Soal Botol ‘Ekuil’ yang dikira miras dan sempat seru kemarin, aku punya pengalaman yang hampir mirip dan terjadi juga baru-baru ini…
Saat kerja, setiap hari, aku selalu menyediakan sebuah botol kaca untuk tempat minum air putihku. Bentuknya seperti di samping-bawah ini.
“Iya, tapi at least gak pakai plastik!” Aku memang sebisa mungkin menghindari penggunaan plastik demi lingkungan sejak beberapa tahun belakangan.
Ia lantas membuang botol plastiknya, mungkin setelah mendengarkan penuturanku. Hari berikutnya ia datang membawa sebuah botol baru. “Look at this!” sergahnya pagi itu. Sebuah botol kaca bertuliskan ‘Absolut Vodka’ dikeluarkan dari tasnya.
Kami semua tertawa… Botol itu kosong tanpa isi tapi lantas diisi air putih untuk dikonsumsi selama kerja, sama denganku…
Sejam kemudian kami pergi ke ruang meeting selama kurang lebih satu jam. Sekembalinya dari sana, kawanku kaget mendapati botol vodkanya raib dari atas meja.
Selang beberapa lama kemudian, seorang kawan lain yang tak ikut rapat, datang. “Aku buang botol vodkamu! Kan ini jam kerja, kita nggak boleh minum alkohol! Kalau ada pegawai lain lewat kamu bisa dilaporin.”
Kami bengong sebentar lalu tertawa terbahak-bahak…
“Kenapa nggak kamu check dulu untuk cari tahu apakah isinya vodka atau bukan?” tanya kawanku lainnya menggoda.
“Ogah! Bagaimana kalau pas aku mencoba lalu tiba-tiba ada orang lain atau… aku tertangkap CCTV dan aku sedang minum air dari botol yang adalah botol vodka?”
Kami terbahak-bahak lagi…
Kawanku yang membuang botol vodka tadi berpikir secara manusiawi. Botolnya jelas botol vodka, cairannya pun bening seperti vodka. Apa salahnya untuk menuduh bahwa itu adalah minuman vodka yang dilarang beredar selama jam kerja dan di lingkungan kantor?
Semanusiawi orang yang mengira botol Equil itu adalah miras alias minuman keras. Mungkin dalam benaknya karena air putih selalu identik dengan gelas ataupun botol plastik kemasan yang bening itu, melihat botol beling berwarna hijau dari jauh, otaknya langsung berasosiasi pada miras.
Padahal… isinya ya air putih saja, kan?
Eh tapi kamu yakin isinya adalah air putih dan bukan miras? Tau darimana?
Karena begini, seorang kawan lain bercerita kepadaku. Ia seorang yang berasal dari Belanda dan punya hobi bersepeda. Setiap akhir pekan ia selalu meluangkan waktu untuk merawat hobinya, bersepeda di sekeliling Sydney hingga ke daerah-daerah pinggirannya.
Nah, suatu waktu ia pergi bersepeda ke Blue Mountain, pegunungan yang berjarak sekitar 100 km arah barat daya kota Sydney.
Pulangnya, bersama kawan-kawan, ia naik kereta.
Karena ia seorang peminum alkohol sementara kereta tak mengijinkan orang untuk minum alkohol, maka botol minum air putih yang biasa dipasang di bawah tempat duduk sepeda pun dijadikan bahan untuk mengelabui petugas, diisi dengan beer lalu diminum sepanjang perjalanan. Bebas, tak ketahuan…
Nah, kalau gitu gimana coba?
Moral of the story, yang korslet itu bukan di otak para peminum tapi sebaliknya ada pada para penerka. Padahal bukankah persoalannya bukan pada?apa yang masuk ke dalam mulut yang diminum dan yang dimakan, tapi soal apa yang dilakukan bagi sesama. Jadi meski kamu minumnya air putih tapi kamu hobi nyolong duit rakyat dan melecehkan kaum wanita ya apalah jasamu dibanding mereka yang mungkin memang pemabuk tapi selalu menghormati orang lain dan jadi yang terdepan saat ada yang minta tolong termasuk dirimu sendiri yang kerap kelimpungan meminta bantuan?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan