Content (R)evolution

14 Sep 2015 | Cetusan, Digital

blog_content

Dua minggu lalu aku, dalam konteks kerja, aku bertemu dengan rombongan dari perusahaan social media terbesar di dunia (yang aku tak bisa sebutkan namanya karena memang aku tak mau menyebutkannya hehehe?.).

Mereka, berempat, kami undang untuk membawakan materi presentasi di hadapan sekitar empat puluh orang (termasuk aku) dengan judul Content Evolution.

Menarik? Sangat.
Di awal presentasinya, sang presenter mengawalinya dengan kata-kata yang kira-kira begini,

?Judul presentasi ini sebenarnya bukan Content Evolution tapi Content Revolution with very smooth ?R. Kenapa? Karena pada kenyataannya dinamika perubahan penyajian konten ini memang berlangsung cepat. Yang semula teks lalu ke foto kini ke video dan tak lama lagi ke arah augmented reality/virtual reality (AR/VR)!?

Aku tentu tak bisa menjabarkan seluruh materi presentasinya di sini, tapi baiklah akan kusampaikan di sini beberapa poin yang lantas jadi permenunganku terkait dengan eksistensiku sebagai seorang blogger.

Sebagai blogger, meski tujuan utamaku dengan terus menerus menulis di sini adalah pemuasan syahwat menulis, tapi tantangan untuk membuat konten menarik itu perlu diadakan dan penting.

Seperti yang sudah kuulas pada Kamis lalu tentang betapa penting dan menariknya konten video terkait karakteristik pengakses informasinya, sebagai blogger, memproduksi video lalu menaruhnya di blog itu tentu bukan lagi menjadi hil yang mustahal!

 

Video as highlight

Video bisa dipakai untuk menampilkan highlight dari pokok-pokok pikiran konten kita.

Misalnya kita sedang menulis kegiatan penyembelihan kurban dalam rangka Idul Adha. Selain penjelasan teks tentang latar belakang, penggambaran meriahnya acara hingga hal-hal menarik yang perlu kamu unggah dalam tulisanmu, ada baiknya juga kita imbuhkan video.

Kita bisa tunjukkan tayangan bagaimana acara serah terima dari para donatur kurban ke panitia penyembelian, tayangan bagaimana daging-daging itu dibagikan meski kalian harus juga berpikir sebelum mengunggah video saat-saat penyembelihan karena tak semua pembaca itu bisa toleran dengan gambar darah dan hewan-hewan yang disembelih.

Postingan dengan video sebagai highlight seperti ini tentu akan menarik dan lebih banyak menampung pengunjung. Mereka yang semula ogah baca dan cuma main scroll dan bilang ?Ah, males bacanya.. panjaaaangg!? tiba-tiba menemukan video dan tinggal klik tombol play pada video dan menikmatinya.

 

Video sebagai detail penjelasan.

Misalnya kalian menulis tentang bagaimana cara mengolah dan memasak kepiting dengan benar. Tentu akan sangat membosankan dan meski sudah dideskripsikan sedetail betul tetap akan agak membingungkan kalau postingan itu hanya berupa tulisan karena tiap kepala bisa memiliki persepsi yang berbeda.

Bisa-bisa ?pesan? yang akan disampaikan malah melenceng dan niat baikmu untuk berbagi cenderung sia-sia.

Video di sini bisa berperan untuk mendukung ulasanmu menjadi lebih hidup dan memberikan persepsi yang sama dengan pengunjung antara apa yang mereka baca, kamu tulis, kamu lakukan dan mereka akan lakukan ketika mengolah kepiting kesukaan mereka!

 

Video pengganti tulisan

Ada juga yang frontal dan benar-benar revolusioner tanpa ?smooth R? yang mengganti teks menjadi video!

Ini sebenarnya bukan ide gila nan baru karena vlog atau video log itu sudah ada sejak dulu. Contoh termutakhir barangkali ada pada laman facebook Natalia, Laughter with Cancer yang pernah kuulas di Risalah Akhir Pekan XXXV/2015. Cobalah mengunjungi laman tersebut dan kalian bisa menemukan pesan yang sangat kuat yang disampaikan Nat melalui video-videonya.

Dalam setiap video yang ia sampaikan, kita bisa tahu bagaimana penampakannya. Bagaimana ia bisa tetap tersenyum dan tertawa meski ia sedang menghadapi hari-hari kemoterapi yang konon menyakitkan itu. Bagaimana ia berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya yang menyemangatinya atau bagaimana ia menyemangati sesamanya yang sedang menjalani kemoterapi.

sumber: http://video-university.87seconds.com/content/uploads/video-vs-txt.jpg

sumber: http://video-university.87seconds.com/content/uploads/video-vs-txt.jpg

 

Audio file dan Infografik

Selain video, audio file bisa juga diperbantukan untuk menyampaikan konten yang lebih menarik ketimbang tulisan.

Meski tetap lebih deskriptif kalau disampaikan dalam format video, tapi keunggulan audio file adalah, ia tetap bisa diakses dan diikuti tanpa harus memelototi layar. Imbuhkan saja hasil wawancaramu dengan nara sumber dalam wujud audio file tentu pengunjung blogmu akan senang!

Infografik juga perlu dilirik. Menariknya infografik, ia membahasakan informasi (biasanya statistik angka) dalam wujud gambar yang mudah dimengerti dan ?terbaca?. Kalau kalian mau belajar soal ini, coba kunjungi situs Beritagar.Id. Di sana, Antyo Rentjoko yang dulu ketika ngeblog akrab disapa?Paman Tyo sering menampilkan infografik-infografik buatannya yang khas menjelaskan hal-hal yang semua tak terlalu menarik untuk kita mengerti.

Lalu apa kendala yang dihadapi para blogger untuk melakukan imbuhan-imbuhan menarik seperti kutuang di atas barusan?

Kendala utamanya, tak semua blogger/penulis itu percaya diri ketika ia harus menampilkan konten dalam format selain tulisan.?Apa yang kami tuliskan, bisa jadi tak muncul pada level quality yang sama ketika kita tampilkan dalam format video, audio maupun infografik!

Kalau kalian merasa demikian, akupun sedang berada dalam tahap yang sama!?Beberapa hari lalu pernah dalam sehari aku membuat potongan-potongan video untuk sample bagaimana ia akan kutampilkan di blog ini. Tapi hingga kini, aku belum menemukan format dan pola yang cocok.

Kapan aku bisa mendapatkannya? Entah, tapi aku tak kuasa untuk menghentikan percobaanku karena hanya dengan terus mencoba suatu saat aku akan bisa :)

Kendala kedua adalah pikiran bahwa peralatan teknis yang mahal adalah syarat utama. Padahal untuk membuat video, kita hanya perlu memanfaatkan kamera yang menempel di smartphone saja! Bagiku, meski secara teknis brilian, kalau konten yang dibawakan tak menarik, apalah gunanya?

Tapi tak ada kendala yang melebihi kendala ?Aku nggak punya waktu!??Kalau yang ini aku angkat tangan! Kamu tak sendirian kalau kamu berpikir untuk tak punya waktu. Ada jutaan orang di luar sana pun demikian; mengatasnamakan waktu untuk berlindung dari kobaran semangat untuk berbagi.

Masalahnya, kapan kamu berani beda dari mereka?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.