Ada tiga istilah ?slang? dalam bahasa Jawa (Jawa Tengah Selatan dan DIY) terkait dengan mulut dan ucapan yaitu cangkeman, congpik serta cotsu.
Karena congpik terlalu vulgar, aku nggak akan bahas di sini.?Cangkeman adalah ungkapan yang mewakili mereka yang senang membual.
Sedangkan cotsu? Nah ini yang menarik!
Cotsu adalah cocot asu! Cocot gonggongan! Orang yang suka menggonggong! Ia hampir mirip dengan cangkeman tapi pada penjelasanku di bawah ini semoga kalian menemukan perbedaan yang jelas di antara keduanya.
Aku, menurut kawan-kawanku, adalah seorang yang cotsu!?Aku tak menolak dan sama sekali tak keberatan karena meski tampaknya tak nyaman didengar, tapi aku menganggapnya sebagai keunikan.
Kok bisa? Mari kuceritakan kepadamu, beberapa pengalaman yang membuatku disebut cotsu dan kamu akan tahu…
Sekitar paruh akhir tahun 1998, beberapa bulan setelah reformasi terjadi, aku mulai menggeluti bidang web development meski waktu itu baru sebatas hobi.
Bersama Amin Sutawijaya, sahabatku, aku mengikuti lomba web (waktu itu disebutnya masih lomba web design) di kampusku, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.
Tapi karena waktu itu aku mulai jarang kuliah dan sibuk bekerja sampingan di warnet untuk menopang hidup, bisa dibilang hampir seluruh website yang akan kami sertakan dalam lomba dikerjakan oleh Amin.
Baru pada malam hari sebelum presentasi materi lomba, aku menyempatkan diri diantara jadwal kerjaku, datang ke rumah kontrakan Amin di Gang Semar untuk mempelajari apa yang telah ia buat.
?Min. Aku nggak ngerasa bikin? piye iki? Apa aku mundur aja?? tanyaku jujur karena memang kupikir aku nggak pantas untuk dianggap sebagai bagian dari tim kalau aku tak mengerjakan apapun.
?Ojo, Su! Kowe kan cotsu! Cewek-cewek aja takluk dengan cocotanmu! Jadi kamu besok yang bawain presentasi aja!?
Aku tertawa ngakak. Amin memang pemalu. Ia merasa tak terlalu bisa melakukan presentasi. Pernyataannya sekaligus permintaannya tak kusanggah.
Keesokan paginya, kami melakukan presentasi. Di depan para dosen serta pembantu rektor, aku mempresentasikan website yang dibuat oleh Amin Sutawijaya itu.
Beberapa pertanyaan sulit dari para dosen terkait dengan website kujawab dengan tangkas bahkan dengan istilah-istilah yang aku sendiri nggak mudheng dan nggak nyangka kenapa hal itu bisa keluar dari mulutku padahal aku tak pernah mempersiapkannya.
?Kowe mau ngomong ?sequential fetching method? ki maksude opo tho, Don?? tanya Amin dengan nada serius selepas presentasi.
Aku tertawa lagi. Ngakak lagi.
?Aku dewe ora ngerti Min. Nggak tahu tiba-tiba kata-kata itu keluar. Tapi dosen-dosen pada manggut-manggut ya? Padahal penjelasan dari istilah itu juga meluncur begitu saja! Hahahahah!?
Seminggu kemudian, dalam lembar pengumuman, aku dan Amin,atau lebih tepatnya Amin dan aku, dinobatkan sebagai juara pertama perlombaan. Aku berterima kasih padanya atas kerja kerasnya dan Amin berterima kasih padaku atas ke-cotsu-anku!
Titik itu jadi awal dariku untuk lebih dikenal sebagai Donny yang jago bikin website sekaligus Donny yang cotsu. Aku sama sekali tak keberatan dipanggil demikian karena kalaupun aku lawan, mereka toh juga tak?kan berhenti memanggilku demikian?
Pengalaman bekerja di Jogja dari 2000 – 2008 membuat skill cotsu-ku semakin tajam membahayakan. Banyak sekali proyek-proyek besar kuraih dan sukses serta tuntas kukerjakan bersama tim ya salah satunya berkat ke-cotsu-anku ini.
Bagaimana ke-cotsu-anku dipraktekkan di Australia? Apakah masih tajam dan membahayakan atau majal karena perbedaan budaya?
Entahlah, tapi kian hari, ketika aku kini lebih banyak bekerja di aras management, kemampuan cotsu adalah hal yang perlu tetap diraut, diasah serta ditajamkan meski dalam lingkup budaya yang berbeda ketimbang dulu ketika masih berada di Indonesia.
Dalam dunia kerja, cotsu-cotsu bisa dipraktekkan demikian. Misalnya dalam sebuah initial briefing meeting, klien bertanya berapa lama waktu yang diperlukan timku untuk membuat aplikasi ini?
Mereka menatapku penuh harap.
?Hmmm, it should be delivered by tomorrow afternoon!? kataku mantap.
?Brilliant!?
?Too easy, Mate!? jawabku.
Sementara di sudut sana, senior developer, anak buahku menatapku dengan was-was nan memelas, mungkin ia tak membayangkan akan bekerja keras seperti apa dirinya untuk mengikuti janji yang sudah kadung kusampaikan ke klien itu.
Sesampainya di ruangan, aku ditanyainya.
?Donny, please? gimana kamu bisa bilang tadi kalau kita bisa selesaikan by tomorrow afternoon? Aku sibuk banget dengan hal lain! Belum lagi yang??
?Hang on? hang on.. Calm down, M. Calm down!? sahutku. ?Aku bahkan bisa kasih itu sekarang kok, kamu jangan khawatir!?
?Kok bisa??
?Aku udah meng-copy code base kamu semalam dan tadi pagi banget minta vendor untuk mereplika system di cloud kita just in case? dan beneran terjadi, kan? It?s been done in 5 f*%^&*kin minutes! No panic! No drama!?
Ia hanya bisa ndomblong. Tak tahu bahwa ketika aku bilang bisa selesai, aku telah selesai pula menyiapkannya.
Nah, itulah cotsu!
Cotsu itu tidak bisa diartikan sebagai berbohong. Atau katakanlah berbohong, cotsu adalah bohong yang pada akhirnya terbuktikan. Cotsu adalah cara cerdik untuk menundukkan lawan atau meyakinkan kawan melalui komunikasi verbal yang kuat.
Impresi orang ketika mendengar cotsu-anku, biasanya mereka akan terheran-heran tak percaya, ?Really?? Tapi ketika kita berhasil mengerjakan/menunjukkannya, mereka tak punya daya lain selain kagum dan terkinthil-kinthil pada kita.
Rumusnya ada pada kepercayaan diri dan kecepatan memperhitungkan serta memutuskan apa yang perlu dilakukan saat kata-kata sudah terlanjur meluncur keluar.
Dari sisi yang lebih ?filosofis?, kenyamananku dipanggil cotsu adalah karena asu atau anjing itu binatang setia yang dicintai orang. Akupun ingin demikian. Ingin setia nan konsisten, teguh pada pendirian dan? dicintai setiap orang. Lha ketimbang disamakan dengan koruptor, jauh lebih baik disamakan dengan anjing, kan?
Kembali ke soal congpik, cangkeman dan cotsu, semoga kalian sudah mendapatkan perbedaannya. Tapi kalau belum juga, membandingkan congpik, cangkeman dan cotsu mungkin ada pada cerita soal eksistensi ngeblog. Orang-orang cotsu sepertiku, dari awal sudah berjanji untuk terus-menerus ngeblog dan layaknya anjing yang setia, akupun konsisten dengan janjiku.
Sementara congpik dan cangkeman adalah mereka yang awal-awalnya rajin ngeblog dan kesannya yak-yak?o mau ngeblog terus-menerus dengan janji-janji yang wah, dengan komunitas-komunitas yang meriah dengan pesta-pesta yang mewah. Tapi sekarang?
Pretttt!
Jadi mengerti apa itu cotsu. Selama di Surabaya dulu cuma tau istilah cangkem. Sering dulu saya dengar, “cangkemmu” yang keluar dari mulut teman.
Sinau ben iso mahir cotsu ngono kuwi neng ngendi, Mas Don? :)
Neng bakul sengsu :)
Ai, semoga aku bisa terus ngeblog! :)