Tiga tahun silam, di tulisan yang berjudul Tattoo, Dosa dan Surga aku mengawalinya dengan paragraf sebagai berikut:
Selasa lalu, 9 Maret 2010, aku menghadiahkan kulit leherku untuk ulang bulan Odi yang pertama.
Kini, di tulisan ini, biarlah aku mengawalinya dengan paragraf senada berikut:
Kamis lalu, 21 Maret 2013, aku menghadiahkan kulit leherku untuk ulang bulan Elo yang ketiga.
Yup! Genap sudah semuanya…
Dua anak telah menghabiskan jatah dua sisi leher yang kudapat dari Tuhan untuk kupersembahkan kepada mereka dengan hiasan nan kekal bertuliskan nama keduanya. Dan aku tak sendirian. Joyce, istriku, juga melakukan hal yang sama.
Aku tahu sebagian besar dari kalian akan bertanya bagaimana kalau aku nanti dikaruniai anak ketiga, keempat, ketujuh, kelima belas? Simplenya akan kujawab demikian: Tuhan tak kan pernah tinggal diam! Saat ia mengaruniai anak-anak selanjutnya, rejeki aja disediain, jadi tentu Ia juga akan mencemerlangkan pikirku untuk ditaruh mana tattoo nama-nama anakku selanjutnya, jadi santai saja :)
Tattoo kemarin dibuat oleh Munir Kusranto. Sosok ini bagiku memiliki tempat yang istimewa dalam sejarah hidupku. Ia adalah satu-satunya tattoo artist yang kuperkenankan menghias tubuhku sejak awal mula, 2003 silam sejak aku masih tinggal di Jogja.
Yang menarik dari interaksiku dengan Munir, ketika aku pindah ke Australia, 2008 silam, kalau hendak tattoo pilihannya hanya dua. either aku yang pulang ke Jogja untuk liburan lalu singgah ke Toxic Tattoo Park (studio tattoo milik Munir) untuk ditattoo atau mencari tattoo artist lain di Australia.
Tapi, semenjak 2010 hingga kemarin, setiap tahunnya, Munir beserta istrinya, Ajeng, selalu menyempatkan diri ke Australia selain untuk mengikuti sebuah tattoo exhibition, bekerja sambilan di salah satu studio tattoo di sini selama beberapa pekan dan tentu saja menemuiku dan beberapa orang kawan sesama Indonesians yang sama-sama mengoleksi tattoo bikinannya.
Sama seperti tulisan lawasku yang akhirnya memantik pikiran dan niatku untuk menulis kisahku tentang tattoo-tattooku sejak 2003, maka setelah tulisan ini, aku akan menampilkan tulisan-tulisan lanjutan tentang tattooku yang lainnya lagi yang belum pernah tertulis di tagar “Hikayat Tattoo” mulai hari kamis ini!
Oh ya, lupa, ini tattoonya! Simak foto di bawah ini…
Semenjak mengenal blog ini, cara pandang saya terhadap orang bertatto mulai berubah. Tapi walaupun begitu, saya sampai saat ini belum memiliki keinginan untuk mentatto tubuh saya.
Pingin lihat photo tato nya Joyce. :D
gedi yo tatonya o_O
wow..gede juga leherlu bro…haaa….
keren mas tattonya, hehehehe
luar biasa dirimu…. semoga suatu hari bisa melihat sendiri tuh ke dua tatoonya… Congratulation for your new tatoo ya…
Don. Kalau nanti ada adiknya Elodia, mau ditaruh di mana ya, kan leher kanan kiri sudah penuh…
Tattonya keren! :D
iya ya, waktu kemarin kok aku ngga perhatikan lehernya Joyce ada tato ngga? Atau aku begitu terpana dengan “batik abadi” di kakimu ya? hehehe