Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. (Matius 15:36)
Namanya Bu Bunga, sebut saja demikian untuk mudahnya. Saat aku masih tinggal di rumah orang tuaku di Klaten, Jawa Tengah, Bu Bunga tinggal tak jauh dariku.
Suaminya pergi entah kemana. Ia sendiri tak ingin mengingatnya karena setiap mengingat, ?Dadaku dadi sesek, Mas (dadaku jadi sesak, Mas -jw)? katanya. Dendam? Benci? Aku tak tahu?
Bu Bunga adalah wanita yang luar biasa.
Ia mau membanting tulang bekerja sebagai apa saja mulai dari tukang kerok, tukang cuci-setrika, tukang sapu bahkan jadi buruh pasar pun dilakoninya demi lima mulut yang harus diberi makan di rumahnya, ya anak-anaknya.
Tapi sepanjang otak ini mampu merekam, tak pernah sekalipun aku melihat wajahnya dirundung susah. Selalu ada sesungging senyum di wajahnya ketika bertemu dan menyapa. Untuk itulah aku tak keberatan memberi nama dia, Bunga.
Sebagai orang yang sibuk, uniknya, Bu Bunga selalu muncul dalam setiap acara kondangan dan sripah (dukacita) di kampung. Amplop berisi sumbangan tak pernah lupa diselipkan, tenaga pun kadang juga ikut di-tawar-sertakan untuk membantu si punya hajat secara cuma-cuma.
Setiap hari minggu pagi nan cerah, Bu Bunga dan kelima anaknya adalah kawan berjalan yang menyenangkan untuk bersama-sama ikut misa di gereja. ?Urip niku dilakoni, Mas Donny. Rejeki akeh punapa sithik disyukuri kemawon (Hidup ini dijalani, Mas Donny. Rejeki banyak ataupun sedikit disyukuri saja – jw)? begitu celotehnya yang bagiku bak sebuah homili yang diberikan sebelum misa dilaksanakan.
Bu Bunga sudah tiada sejak beberapa tahun terakhir. Yang kudengar, kelima anaknya sudah lulus kuliah semua, bekerja dan menikah berbahagia.
Kisah Kabar Baik hari ini memantik benakku untuk mengingat sosok Bu Bunga. Apa yang dilakukan Bu Bunga dulu yaitu mensyukuri rejeki yang tak mudah didapat, membagi-bagi rejeki pada kelima anaknya dan setiap orang yang membutuhkan ternyata bersumber dari apa yang dilakukan Yesus hari ini.
Yesus ingin memberi makan kepada orang banyak tapi di sekitarNya hanya ada tujuh roti dan ikan. Yang dilakukan Yesus lantas mensyukuri, memecah-mecah dan membagikan. Mukjizat terjadi, orang banyak itu dikenyangkanNya bahkan ada tujuh bakul sisa potongan roti yang tak termakan, saking banyaknya, saking mengenyangkannya.
Ada tiga tahap yang dilakukan Yesus yang menurutku amat penting untuk dijadikan sikap saat kita menerima rejeki dan berkat dariNya.
Mensyukuri berkat Tuhan
Berarti mengakui/mengkonfirmasi bahwa rejeki/berkat itu datang dari Tuhan. Apa yang datang dariNya adalah yang terbaik baik dari sisi kualitas dan kuantitas.
Memecah-mecah berkat Tuhan
Proses pertama untuk menjawab ?Lalu berkat dan rejeki yang kita terima harus diapakan?? Kita harus memiliki keberanian untuk memecah-mecah rejeki karena kita percaya berkat itu harus dibagikan dan tak bisa hanya untuk diri kita sendiri.
Memberikan, membagi-bagikan berkat Tuhan
Proses untuk menjawab keraguan, ?Kalau dibagikan apa tidak takut kehabisan?? Cara untuk menepis keraguan adalah dibuktikan. Cara untuk mengetahui apakah berkat dan rejeki dari Tuhan akan habis ketika kita bagi-bagikan adalah ya dibagikan dan diberikan!
Pernahkah kamu kehabisan rejeki dan berkat dari Tuhan? Aku belum pernah dan kuyakin tidak akan pernah. Kenapa? Karena Yesus mengajarkan dan Bu Bunga menjadi salah satu saksiNya yang bisa kukenang.
Jadi? Diberi rejeki dan berkat? Syukuri, pecah-pecah dan bagikan!
Sydney, 6 Desember 2017
0 Komentar