
Tidak akan ada Hari Raya Natal kalau tidak ada kelahiran orang Nazareth di Betlehem dua ribu tahun silam, Yesus Kristus.
Tapi pertanyaannya sekarang, masih adakah Yesus Kristus di hati ketika kita merayakan Hari Raya Natal? Ketika orang lebih sibuk mempersiapkan Natal dengan baju serta sepatu baru, tentang sinterklas dan hiasan Natal, atau tentang “Besok masak apa ya?” hingga “Duh! Aku lom punya pacar untuk dikenalkan ke orang tua saat Natalan nih!” Adakah Yesus tetap di sana atau sekonyong-konyong Ia tergantikan oleh itu semua?
Aku tergelitik oleh premis-premis di atas dan semua ketergelitikan itu kutuangkan dalam karya lagu yang kurilis 12 Desember 2022 silam, Diskon Natal.
Baju spatu baruku adalah doa-doanya
Sinterklas dan hiasan Natalku adalah keringat letih di wajahnya…
Banyak kawan mengernyitkan dahi terkait judul itu.
“Itu lagu Natal? Dangdut?”
“Aneh bener judulnya! Gak ada syahdu-syahdunya!”
Nah! Justru itu!
Justru karena aku bosan dengan lagu-lagu syahdu ketika orang bicara Natal kenapa kita tidak bikin sesuatu yang berbeda?
Apalagi, jika syahdu itu identik dengan hening dan tenang, dalam bayanganku ketika Yesus lahir di kandang domba, Ia lahir dalam ketergesaan langkah kedua orang tuanya yang harus mudik karena sensus yang diadakan wajib oleh Kaisar Agustus padahal Maria sedang hamil besar-besarnya.
Diskon Natal mewakili kegelisahan!
Ide ini berasal ketika ada seorang dekat yang curhat lewat sambungan telepon bulan lalu, “Aku ki bingung udah mau Natalan. Duit kepake buat butuh, gaji masih dipotong karena pandemi trus anak-anak pengen liburan? Mau dibayar pake apa?”
Bagiku ini menarik!
Dia tidak gelisah terhadap persiapan hati menjelang Natal. Dia tidak curhat karena tidak bisa ikut Sakramen Tobat; sesuatu yang dianjurkan setiap menjelang Natal sebagai seorang Katolik. Dia gelisah karena takut tidak bisa memberikan apa-apa untuk dikenakan anaknya saat Natal nanti!
Mungkin kita bisa bilang, “Tuhan melihat hati bukan melihat baju!”
Iya! Tapi tak semudah itu juga! Kegelisahan yang sifatnya manusiawi seperti baju secara alamiah muncul karena kita masih hidup di dunia dan itu tak bisa dihindari, kan?
Lagu Diskon Natal kuhadirkan dalam balutan nostalgia terhadap kedua almarhum orang tuaku.
Tapi ada yang perlu kuluruskan di sini. Sesederhana dan seapa-adanya hidup mereka waktu itu, sebetulnya mereka tetap bisa membelikan baju dan sepatu baru bagiku dan adikku setiap Hari Natal.
Aku ‘melibatkan’ kedua orang tuaku hanya supaya aku sebagai pencipta dan penyanyi bisa mendapatkan mood mellow karena pada dasarnya setiap aku ingat Papa dan Mamaku aku akan selalu mellow!
Dari sudut pandang produksi, Diskon Natal lebih istimewa dibanding lagu-laguku sebelumnya karena aku mengerjakannya seorang diri. Mulai dari proses penciptaan notasi, lirik, bernyanyi, memainkan alat musik gitar, perkusi dan string lewat MIDI Controller hingga mixing dan mastering, publishing, pembuatan video klip dan press release, semua kukerjakan sendiri.
Aku ingin mandiri dalam mengerjakan dan rasanya makin sungkan untuk meminta tolong kawan-kawan di Indonesia yang sering kutodong tanpa biaya dan sekadar kuucapi terima kasih saja.
Selamat mempersiapkan Natal!
Kalian bisa menikmati Diskon Natal di semua digital music platform terkemuka. Untuk yang versi gratis, kalian bisa mendapatkannya di sini:
0 Komentar