Minggu kemarin aku memutuskan keluar dari Grup WA dengan alasan ada seorang yang secara masif mengindoktrinasi paham bahwa COVID itu tidak berbahaya.
Sebenarnya aku sudah tahu hal ini sejak tahun lalu. Dalam beberapa kali percakapan pun aku sudah berusaha memberikan imbangan bahwa pendapatnya seperti halnya pendapatku sendiri belum tentu benar.

Tapi ketika keadaan pandemik memburuk bulan-bulan belakangan, aku tak bisa tidak harus kembali bereaksi. Reaksiku sejatinya juga tetap sama, tidak menyalahkan pendapatnya. Aku hanya mengingatkan bahwa se-sok-yakin-sok-yakin-nya dia atas pendapatnya sendiri, COVID adalah kenyataan yang semua orang di dunia ini sedang berdiri menghadapi, mempelajari dan mencari jalan keluar untuk menekan penyebarannya. (not to mention bahwa dia pun sebenarnya juga bukan siapa-siapa. Ahli pun kagak!)
Maka sebagai orang yang bukan ahli COVID, apa yang hendak ku-share di tulisan ini bukan tentang COVID-nya. Aku akan berbagi tentang justifikasi bahwa keluar dari WaG adalah pilihan terbaikku. Untuk urusan ini aku cukup berpengalamanlah!
Pribadi yang cepat keluar
Keluar dari grup WA adalah caraku memberi ultimate answer bahwa aku tidak setuju dengan pendapatnya dan ketidaksetujuan itu tidak bisa dikelola lagi dengan cara lain.
Aku memang pribadi yang cukup mudah ‘keluar’ meski tidak cepat keluar hahaha…
No, i’m serious!
Aku nggak kemana-mana kalau ketidaksetujuan bisa difasilitasi. Tapi ketika perbedaan sudah menyentuh hal-hal prinsipil dan aku tidak berhasil meyakinkan pihak lain untuk setuju, ya udah mau gimana lagi?
Dalam kasus kemarin, hal prinsipil itu karena kondisi pandemik yang kian memburuk dan pendapatnya yang belum tentu benar dan dilontarkan secara masif telah berhasil mempengaruhi beberapa orang dan ini membahayakan! Ada orang-orang yang karena pendapatnya semakin menganggap bahwa COVID tidak berbahaya. Di level aksi, mereka yang punya anggapan ini sudah semakin berani mengunjungi orang-orang isoman dengan alasan supaya mereka terhibur. Padahal, namanya isoman ya tetap harus isolasi kan?
Keluar di dalam itu.. berbahaya
Tapi kalau sudah tahu membahayakan kenapa justru tidak di dalam, Don? Karena kalau keluar di dalam itu berbahaya hahaha!
No seriously, lagi-lagi i’m serious!
‘Keluar’ meski tetap di dalam itu berarti menempatkan diriku sebagai pribadi yang suwung alias kosong! Aku nggak mau tetap ada di Grup WA tapi cuek dan kosong terhadap Grup WA tersebut!
Prinsip “Aku berpikir maka aku ada” selalu kuusahakan untuk diimbangi dengan “aku ada untuk berpikir.”
Jadi kalau aku ada di Grup WA tapi nggak ngapa-ngapain, nggak berkontribusi dan nggak berpikir ya mending keluar di luar alias lokur di lokur kan haha!
Dan yang terakhir, keputusanku untuk keluar adalah pernyataan sikap bahwa aku dengan segala kelebihan dan kekuranganku telah sampai di titik yang tak tertahankan lagi untuk… keluar. Jrottt!
Pribadi yang… mutungan
Salah satu alasan kenapa aku selalu berusaha membangun postur profilku di depan umum sebaik mungkin adalah untuk merepresentasikan kejujuranku dalam berpikir. Sehingga ketika aku memutuskan minggat dari sebuah Grup Wa, setidaknya membuat mereka harusnya berpikir, “Oh, orang seperti DV aja memutuskan minggat karena dia! Kenapa ya? Kenapa akupun tetap ada di sini?”
Tapi bagaimana kalau orang justru berpikir sebaliknya? “Wah kalau gini jangan invite DV lagi deh, orangnya mutungan!”
Wah itu lebih baik lagi!
Hidupku jadi tidak terpenjara karena mantra “Mau keluar dari WaG tapi sungkan dan supaya silaturahmi tetap terjaga, kan?”
You, right LoL!
0 Komentar