Domba yang hilang, itukah kita?

16 Sep 2019 | Kabar Baik

Jika dalam tulisan lalu aku mengangkat renungan tentang adakah Yesus datang untuk orang yang sudah percaya atau belum percaya, maka hari ini Tuhan memberi jawaban melalui Kabar Baik yang dilukis Lukas. Yesus datang untuk orang yang belum percaya. Ibarat satu anak domba yang hilang, Yesus sebagai gembala, mencari dengan cara meninggalkan yang sembilan puluh sembilan supaya satu yang tersesat kembali ditemukan.?

Demikian juga dengan orang yang belum percaya. KedatanganNya adalah untuk mencari yang belum percaya supaya tak lagi tersesat dan kembali percaya. Ia akan menggunakan segala cara untuk itu. Hal itu ditunjukkan dengan pengibaratan mencari domba yang hilang itu di padang gurun. Kalian kan tahu seluas apa padang gurun itu?

Siapakah domba yang hilang?

Tapi titik yang paling menarik dari Kabar Baik hari ini, bagiku justru yang tertulis di bagian paling atas. Mari kita simak bersama,

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia (Lukas 15:1)

Apanya yang menarik?

Sekian lama aku percaya bahwa para pemungut cukai dan orang-orang berdosa adalah cerminan dari mereka yang belum percaya kepadaNya. Tapi anehnya, kalau kita kembalikan ke analogi domba yang hilang/tersesat, kenapa mereka justru ditulis Lukas sebagai pihak ?yang datang? kepada Yesus untuk mendengarkan? Bukankah Yesus yang mencari?

Siapakah yang benar-benar tersesat dan hilang?

Apakah mereka adalah yang benar-benar hilang dan tersesat?

Untuk menjawab itu, mari menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang ketersesatan. Pernahkah kalian merasa tersesat?

Aku pernah, sering malah. Sedang bepergian ke sebuah kota kecil di Australia bersama keluarga, tiba-tiba kendaraan kami mencapai daerah yang minim sinyal sehingga GPS tak bisa menayangkan informasi yang akurat.

Kami hilang arah. Nyetir tinggal pakai perasaan dan sisa-sisa logika saja sambil berharap bertemu orang yang bisa ditanya kemana arah jalan yang benar?

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa dalam lukisan Lukas ini menurutku tidak lagi tersesat karena mereka sudah menemukan dan datang kepada Yesus! Kalau mereka tersesat, mereka belum bertemu Yesus atau katakanlah sudah bertemu tapi tak percaya bahwa Dia adalah jalan keluar dari ketersesatan itu.

Cerminan bagi kita, domba yang hilang ?

Lalu siapa yang hilang dan tersesat?

Bagiku, yang hilang dan tersesat justru adalah orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang pada ayat berikutnya dilukis Lukas bersungut-sungut karena Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama mereka. (lih. Lukas 15:2).

Merekalah yang tersesat sebenarnya. Mereka kerap bertemu bahkan mencari dan mengikuti Yesus kemana-mana tapi tak sadar dan tak mau disadarkan bahwa Yesus lah Sang Jawaban! Bahkan ketika para pemungut cukai dan orang-orang berdosa dihadirkan, alih-alih malu, mereka cenderung menggerutu dan bersungut-sungut sembari menghujat Yesus karena menerima mereka.

Dan hari ini, mereka dipakai lagi oleh Yesus untuk menunjukkan kepada kita sebagai cermin, adakah kita masih tersesat atau sudah ditemukan? Makin mendekat kepadaNya atau tetap tak sadar bahwa yang terdekat dari kita yaitu Yesus sendiri justru adalah yang menyelamatkan hidup abadi kita?

Sydney, 15 September 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.