Aku ingin memulai tulisan Renungan Kabar Baik hari ini dengan sebuah pertanyaan, ?Beranikah kita untuk berdoa secara sederhana?? Doa sederhana yang kumaksud di sini adalah doa yang tidak bertele-tele, doa yang ringkas dengan kata-kata yang sederhana.
Yesus Anak Daud, Kasihanilah Aku!
Munculnya pertanyaan itu karena aku begitu terkesima dengan sosok Si Buta di pinggir jalan menuju kota Yericho yang hari ini ditulis Lukas dalam Kabar BaikNya. Ketika Yesus lewat di depannya, ia berteriak, ?Yesus Anak Daud, kasihanilah aku!?
Ungkapan yang selesai dalam satu tarikan nafas itu diteriakkan berulang-ulang olehnya. Makin lama makin keras, makin lama ia juga berjalan makin dekat ke Yesus meski untuk melakukan itu semua tentu penuh dengan tantangan.
Tantangan yang pertama karena ia buta, maka berjalan menuju Yesus adalah sesuatu yang memerlukan perjuangan tak mudah. Tantangan yang kedua adalah karena banyak orang di sekitarnya, seperti ditulis Lukas dalam Kabar BaikNya hari ini, yang menegurnya supaya berhenti berteriak-teriak.
Tapi ia tetap tangguh hingga akhirnya muncul belas kasih Allah, si buta itu disembuhkan.
Doa sederhana vs Doa bertele-tele
Terkadang doa yang bertele-tele muncul karena ketidakyakinan seseorang bahwa Tuhan itu Maha Tahu terkait apa yang kita doakan. Maka keberanian Si Buta tadi untuk berdoa yang sederhana memperlihatkan besarnya iman dan percayanya bahwa meski singkat tapi doanya pasti didengar Tuhan.
Dulu aku sering berdoa secara bertele-tele. Tapi kini aku lebih suka doa yang sederhana.
Bukan! Bukan karena aku malas berdoa. Bukan pula karena aku merasa percuma karena doa yang bertele-tele pun tak dikabulkan Tuhan. Doa sederhana membuatku lebih mudah mencerna dan menjiwai setiap kata-kata sederhana yang kudaraskan.
Setiap pagi, ketika berjalan kaki lewat di muka Gereja dekat rumah, aku selalu menempelkan jariku ke dindingNya dan berkata, ?Berkatilah aku dan jadikanlah aku berkat bagi sesamaku!?
Bagiku, doa sederhana terdiri dari dua frase itu lebih dari cukup untuk mewakili apa yang kuinginkan terjadi setiap hari. Hidup yang terberkati dan berkat yang lantas kita bagikan kepada sesama yang kita temui hari itu.
Doa sederhana eyangku
Salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan doaku yang juga berdoa dalam kata-kata yang sederhana dan diulang-ulang adalah Eyangku, Ibu Maria Sukarti Pranyoto yang hari ini berulang tahun ke-89.
Beliau adalah ibu dari almarhumah Mamaku dan sekarang tinggal di Salatiga, Jawa Tengah bersama keluarga om dan tanteku.

Kehidupan doanya sungguh kuat sejak muda. Setiap malam selalu mendaraskan rosario, selesai-tidak selesai. Dulu waktu kecil, aku kerap menemuinya sedang ber-rosario di halaman samping rumah Klaten, di ruang tamu dan di tempat tidur (ini yang membuat doa rosario tak selesai karena ketiduran hahaha).
Suatu waktu aku pernah bertanya, apa yang jadi ?bahan? doanya setiap malam? ?Sing penting anak putu bergas waras diparingi slamet. Wes kuwi wae!? (Yang penting anak cucu sehat dan selamat. -jw)
Doa memang tak perlu bertele-tele. Doa adalah untaian sederhana meski dalam menghidupi dan melaksanakan doa itu kita dituntut sebuah usaha yang keras dan jauh dari kesan sederhana.
Di ujung tulisan ini, bolehkah aku minta dukungan doa kawan-kawan pembaca Kabar Baik bagi eyangku? Semoga ia diberi kesehatan dan kebahagiaan di usia senjanya.
Sydney, 19 November 2019
0 Komentar