Emangnya kalau Jokowi menang saya mau pindah ke Indonesia?

23 Jun 2014 | Cetusan, Indonesia

Beberapa waktu lalu di wall facebook, seorang kawan lama, kawan SMP dulu, bertanya kepadaku, “Emangnya kalau Jokowi jadi presiden, kamu mau pulang lagi (baca: pindah domisili) ke Indonesia?”

Bukan sesuatu yang mengejutkan sebenarnya karena aku sudah mengira bahwa cepat atau lambat, terkait gencarnya aku menulis tentang ?Jokowi? akhir-akhir ini, aku pasti akan mendapat pertanyaan semacam itu juga.

Tapi yang menakjubkan adalah, pertanyaan itu datang terlalu pagi…

Kupikir pertanyaan seperti itu akan datang nanti menjelang masa akhir kampanye jadi hal itu malah bisa kujadikan seolah sebagai closing statement yang kuat dan punya punching line yang menggelegar sebelum hari pencoblosan…

Tapi karena datangnya sekarang, ya sudah, mari duduk sini dengarkan aku menjawab pertanyaan kawanku tadi.

Kepindahanku ke Australia, November 2008 dulu, secara gamblang pernah kutulis di sini.

Keputusan itu kuambil secara sadar, tanpa paksaan dan tekanan dan melalui proses pemikiran dan pergumulan yang melibatkan akal, budi dan mencoba mendengarkan suara Tuhan dari semua sendi kehidupan yang ada waktu itu?

Tiga kata kunci, akal, budi dan Tuhan, bagiku amatlah penting untuk mengambil sebuah keputusan besar karena menyangkut hidup tak hanya milikku tapi juga keluargaku; karena aku tak mau gegabah mengambil opsi yang tak terlalu kuat dan kukuh yang akhirnya hanya akan membuat rasa sesal yang tiada berujung.

Jadi, secara to the point, jawaban untuk kawanku tadi adalah? jangankan Jokowi, isu-isu yang lebih besar dan personal yang pernah terjadi sebelum kini pun tak menggugatku untuk kembali menilik dan memikirkan ulang keputusan tadi. Keputusanku telah bulat, Australia adalah tanah hidupku dan Indonesia adalah tanah airku.

Tapi kalau aku menjawab model begini, jangan-jangan hal itu akan membuka pertanyaan selanjutnya dari yang lain, begini kira-kira, “Loh, kalau begitu kamu tak punya rasa nasionalisme, Don jadi buat apa kamu nulis tentang Jokowi dan milih Jokowi?”

 

Nasionalisme itu pertanyaan

Aku tak mau terjebak dalam omongan yang sifatnya konseptual, nasionalisme. Lebih setuju bagiku untuk mengambil kata temanku, Otong yang vokalis KOIL itu yang berujar, “Nasionalisme untuk negara ini adalah pertanyaan!” (Kenyataan Dalam Dunia Fantasi – KOIL)

Nasionalisme itu adalah sikap hidup dan bukti nyata.
Aku orang Indonesia, masih berpaspor Indonesia dan ketika ditanya orang sini, “Kamu berasal dari mana?” Preferensi jawabanku adalah “Indonesia!” bukan “Oh aku tinggal di Epping (nama daerah tempat tinggalku)” itulah nasionalisme!

Aku bekerja keras, selain untuk keluargaku, setiap aku mendapatkan ?credit point? orang tahu aku berasal dari Indonesia. Itulah nasionalisme!

Lebih dari itu? Biarkan Tuhan yang tahu, bukan kalian! Percayalah nasionalisme itu sungguh-sungguh hanya sebuah pertanyaan.

Tak percaya?
Lemparkan pertanyaan “Lebih besar manakah nasionalisme atau rasa cinta agamamu?” pada tokoh-tokoh?partai agama garis keras ataupun ormas-ormas pembawa nama agama yang kerap sweeping sana-sini…

Tak percaya?
Lemparkan pertanyaan “Lebih besar manakah nasionalisme atau rasa cinta pada materi?” pada?para koruptor…

Dan tanyakan pada tokoh-tokoh lain dengan materi nasionalisme versimu, niscaya kamu akan sepakat denganku dan kawanku, Otong, bahwa nasionalisme itu adalah benar-benar pertanyaan?

 

Menulis Jokowi

Tadinya aku nggak punya ide sama sekali untuk mendedikasikan blog ini menulis tentang Jokowi. Terlalu cemen untukku mengorbankan blog ?besar? ini untuk kepentingan yang waktu itu kupikir hanya sesaat dan nggak ngaruh untuk hidupku dan keluargaku karena toh aku tinggal di sini, bukan di sana.

Tapi kemudian seperti yang kutulis di sini, aku melihat ada gelagat yang tak baik jika Jokowi – JK tak menang. Aku khawatir dengan orang-orang di belakang tokoh seberang dan tiba-tiba aku membayangkan wajah-wajah kawan-kawan lamaku, saudara dan kerabatku, adikku dan keluarganya, mamaku dan kalian semua pembaca blog ini yang ada di Indonesia? aku merasa perlu melakukan sesuatu untuk bisa melihat wajah kalian tersenyum menjalani hidup, tak terpuruk seperti yang dulu pernah kita rasakan bersama, 32 tahun lamanya.

Kalau aku ada di Indonesia, usaha terbaikku barangkali adalah bergabung dengan komunitas-komunitas pendukung Jokowi-JK.

Tapi karena aku tinggal di sini, tiada lain, menulis secara maksimal di sini adalah yang terbaik.

Maka kulakukanlah semua ini.

 

Memilih Jokowi

Alasan tersingkatku kenapa aku memilih Jokowi adalah karena aku masih WNI, masih punya hak untuk memilih yang menurutku adalah yang terbaik.

Jawaban lebih panjangnya begini,
Aku ingin suatu waktu, kalian yang tinggal di Indonesia merasakan kemajuan taraf hidup, bukan sebagai sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit, tapi sebagai sebuah proses yang bermula dari memilih presiden yang benar-benar mumpuni, Jokowi!

Aku ingin suatu waktu nanti kalian bisa mengejekku dan bilang bahwa keputusanku dulu untuk pindah ke Australia dari Indonesia adalah salah karena sekarang Indonesia telah begitu maju.

Pada saat yang kita nantikan itu tiba, aku akan angkat jempol untuk kalian meski aku akan bilang bahwa untuk semua kemajuan yang akan kalian terima, akupun ikut andil setidaknya dengan menyerahkan suaraku, hak pilihku untuk memilih Jokowi, 5 Juli (Piplres Sydney) nanti.

Saatnya menepuk dada dan hentakkan kaki ke bumi, Ini nasionalismeku, mana punyamu?!

blog_jkw4

Oh ya, hari minggu nanti, 29 Juni?2014, para pendukung Jokowi di Sydney dan sekitarnya akan mengadakan acara deklarasi dukungan di depan Sydney Opera House. Tertarik untuk datang? Langsung saja datang ke tempat acara. Kalau kalian tak bisa datang karena kendala jarak, tolong bantu kami dengan men-share dan like halaman facebook kami.

Sementara itu hari minggu lalu, kawan-kawan di Canberra telah pula mengadakan deklarasi, berikut ini foto dan simak pula videonya.

canberra

 

Sebarluaskan!

15 Komentar

  1. Oh ya, hari minggu nanti, 29 Juli 2014, para pendukung Jokowi di Sydney

    Mungkin maksudnya 29 Juni 2014, om Donny… :oops:

    Balas
    • Iya, makasih koreksinya.. jadi malu :D

      Balas
  2. Untuk yg adakan acara nya,,kenapa kaga di Mc Mahons Point ajah buat foto2nya? Biar kelihatan jelas opera house,harbour bridge nya dan city viewnya kota Sydney dan bagi yg bawa mobil,cukup mudah cari parkirnya dan dan yg dari city cukup ke Circular Quay naik ferry ke Mc Mahons Point,,kami yg di Sydney so pasti mendukung Jokowi untuk menjadi President RI

    Balas
    • Makasih masukannya, semoga Anda datang ya besok minggu. Salam!

      Balas
  3. sedih memang kalau dicap bahwa kita yang tidak tinggal di Indonesia itu tidak nasional.
    Tapi setidaknya aku masih berpaspor dengan lambang burung garuda, dan bangga mempunyainya. Meskipun untuk pergi ke luar negeri harus bersusah payah mengambil visa dsb dsb

    salam dua jari
    (Tokyo juga mendeklarasikan dukungan terhadap Jokowi Sabtu 21 Juni lalu, bertepatan dengan ultah beliau)

    Balas
    • Aku terharu ngeliat pergerakan ini, Mel! Semoga Tuhan mendengar doa kita semua ya demi Tanah Air yang lebih makmur dan sejahtera!

      Balas
  4. salam dua jari dari kami semua di sini, Mas, untuk para pendukung di sana.
    Lalu nanti kita rayakan bersama kemenangan yang panjang… amin.

    Balas
    • Yeah! Demi Indonesia yang lebih baik, Mas Bro!

      Balas
  5. Terharu kalau baca teman2 yang tinggal di luar sana semangat dengan Pilpres kali ini. Semoga yang terbaik ya, Mas, mungkin bukan untuk kita, tapi untuk masa depan bangsa Indonesia.

    #Salam2Jari

    Balas
    • Sip! Yang pasti yang terbaik untuk Tanah Air, kita perjuangkan dari sini…

      Balas
  6. Mas Donny,
    kasep wis Mas. 2-3 minggu lalu, ada yg posting nongol di wall FB saya bilang ‘Please deh, yg tinggal di luar negeri ga usah ikut2an masalah politik di Indonesia. Ga etis rasanya’. Wuah, jadinya perang di wall saya. Lah itu yg ngomong udah seenak udel sendiri, sekarang di amuk teman2 lain yg memang banyak yg tinggal di luar Indonesia, malah mau ngetag teman2nya buat bala bantuan. Sekalian aja saya block semua.
    Udah kadang kl ngomong seenak jidat kyk jepretan tikus, wall org dipakai perang pula.

    Memang mungkin dia maunya nyasar kami yg sudah tidak berpaspor hijau lagi. Tapi tukar pasport bukan berarti rasa nasionalisme hilang dan jadi kacang lupa kulitnya. Memang kami kehilangan hak pilih, tapi bukan hak bicara. Sedihnya Mas, lihat manusia2 macam gini. Quo vadis, Indonesia?

    Balas
    • Ya, itu benar sekali Mbak!
      Tapi nggak papa. Saya selalu menekankan pada diri sendiri bahwa nasionalisme itu bukan hanya dalam wujud paspor tapi juga di hati.
      Jadi mari kita doakan yang terbaik untuk Indonesia melalui Jokowi!

      Kalau Mbak ada di Sydney, ayuk datang hari minggu besok di Sydney Opera House, 29 Juni 2014 jam 1 siang. Ada acara deklarasi dukungan terhadap Jokowi di sana :)

      Balas
      • Hahaha, kl deket mau Mas, tapi saya di Amrik. Mungkin abis ini balik pindah ke Eropa. Ma kasih loh undangannya

        Balas
        • Sip! :)

          Balas
  7. Terharu dan bangga kalau teman2 yg ada di luar indonesia memilih pakde jokowi. Semoga pemilu di indonesia berlangsung aman dan tanpa ada kecurangan. Semoga dengan ijin Tuhan, Pak Jokowi bisa menang.

    Salam 2 jari

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.