Kabar Baik hari ini menguatkan kita bahwa Tuhan itu tak hanya menjanjikan hidup kekal. PenyertaanNya ?maksimal? termasuk dalam peziarahan kita di dunia ini.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.? (Markus 10:29-30)
Sebelas tahun lalu aku membuat keputusan besar, setelah menikah aku pindah ke Australia.
Hidupku waktu itu sejatinya sudah bisa dibilang cukup mapan. Bersama kawan-kawan aku membesarkan perusahaan, aktif dalam pelayanan, tinggal di kota yang sangat menyenangkan, Yogyakarta.
Pindah ke Australia berarti aku harus melepaskan kepemilikan saham di perusahaan, harus mencari lagi ladang pelayanan baru dan memulai segalanya dari nol di negara baru, kota baru, serta orang-orang yang baru dengan budaya yang jauh berbeda dari budaya asalku, Indonesia.
Dilipatgandakan
Namun aku bersyukur karena tak sekalipun aku pernah menyesali keputusan itu dan semuanya dilipatgandakan Tuhan.
Di sini aku memang nggak jadi boss, tapi pekerjaan yang kumiliki cukup mapan dan posisiku lumayan sehingga memberikan jaminan finansial cukup baik untuk istri dan anak-anakku.
Di sini aku memang tidak menemukan komunitas pelayanan semenyenangkan di Jogja dulu tapi aku bahagia karena justru bisa berkarya di banyak komunitas. Main musik, bernyanyi dan bergabung dalam koor untuk Gereja, memberikan pengajaran di komunitas yang mengundangku dan hey? bukankah setiap hari aku menulis di blog ini adalah pelayanan yang mendatangkan banyak teman termasuk kalian wahai para pembaca nan budiman?
Dari sisi kota, meski Jogja itu tetap ngangeni dan menyenangkan untuk dikenang tapi Tuhan menempatkanku di Sydney, kota besar yang barangkali bukan yang dambaanku tapi karena hidupku adalah untuk keluarga dan kota ini baik bagi mereka maka baik pula Sydney itu untukku!
Cara pandang: ikhlas dan syukur
Kunci dari semuanya menurutku ada pada cara pandang.
Kalau kita ikut Tuhan, cara pandang kita bukan lagi tentang untung dan rugi. Cara pandang untung-rugi selamanya tak kan membuat kita bahagia karena seuntung apapun, kita tak kan pernah merasa puas dengan pencapaian itu!
Ketika kita ikut Tuhan, cara pandang kita adalah ikhlas dan syukur. Mengikhlaskan apa yang jadi kepunyaan dan kebanggaan di masa lalu sebelum ikut Dia lalu mensyukuri apa saja yang diterima dariNya sebagai tanda kasih karunia Tuhan kepada kita.
Hal ini kusadari betul ketika beberapa hari lalu aku bersama Joyce, istriku, flashback ke belakang tentang apa saja yang telah kami alami sepanjang hidup di Australia ini.
Kami ingat bagaimana dulu ketika pertama kali datang, aku nggak punya pekerjaan, bahasa inggris-ku pun terpatah-patah. Tapi Tuhan memberi pekerjaan pertama yang lumayan. Letak kantornya begitu jauh dan pegawainya hanya lima belas jumlahnya. Setahun setengah kemudian aku mendadak dirumahkan bukan karena prestasiku tapi karena bantuanku dianggap tak lagi dibutuhkan.
Merasa kelimpungan tapi pasrah, nggak sampai dua minggu kemudian Tuhan memberi pekerjaan yang lebih baik. Demikian terus menerus hingga sekarang.
Jangan sepelekan Tuhan
Kawan, jangan pernah menyepelekan Tuhan!
Tuhan tak hanya digdaya dalam kehidupan kekal! Janji penyertaanNya untuk selamanya dan masa hidup kita di dunia ini adalah bagian dari ?selamanya? itu sendiri. Percayalah Tuhan pasti buka jalan, berkat pasti dilipatgandakan Tuhan bagi kita semua yang berusaha keras untuk tetap hidup di jalanNya.
Semoga menguatkan!
Sydney, 5 Maret 2019
0 Komentar