Ohne, bahkan di pasport RI nya juga namanya Masriah Ohne. Kalo ke inggris mungkin namanya jadi Masriah Without kali yah? ;)
            Kembali ke nama yg hanya sepotong, beberapa org indo di jerman biasanya di double kayak temenmu yg di swiss tuh jadi stephanus stephanus, caroline caroline :)

            Balas
  16. setuju, kita musti ngikut aturan internasional aja kalo mau jadi orang internasional. Jadi bagi yang belum punya surname, kenapa nggak memulainya dari anak pertama..hee..lagian benernya kita juga bangga sebagai laki laki kalo anak kita ngambil nama belakang kita untuk digunakan sebagai family name.

    Balas
    • Betul! Kita hidup di dunia yang semakin mengglobal dan kupikir menambahkan nama as family name bukan lantas kita jadi kehilangan muka sbagai anak bangsa.

      Balas
  17. Punten panjang. A very nice topic.
    Aku jawa,, aku jawa.. Ahahaha..
    Selama ini aku bingung dengan Surname dan Family Name.. apa bedanya.. :D ternyata begitu ya.. (maturnuwun mas..)
    Padahal untuk mempermudah urusan, udah telanjur selalu bilang “Indonesian people do not have surname..”, dengan pede dan mantab. Kekekeke. Ternyata salah ya. Yang ga punya itu, family name?
    Tapi di sini (di suatu tempat, alah :D) rata2 pegawai administrasinya udah ngerti ko :)
    Memberi family name baru ke anak rasanya mungkin di beberapa tempat bukan hal yang mudah dilakukan mas. Teman aku pernah mencobanya (waktu anaknya baru lahir). Dan entah atas dasar emang peraturannya begitu, atau atas dasar cari2 alesan buat “pelicin”, ga dibolehin aja dong sama pegawai.. err.. pegawai apa ya? (yang buat nyatet nama anak baru lahir itu catatan sipil ya?)
    Ya katanya.. klo bukan nama keluarga, nama belakangnya ga boleh sama ama bokapnya..
    (aku pernah nanya ini ke nyokap, tapi nyokap bilang rasanya ga ada aturan gtu ah.. mungkin pegawainya aja yang “rese”. wah itu aku ga tau ya..)

    Balas
    • Idih kok nambahin nama nggak dibolehin?
      Itu laporin ke KPK aja biar dijadikan cicak :))

      Balas
  18. Sebagai pemerintah, tentunya dari sisi administrasi lebih mudah mengarsipkan nama orang yang mempunya sure name daripada yang tidak. Kalau bagi saya yang punya nama ya biasa saja, tak ada bedanya ^_^

    Balas
    • Hehehehe lha sekarang masalahnya kamu mau bantu pemerintah apa nggak? :)

      Balas
  19. bikin klan Zamroni kok ya ternyata banyak juga. kepikir bikin klan jengjeng, jadi namanya: Muhammad Zamroni Jengjeng hahahah!!

    Balas
    • Jengjeng? Aku nggawe Bangbang wae.. dadi mengko bangbangtut karo jengjengtut :)
      Piye jal ? :)

      Balas
  20. hehhe lengkap kap banget
    salam hangat selalu
    blue antara,sunda,aceh medan dan jawa nich

    Balas
  21. karena gw batak maka gw punya family name yaitu : Purba.. hehehehhe..
    yap..lo bener banget bro..karena sepertinya gw akan menikah ma non batak..ntar gw juga harus prepare family name buat anak-anak gw kelak ;)

    Balas
    • Bener, eh tapi kalau loe punya suami non batak trus Purba nya mau ditaroh dimana?

      Balas
  22. Di Indonesia, para WNA (baca: Tionghoa) masih punya family name meskipun di dipaksa-indonesiakan- dan keturunannya pun akan memakai nama itu. misalnya, Tan Kok Swie. Tan adalah nama fam, dipaksaindonesiakan menjadi Tanamal, Tantra, Tandeas, dsb…ketika dia mengambil nama Indonesia, namanya menjadi Donny Tandeas, istri dan anak-anaknya akan mewarisi nama Tandeas.
    Sama halnya dengan fam Lim> Halim, Salim. fam Ong > Ongkowidjojo, Onggara. Wie/Oei> Wibawa, Wijaya dsb…
    Kadang-kadang, cewek memakai nama tambahan suaminya misal: Vina Salim Onggara. artinya, bapaknya Vina bernama Salim, suami vina namanya Onggara…
    aku ntar kalau punya anak rencananya juga akan memberi nama suami ke mereka..

    Balas
    • Tapi ada juga warga tionghoa yang namanya singkat yang terdiri dari suku kata dan ini yang mbikin aku sempat bingung juga :)

      Balas
      • nama Tionghoa memang pakai suku kata. Biasanya 3 suku kata, meski ada juga yang 4 suku kata, tapi ini pun jarang bgt..
        Untuk panggilan pribadinya, yang dipakai adalah dua suku kata terakhir. misal Kok Swie..
        Setauku nggak boleh deh panggil dgn nama fam, (Tan) karena itu artinya memanggil seluruh leluhur yang bahkan sudah almarhum..
        Ada juga yang tetap memakai nama fam tanpa dipaksaindonesiakan, misal mantan pemain badminton kita, Iv**a Lie.
        eh, ini memjawab pertanyaanmu nggak sih, Don?

        Balas
  23. Hmmm, awal menikah dulu suami minta gue untuk pakai nama keluarganya. tapi gue gak sanggup.. kalo gue tanggalin marga gue kow ya gue merasa menghilangkan identitas diri. so jalan tengahnya ya nama keluarga gue bersanding manis sejajar dengan surname dia…
    jadilah
    Eka Situmorang-Sir yang cakepz!
    (dilarang misuh2 wong aku mung berkata jujur koq :P) hahahaa

    Balas
    • Bwahahahahahahah…
      Kamu persis kayak Joyce…. sekarang namanya jadi Joyce Taufan-Verdian :))
      Dan nggak perlu pake “yang cakepz” udah cakep..:))

      Balas
  24. Family name menurutku penting karena kalo hanya nama depan…biasanya banyak yg sama..jadi susah bedainnya terutama kalo udah bagian urusan administrasi. Di Hungary bahkan selain ditanya nama keluarga juga ditanya nama keluarga ibu sblm menikah. Aku rasa dibuat begitu krn nama depan orang sini rata2 itu2 aja, family name juga banyak yg sama. Jadi harus dibedain lagi dng nama ibu. Kemungkinan 2 orang yg mempunya nama depan dan keluarga yg sama plus nama ibu yg sama rasanya gak banyak :)
    Kalo aku untung orang Bali sudah punya family name, pas nikah si V pengen aku pake nama dia tp aku berat melepas namaku. Jadinya digabung pake tanda – .

    Balas
    • Kamu sama kayak Joyce, dia memilih menggunakan tanda – dan menggabungkan family name dia dan “family name” ku :)
      Ah iya aku lupa, di sini juga ditanyain maiden name ibu kita kok.. jadi kurang lebih sama.
      Thanks sudah menambahkan :)

      Balas
      • oh iya aku pengen nambahin (reply mode on nih….harusnya aku masak tp males nih mendingan online hehehe)
        beberapa komentar di sini ada yg nulis family name merepotkan. sebetulnya sih gak, secara administratif justru lebih mudah.
        plus sebenernya di jawapun aku rasa gak salah pake family name krn kenyataannya kan sekarang misalnya seorang siska menikah dengan budi, otomatis/sering siska menjadi ibu/nyonya budi. kalo orang gak kenal taunya kan hanya bu budi, gak tau kalo nama dia siska. mnrtku ini justru malah hilang identitas diri sendiri, karena orang jadi kenal siska hanya sebagai istrinya si budi :P
        terus misalnya anak jawa namanya sugeng, kan banyak yg namanya sugeng akhirnya kan dibedakan dengan sugeng anake pak joko sing duwe bengkel kae loh :P (panjang kan malahan)
        nah seandainya budi dan pak joko punya family name kan lebih praktis toh?

        Balas
  25. Menurutku, penggunaan family name itu perlu atau tidak tergantung budaya dan kebiasaan tempat individu itu berada. Selain di Jawa yang tidak menganut family name, coba lihat nama-nama di Bali, begitu banyaknya Made, Luh, Nyoman, kok ya nggak masalah ini Made yang mana, Komang yang mana.. hehe..
    Penggunaan nama -dengan atau tidak dengan surname- tidak ada masalah selama masih berada dalam lingkup yang sama, masalah mungkin timbul kalau individu tersebut harus keluar dan masuk ke kultur yang berbeda, nah kalau ini terjadi ya tinggal menyesuaikan diri saja, gitu deh…..

    Balas
    • Heheheh persoalannya adalah, kalau kita cuek dengan ketidakpunyaan kita terhadap family name, ketika pindah ke luar, dan kita harus mengisi kolom family name sebagai bagian dari nama resmi kita, maka ada berapa banyak dokumen resmi pula yang telah terlanjur tercetak tanpa family name? :))

      Balas
  26. Aku kok justru menemukan kesulitan ya..untuk mencantumkan nama keluarga dibelakang nama anakku. 7 tahun lalu ketika anak ke2 ku lahir, laki-laki, saat hendak membuatkan surat akte kelahiran, si bapak yg ngurusin surat bertanya pada suamiku , ” apakah nama yg paling belakang pada nama anakku itu adalah nama keluarga?” setelah mendapatkan jawaban ‘YA’ dari suamiku, dengan alasan untuk menghilangkan kesan kedaerahan, maka pencantuman nama keluarga tidak diperkenankan (katanya peraturan itu berlaku unt kotamadya)? Akhirnya bataaal, dari pada hilang nama keluarga…mendingan ‘nodong’ tetangga yang sanggup mengurusinya, walaupun diprosesnya di kabupaten …. akhirnya nama keluarga itu bercokol juga di akte kelahiran anakku (aneh kan??..)

    Balas
    • Wah ini lucu abis! Makasih atas masukannya… semoga yang berkompetensi menjawab bisa nimbrung di forum kecil ini.
      Kalau saya, apa yang dilakukan bapak itu (jika benar demikian) adalah salah besar!
      Kalau memang tampak kedaerahan trus kenapa?

      Balas
    • Hmmm di mana tuh? aneh banget baru kali ini aku denger/baca. Itu sih kemungkinan besar yg rasist petugasnya bukan aturannya.

      Balas
      • Mungkin juga pemahaman petugas tentang aturan :))

        Balas
    • ohhh,, begitu aturannya..
      *baru tau*
      pantesan temen saya ga bisa..

      Balas
  27. Kakak perempuanku akhirnya menamai anak-anaknya dengan ‘nama keluarga’ bikinannya sendiri, karena dia dan suaminya sama-sama nggak punya surname.
    Nanti, aku juga akan ikut nama suamiku, ah…
    Aulia Fita Retnani Prabandari Moeller. Itu kalo berjodoh sama dia, sih… wekekekekeke :D
    Nice topic, Don!
    Kamu emang pintar menulis, as always!

    Balas
    • Weh, bojomu anyar tho? Londo? Kok pake Moeller?
      Congrat, ayo buruan :))

      Balas
  28. susah juga kalo ada kejutan budaya seperti itu. di indonesia, nama keluarga emang gak terlalu populer kecuali di beberapa daerah dan juga di kalangan kaya/terkenal. biar anaknya bs ikut terkenal :D

    Balas
    • Hehehehe, ada baiknya kita memulai supaya tak sampai terkejut, Mas :)

      Balas
  29. kebetulan saya terlahir dari suku yang mengharuskan family name di belakang :)

    Balas
    • Wah asik tuh! Jadi Anda ndak bakalan bingung lagi….

      Balas
  30. Hmmm… saya benar2 memperhatikan tulisan ini, kebetulan saya belum lama menikah dan istri sudah hamil, kami juga sedang memikirkan nama untuk anak kelak. Ya siapa tahu nanti dia bisa melanglang buana ke luar negeri seperti anda, hehe.
    Tapi di bali, ada sistem tersendiri tentang nama yang berkaitan dengan nama depan (made, ketut, putu) ditambah kasta (gusti, anak agung, ida bagus). Dan jangan heran melihat nama orang Bali menjadi panjang-panjang, hehe.
    http://wirautama.net/ciri-khas-nama-orang-bali/
    Tapi sayang penambahan family name seperti itu belum ada, tapi saya mulai berpikir untuk memulainya, terima kasih atas tulisannya.

    Balas
    • Ya, saya pikir sejauh tidak melanggar tradisi yang diyakini dan dianut, menambah family name adalah satu hal yang sifatnya universal.
      Thanks sudah memperhatikan tulisan ini. Saya senang kalau tulisan ini menjadi nilai positif bagi orang lain…

      Balas
  31. berkunjung bro dalam rangka silaturahim,mungkin klw admin bloger dah tau kasus saya sama ibu tutinonka, pst mereka akan membenci saya,krn ke usilan ibu tuti.
    thx bro dah ikut komen di kasus saya n ibu tuti.

    Balas
    • Hehehehehhee, silaturahmi? Saya selalu menerima setiap ajakan silaturahmi.
      Salam kenal!

      Balas
    • Weleh … saya dibilang usil lagi di sini ….wakakaka!

      Balas
      • Iya nih, katanya minta maaf ya..? :)) Gimana, Bung Ricky? :))

        Balas
  32. singkatnya sih sebaiknya jangan ngasih nama hanya SATU kata aja :)

    Balas
    • Betul! Kalau dua kata kan yang terakhir bisa dijadikan family name :)

      Balas
  33. Di paspor, aku tulis namaku sendiri yang terdri dari dua potong (tapi potong yang kedua bukan Nonka … hehehe …). Entahlah, apa dianggap family nameku adalah potong yang kedua itu.
    Nama suami kadang-kadang aku tulis juga dibelakang namaku, tapi kalau di lingkungan pekerjaan dan di semua dokumen resmi (KTP, SIM, rekening bank, dll) pakai namaku sendiri. Kalau di lingkungan suami, panggilanku ya Bu Mahyudin. Nah, sebaliknya, kalau di lingkungan kerjaku, suamiku disebut Pak Tuti … wakakaka!
    Di antara saudaraku bertujuh, hanya kakak sulungku yang menambahkan nama ayah, soalnya nama dia cuma sepotong, sedangkan adik-adiknya semua punya dua potong.
    Sing repot Don, nek bojo presiden terus dipanggil Bu Presiden … :D

    Balas
    • Heheheh nama kok pake potong kayak roti aja tho, Bu :)
      Potongan terakhir dari namaku juga bukan family name kok tapi kubuat seakan-akan jadi my family name aja :))
      Bu, dapet salam .. dari Ricky hahahaha!

      Balas
  34. Nice info ;) Mungkin karena saya keturunan Batak makanya saya gak begitu kepikiran soal ini.
    p.s: kalo yg pake ‘bin’ dan ‘binti’ itu gmn? curious :D

    Balas
    • Wah anda beruntung sebagai orang Batak yang strictly menggunakan family name.
      Aku nggak gitu tau tepatnya, tapi seperti penggunaan ‘bin’ dan ‘binti’ itu adalah penggunaan nama ayah kandung di belakang ‘bin’ dan ‘binti’

      Balas
  35. nama belakang aku juga tidak ada nama keluarga dari bapakku, bahkan seluruh saudaraku juga tidak ada imbuhan nama dari bapak/ ibu.
    makasih infonya, tapi di keluarga saya bahkan di daerah saya jarang yang begitu, tapi ya tetep ada satu dua keluarga saja.
    Cara Membuat Blog

    Balas
  36. hehehe .. ini yang bikin saya dan istri geli sendiri.
    alih-alih membubuhkan nama keluarga “mulyono” pada anak dan bakal anak kedua, saya malah membubuhkan nama keluarga orang lain.
    apa mesti saya tambahkan saja yaa .. mumpung belum tercatat di Ijazah mereka? :)

    Balas
    • Bole juga idenya, Mas.. tambahkan saja mumpung masi kecil tho

      Balas
  37. wkakaka bener mas mereka lebih mencari surename lebih dahulu baru ke nama sampean wakaka keren juga yah dan sebenarnya untuk mengenali kalo masih saling ada pertalian saudara mas
    semua pake verdian nantinya
    termasuk aku memulainya dengan anak anaku memiliki nama belakang Arsy semua nama anak adik adik saya juga mas baru memulai sejarah untuk tidak memalukan yang melahirkan
    dilitneh Pak sampean wakakaka

    Balas
    • Wah sip…. berarti nanti ke bawah-bawah jangan lupa diwariskan supaya mereka kasi nama pake akhiran “arsy”, Mas Tok..

      Balas
  38. hehehe …
    Entah dengan alasan apa dulu Bapakku tidak mencantumkan Family Name sbg surename-ku, padahal 3 saudara laki2ku dibubuhi family name semua.
    Sehingga terpaksalah namaku yang terdiri dari 2 kata itu, kata terakhirnya dijadikan sebagai surename waktu bikin paspor. Menyebalkan memang, tapi salah sendiri wong punya surename kok ra dinggo hehehe
    Nice post bro :)

    Balas
    • Hehehehe, ndak papa… at least kan kamu cewek, kalau nanti merit malah bisa berganti dengan family name milik suami.
      Mak-dar-it (maka dari itu) carilah suami yang ber-family name hehehe

      Balas
  39. Aku dari dulu juga pengin kasih nama keluarga untuk anak-anakku kelak, kayaknya keren aja gitu.
    Tapi setelah baca artikel Mas ini, aku jadi tahu ternyata ini bukan soal keren atau ga keren ya. thanx for infonya Mas.

    Balas
    • Sama2, Mas.. saya juga senang kalau artikel ini bisa dimanfaatkan orang lain

      Balas
  40. widiiihhh dah banyak aja yg komen.. :p

    Balas
    • Iya nihh.. loe sih banyak cutinya hihihih :))

      Balas
  41. pemberian nama keluarga agaknya juga sangat erat kaitannya dengan kultur keluarga dan masyarakat setempat, mas don. jujur saja, anak2 saya tak pernah menggunakan nama keluarga karena nenek dan kakek moyang saya tak pernah menggunakannya, hehe …

    Balas
    • Betul, Pak Sawali :)) Itu tergantung pilihan masing-masing kok :)

      Balas
  42. kalo di sini cuma nulis bw ajah malu deh..soalnya tulisannya berkualitas…
    menurutku family name hanya membuat orang2 tua kita terkenal..huh..ngka enak eksis gara2 orang tua..eksis dengna diri sendiri ajah..
    huh..tapi ada yg lucu paris hilton…apa hilton itu family namae ya???he.he..berarti dia keluarga hotel..ya..anaknya hotel whats

    Balas
    • Hehehehe, makasih atas mampirnya dan tidak menorehkan “bw” meski saya ya baru belajar untuk menulis sesuatu yang berkualitas.
      Hmmm, sedikit berbeda, kalau aku sih tak berpikiran bahwa family name akan membuat orang tua kita terkenal karena terkenal tidaknya orang tua tak kan berpengaruh lama terhadap anak apalagi kalau hanya soal nama..:))

      Balas
  43. perlulah,,hehehe
    arti sebuah nama

    Balas
  44. beberapa waktu yang lalu sempet kepikiran juga sih, mau kasih nama belakang suami di nama anak ku. sebenernya sih nama belakangnya bukan nama keluarga. tapi nama anakku sudah 3 kata, kalo nambah family name jadi 4 dunk… panjang banget. kalau salah satu dibuang koq sayang hehehehe. belum ngurus nya lagi dari awal akte, kk… tapi masih di pikirkan sih (masih dipikiran sendiri, belum ngobrol ma yg punya nama belakang hehehehe). btw, info nya keren :)

    Balas
    • Ditambahin aja.. :)
      Makasih kunjungannya :))

      Balas
  45. Di Jawa sebetulnya ada family name…..namun semakin kesini jarang dipergunakan, apalagi nama anaknya panjang-panjang.
    Tahu namaku jika dalam paspor….family name nya adalah Ratnawati, yang nama belakangku…hahaha.
    Lha nama suami aja, hanya digunakan saat ke dokter kandungan… urusan kantor dan yang lain nama sendiri

    Balas
  46. Don, komentarku ilang….

    Balas
  47. OOT:
    Dulu beberapa koresponden asing secara bergurau sering menambahkan Joe untuk nama-nama pejabat Jawa yang satu kata itu. Maka ada Joe Suharto/Soeharto dan Joe Harmoko. Beberapa kawan saya mendadak punya family name baru setelah sekolah di luar negeri. Dulunya nama mereka hanya satu kata, misalnya Sudarno, Sutarmin, Haryanto. :)

    Balas
    • Ini nggak OOT, kalau saya yang tanya ini barangkali OOT: Apa Rentjoko itu family name-mu, Paman?

      Balas
  48. bagi masyarakat minang, pemberian family name mengikuti garis keturunan ibu, bukan ayah. sebetulnya, orang minang ada nama marga juga yang dilekatkan di belakang nama, seperti orang batak. tapi, entah kenapa, tradisi itu menjadi hilang. meski diberikan, tapi sangat jarang yang memasang di belakang namanya.
    karena mendapat dari garis ibu, maka namaku sebetulnya adalah Hardi Vizon Koto. nah, repotnya adalah, anakku harus diberi nama Chaniago di belakang namanya, karena istriku bersuku Chaniago. Berarti, hal ini akan jauh lebih merepotkan bila dibawa ke luar negeri ya Don… :)
    biar tidak pusing, maka nama-nama suku itu kami tidak pakai sama sekali. dan aku beri di belakang nama anak-anakku, awal namaku… ya, anggaplah itu sebagai family name yang akan mereka pakai selamanya.

    Balas
    • Sebenernya kalau memang begitu nggak papa, Uda. Maksudku, kalau memang harus pake nama dari Ibu kenapa tidak, yang penting kan family name :)
      Kita tak perlu ikut-ikut negara lain yang selalu ‘memenangkan’ family name ayah…
      Eh btw, dari dulu aku sangat suka dengan nama Chaniago.. aku slalu terngiangnya itu Chicago jhe :)

      Balas
  49. hmmm….ruwet juga ya….
    mbak tuti komennya pas..bener….orang jawa…nggak biasa pakai nama keluarga di belakangnya,hanya kalau sudah menikah…malah nama suami di tempelkan..
    jadi ketika mengisi form..dan diminta family name…lha…bingunglah kita..
    btw…bunda jadi ngerti nih….ternyata family name demikian silsilahnya…

    Balas
    • Bener, Bun…:)
      Tapi sebenernya penggunaan family name di tradisi kita (Jawa) nggak papa juga tho?

      Balas
  50. 1. omong2 soal family name.. hihi.. jadi keingetan aku yg waktu pacaran selalu menimbang2 nama pacarku. Ne isa cari nama yg belakange apik. Wong nama keluargaku “wibisana” udah cukup bagus n berbau filsafat bgt. Diambil jadi tokoh dikisah mahabrata yg bijaksana bgt. Meh dituker ato diganti, mikir2 bgt.
    Nama papa surya wibisana (surya yg bijaksana), aku, irene (damai) wibisana, adikku teguh wibisana. Akhire ga ta ganti don, cm ta tambah kadang dengan santosa (umum bgt ya nama belakang dia).
    2. jd keingetan juga ada temen dari suku tertentu yg wajib pake nama belakang suami kalo dah merit.. nolak cowonya gara2 nama keluarga yg dia ga suka… waahahahaha… aku sampe kepingkel2 waktu dengernya.
    3. o iya.. nopang nama keluarga itu gampang2 susah ya.. kalo image udah jelek turun2annya (misale udah beberapa generasi bad record gitu).. kasian juga ya anak2nya..

    Balas
    • 1. Hahahaha, nggak jadi Ar***n ya? :))
      2. Kebangetan itu namanya :)
      3. Lom tentu juga, karena kan ada banyak family name yang sama :)

      Balas
  51. Weeww..saya juga nggak punya surename. Lah nama bapak cuma terdiri dari 1 kata saja.
    Mungkin nanti nama anakku ditambahin surename dari nama bapaknya *kalo udah nikah & beranak* :D

    Balas
    • OK, kutunggu undangannya Jeng.. *loh* :))

      Balas
  52. aku make nama family, Huang dari almarhum papaku. tadinya mau make family mama-ku tapi katanya gak boleh. ya udah lah.

    Balas
  53. Family name sungguh2 membuat bingung, soalnya sekarang ini aku sendiri mengalaminya, sama persis dgn kamu alami waktu mengurus kepindahan ke LN.
    Masalahnya nama suamiku di akte lahir tanpa family name, sedangkan sewaktu tinggal di LN dan nikah disana, nama ke duanya dijadikan family name, sedangkan nama ortu tidak ada kesamaan dengan nama kedua tersebut. Sekarang ini kita sedang mengurus kepindahan ke LN dan mengajukan warga negara, masalah baru timbul karena tidak ada kesamaan dgn family name ortu, dan pihak disana minta bukti. Gimana apa ada saran. Thx…

    Balas
  54. Kalau aku, sempat bingung soal family name. Itu karena di ktpku aku tidak pakai Damanik, tapi di paspor ditulis Damanik oleh papiku. Dan ketika menikah, tentu saja aku hanya mau pakai nama family ku, gak ada cerita pakai nama suami. Nama fam suami hanya untuk anak, bukan untukku, hehehee…

    Balas
  55. Gak dapat nama keluarga karena saya perempuan. Sayangnya saya ga bisa nanya alasannya sama Bapak saya karena beliau keburu jadi almarhum.
    Tapi udah berniat mau menambahkan nama keluarga calon. Demi punya nama keluarga!

    Balas
  56. Halo kak, salam kenal.
    gimana kalau punya nama tu terdiri dari 2 kata aja, sya pan orang Bali kak, kakak pasti tau kalau di Bali sendiri ga ad surname/fam name. itu gimana kak? contoh Putu Santika, itu kalo diminta Fam name, middle name, dgn surname gimana nulisnya kak?
    Middle name itu = given name yak?
    trus, untuk yg 2 kata aja namany, apa perlu nambah fam name nya?
    fam name itu bisa dibuat sendiri kah (kalau yg lagi lajang)? atau harus ngambil dari nama orang tua?

    Balas
    • Kalau berdasar pengalaman di sini, fam name bisa dibikin sendiri kok. Middle name itu termasuk bagian yang given name. Konsep given name itu kan nama yang diberikan orang tua, sedangkan surname/last name itu bukan pemberian karena sudah ada dari sananya.

      Balas
  57. wkakakaka emang selalu suka bikin bingung nulis surename dan given name :)

    Balas
    • surname, Kak.. kalo surename itu nama negara.. eh itu kan suriname ya :)

      Balas
  58. saya punya kebingungan dengan pengisian form dalam format bahasa inggris.
    Nama Lengkap : Putra Adi Wibowo SW.
    SW sendiri merupakan kepanjangan dari Siswoyo. Ga tahu juga knapa mesti disingkat SW. Dan seluruh saudara saya juga pakai SW.
    Penulisan surname/family name pada dokumen resmi ato form saya pakai SW atau Siswoyo ya?
    Krn klo oral saya pakai Siswoyo.
    Txs

    Balas
    • Kalau menurutku, sebenarnya kamu nggak perlu bingung karena aturan family name itu kan aturan barat yang tak perlu kita patuhi.
      Kalau aku jadi kamu ya diisi sesuai passport/KTP saja. Kalau SW ya SW.
      Aku ada teman di sini cuma punya satu nama, Widjaja… dia memutuskan menggunakan nama itu baik untuk first name maupun family name.

      Balas
  59. Oyya kebetulan nih lagi bahas fam name, aku punya pertanyaan nih, Mas Donny.
    Dari kecil aku bingung dengan nama yg dikasih orang tuaku. Namanya terdiri dari satu kata doang “supriyono”… Sampai saat ini aku masih belum bikin pasport karena permasalahan itu…. Soalnya di KTP sama ijazah aku udah kadung dengan nama satu kata itu doang… Nama ayahku juga terdiri satu kata juga “Hepni”… Kebayang kan, Mas Donny, gimana bingungnya aku…
    Kasih tips dong mas gimana enaknya kalau aku bikin pasport terkait nama ini? apa akau pake nama ayahku sbg fam name apa gimana? makasih sebelumnya… hehee

    Balas
  60. Sejak lahir suamiku memakai nama Iwan Zakaria,sesuai dengan akte lahirnya. Dan tidak bermasalah sama sekali bahkan ketika ia kuliah ke Jerman tahun 90-an. Tapi anehnya ketika kami hendak menikah 12 tahun lalu, petugas catatan sipil di kota kami mengatakan akte tersebut salah karena Zakaria adalah nama keluarga. Jadi nama yang boleh tertulis di akte suamiku hanya Iwan. Karena jika ditambah Zakaria maka nama suamiku menjadi Iwan Zakaria Zakaria.
    Karena tidak mengerti dan kami memang harus membuat akte pernikahan, suamiku dengan berat hati akhirnya mengganti akte lahirnya dengan hanya nama Iwan. Alhasil ketika kami memiliki anak, nama anak kami pun hanya 1 kata, meski dalam akte lahir disebutkan kalau nama ayah adalah Iwan Zakaria.
    Buntutnya, ketika kami membuat KTP dan KK, nama suamiku dan anak-anakku hanya tercantum satu kata berdasarkan akte kelahiran mereka. Begitu juga nama mereka di sekolah dan nama mereka di ijazah nanti.
    Terus terang aku jadi bingung bagaimana sebenarnya aturan penulisan nama keluarga di negara ini. Padahal suamiku sangat ingin menggunakan nama keluarganya.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.