Dunia benar-benar sedang dilanda kepanikan luar biasa akibat Novel Corona Virus atau yang lebih dikenal sebagai COVID-19. Tak pandang bulu! Tokoh maupun rakyat jelata. Orang kaya orang miskin. Kulit putih, kuning langsat maupun hitam semua rentan terkena virus yang berasal dari Wuhan, RRC tersebut. Pemerintah berbagai negara berusaha keras menanggulangi penyebaran virus yang sayangnya masih belum ditemukan vaksinasinya itu. Tak terbayangkan apa yang akan terjadi jika semua ini tak tertanggulangi dalam kurun waktu yang panjang? Ekonomi babak belur berujung resesi, stabilitas masyarakat sipil bisa terbentur-bentur dan masih banyak lagi.?Di saat-saat seperti ini, terkadang terbit pertanyaan di dalam benak, ?Di manakah Tuhan berada di saat kita sangat membutuhkanNya?? Adakah Ia peduli? Adakah Ia mengerti beban ini??
Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?
Aku tertarik mengingat kembali kisah yang ditulis Lukas tentang Yesus yang meredakan badai.
Ketika itu, Yesus mengajak para murid pergi menyeberangi Danau Galilea. Namun ketika sedang berlayar, Yesus tertidur. Tak lama kemudian, turunlah taufan (badai) ke danau sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.
Para murid panik lalu membangunkanNya, ?Guru, tidak pedulikah Engkau kalau kita binasa?? (lih. Markus 4:38) Yesus lantas bangun dan menghardik angin serta air itu hingga reda. Setelah itu Yesus pun menegur mereka, ?Di manakah kepercayaanmu??
Adakah Yesus pun sedang tidur saat ini sementara kita ketakutan menghalau badai COVID-19? Aku memilih tak ingin mempersoalkan hal yang aku tak tahu sama sekali. Yang kupegang adalah apa yang diucapkanNya, ?Di manakah kepercayaanmu??
Maka kita dituntut percaya pada penyertaanNya meski di mata dan pikiran kita berpikir Ia sedang tidur sekalipun. Jadi yang lebih penting sekarang adalah bagaimana kita menerima penyertaanNya dan bagaimana pula orang-orang melihat sikap kita sebagai orang yang mengimaniNya.
Kita dituntut percaya menghadapi peristiwa ini. Percaya bahwa penyertaanNya sempurna dan tidak ada satu rencana pun dariNya yang membuat kita celaka dan tak ada satupun hal yang bisa mencelakai kita asal kita percaya kepadaNya! Kalaupun kita harus mati entah karena corona atau apapun yang lain (memang semua akan mati, bukan?) kematian bukan akhir yang mencelakakan. Ia adalah gerbang untuk sampai pada hidup nan abadi di surga.
Ciri orang percaya pada penyertaanNya
Tapi bagaimana menjadi orang yang percaya pada penyertaanNya?
Waspada
Orang yang percaya pada penyertaanNya justru adalah orang yang waspada dan mengikuti aturan-aturan yang diterbitkan pemerintah dan otoritas terkait lainnya untuk kepentingan bersama. Memang benar hidup dan mati di tangan Tuhan, tapi apakah menurutmu Tuhan juga tak menyertai niatan baik pemerintah dalam menerbitkan aturan?
Tidak takut
Siang ini aku membaca tweet dari seorang tokoh yang kukagumi, Elon Musk. Begini isi tweetnya, ?Fear is mind-killer!? Benar! Ketakutan itu membunuh akal padahal sebagai orang beriman, kita percaya bahwa akal adalah pemberian Tuhan sebagai wujud penyertaanNya! Khawatir ?dikit-dikit? boleh lah, tapi kalau sampai takut dan ketakutan itu membunuh akal kan kebangeten namanya?
Berjaga
Tapi sebagai orang percaya kita juga dituntut untuk berjaga. Mempersiapkan segala hal untuk masuk ke periode yang mungkin tidak pernah kita inginkan. Ingat cerita sahabat pengantin yang membawa minyak? Mereka membawa minyak secukupnya untuk berjaga-jaga. Maka sama dengan itu, kita perlu berjaga-jaga dengan memiliki persediaan secukupnya, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan.
Berbahagia
Beriman itu berbahagia dalam situasi apapun. Maka, meski fisik barangkali bisa terenggut tapi jangan sampai kebahagiaan pun jadi alpa dibuatnya! Berbahagia dibangun atas hal-hal kecil. Bisa mendapatkan tissue paper ketika yang lain harus bertarung mendapatkannya? Berbahagialah! Bisa punya waktu lebih di rumah karena bos meminta kita bekerja dari rumah, syukurilah!
Di manakah Tuhan berada? Dalam hati dan sikap hidup orang percaya!
Beberapa hari yang lalu saat chaos mencari tissue toilet. Aku menyerbu toko berlarian bersama puluhan yang lain ke bagian tissue toilet lalu tiba-tiba ada seorang pria setengah baya. Dibawanya empat bungkus sesuai batasan yang diijinkan untuk dibeli saat itu. Tapi ketika ia melihat ada seorang ibu renta yang tak mendapat apapun, pria tadi lantas memberikan satu bagian kepadanya.
Pria tadi manusia biasa. Aku tak kenal dan tak tahu pula apakah ia beragama apa. Tapi satu hal, Tuhan menyertainya. Hal itu tampak dari kebaikan yang dilakukannya.
Jadi kalau ada yang bertanya di manakah Tuhan berada di saat krisis seperti ini? Ia menyertai kita semua termasuk pria itu, aku, kamu dan kita semua.
Tetap semangat!
Sydney, 16 Maret 2020
Terima Kasih