Kemarin adalah hari yang cukup bersejarah bagiku.? Untuk pertama kalinya, aku merilis single laguku, SULUH, ke kanal-kanal musik digital berbayar.
Tak lama sesudah aku mendapat kabar dari label/agregator, hal pertama yang kulakukan lantas mengabarkan kepada banyak rekan tentang berita menggembirakan tersebut. Di antara komentar yang kuterima, banyak yang nadanya begini, ?Kok tiba-tiba rekaman? Kok tiba-tiba jadi musisi???
Kok tiba-tiba jadi musisi?
Dan jawabanku adalah, ?Kenapa tidak??
Rekaman adalah obsesi lamaku, Bos!?
Waktu masih suka nge-band saat SMA dan kuliah (serta awal-awal kerja) di Jogja dulu, rekaman ke Jakarta adalah cita-cita. Mungkin karena terlalu banyak membaca kisah sejarah band di Majalah HAI pada era 90-an, aku waktu itu kerap membayangkan diri ini dan kawan-kawan se-band naik kereta diundang major label di Jakarta untuk rekaman, rilis album, jadi artis, punya banyak fans, terkenal :)
Sebagian dari hal itu barangkali tetap akan jadi mimpi. Tapi teknologi, dengan kemajuan dan kemudahannya serta mudahnya membangun relasi lewat social media, bayangan rekaman dan merilis rekaman itu ke publik jadi sangat mudah untuk dilakukan. Bahkan band pun tak perlu ada karena semua bisa dikerjakan secara mandiri, tidak dengan alat musik asli melainkan dengan bantuan teknologi bernama musical instrument digital interface alias MIDI.
Hakikat karya dan berkarya
Tapi bagaimana kalau hasilnya jelek?
Salah seorang kawanku semalam juga sudah bilang begitu :) Tapi aku menjawab pertanyaan itu menggunakan pernyataan kawanku lainnya, ?Sing penting wani! (Yang penting berani -jw)!?
Baik-buruk tak melulu jadi takaran dalam berkarya. Keberanian untuk men-ceprot-kan karyalah yang mutlak harus dimiliki orang yang bergerak dalam dunia kreatif.
Sebagai blogger yang ngeblog sejak 2002 (media dan publik kerap menyapaku sebagai superblogger Indonesia) aku sudah paham betul tentang prinsip ini. Aku menulis hampir setiap hari dan setiap hari aku sebelum memencet tombol rilis, pertanyaan besar yang keluar adalah, ?Berani??
Isi ‘SULUH’

SULUH sendiri sebenarnya adalah laguku yang kesekian yang sudah kurilis keluar. Beberapa sebelumnya adalah Raja Singa (lagu tentang Aksi Kamisan) dan Saat Kunanti Pulang yang kupersembahkan untuk almh. Mama. Juga dua lagu religi, Bapa Kami dan Salam Maria (kukerjakan bersama Ari Wulu, seniman Jogja).
Ide musik SULUH terlontar secara spontan beberapa bulan yang lalu. Main gitar, memainkan chord-chord dasar dengan ketukan 3/4 lalu muncullah melodi bagian reff menyusul baitnya.
Ide kemudian kurekam dengan handphone dan sempat kudiamkan cukup lama sebagai referensi dan arsip saja. Hingga akhirnya ketika Pandemik COVID-19 melanda, aku terpikir untuk membuat lagu, kubuka kembali referensi-referensi dan yang cocok untuk menyuarakan pesan ya irama yang kini bisa kalian dengarkan sebagai SULUH itu.
Secara isi, SULUH menyuarakan bagaimana sejatinya kita bersikap dalam masa ini.
Pandemik kuibaratkan sebagai satu masa yang gelap nan menyesakkan. Sesak karena hidup tiba-tiba berubah kepada satu keadaan yang lebih morat-marit, ekonomi tiarap, pekerjaan dan uang banyak hilang, ketahanan pangan jadi momok nan menakutkan. Ketiadaan vaksinasi dan obat yang benar-benar manjur untuk mengusir COVID-19 membuat kita tak tahu kapan semua ini akan berakhir? Ibarat malam, kita tak tahu kapan pagi menjelang!
Lantas apa yang bisa kita lakukan?
Mengutuk kegelapan?
Sudah biasa dan terlampau banyak!
Mendiamkan keadaan?
Lantas ngapain?
Melawan gelap, pendarkan pelita!

Melawan adalah satu-satunya jawaban! Ya lawan! Melawan kegelapan meski dengan pelita-pelita kita. Pendarnya menyuluhkan sekitar, membuat orang lain ikutan berani menyalakan pelitanya masing-masing sehingga terciptalah terang yang lebih besar dan makin besar lagi!
Aku percaya bahwa masing-masing dari kita memiliki pelita itu. Pelita itu adalah kasih. Kasih yang hidup di dalam diri, kasih yang memampukan kita hidup maka kenapa tak kita bagikan kepada sesama supaya mereka pun jadi lebih hidup?!
Di masa yang gelap ini, aku melihat pendar pelita tampak dari paramedis yang bertugas di banyak fasilitas kesehatan di dunia. Mereka manusia biasa seperti kita tapi mereka berani untuk merelakan tak hanya waktu tapi juga kenyamanan dan hidup mereka sendiri.
Aku juga melihat pendar pelita tampak dari para relawan yang mau-maunya mengorbankan diri untuk mengurus penguburan jenasah dengan standard tertentu yang telah ditentukan pemerintah. Tak mudah, tak menyenangkan tapi ketika hal itu adalah menjadi jalan untuk menyuluhkan terang bagi sekitar, mereka melakukannya!
Aku juga melihat pendar pelita dari orang-orang yang menggalakkan bekerja dan beraktivitas dari rumah saja dan mereka yang meski keluar dari rumah tapi tetap memperhatikan betul rambu-rambu kesehatan yang telah ditentukan pemerintah.
Lagu ini kupersembahkan bagi mereka dan kita semua!
Proses produksi
Proses produksi SULUH mulai dari recording, tracking, mixing hingga mastering kubikin dengan sangat sederhana kalau tak mau kukatakan seadanya. Vokal kurekam beberapa kali pada menjelang tengah malam dengan lampu ruangan benar-benar kupadamkan. Hal ini kulakukan supaya aku bisa mendapat nuansa ketika aku bernyanyi, ?Di tengah malam tak berbintang??
Hampir semua instrumen kupercayakan pada MIDI kecuali gitar baik iringan, petikan maupun melodi. Bass sempat kuambil dengan instrumen asli tapi karena tak terlalu sreg dengan hasilnya, track itu lantas kuhapus begitu saja :)
Secara khusus aku menggunakan Abbey Road plugin set untuk mixing dan mastering. Plugin set itu kupilih karena aku suka nuansa vintage dan ?roomy? yang bisa kalian temukan di SULUH. Beberapa kawan menganggap hasil rekaman tidak bersih dan penuh noise? Hmm, tapi itu memang kusengaja adanya hahaha?
Aku butuh waktu hampir satu bulan dengan 27 versi yang kubuat karena merasa tak pernah puas dengan hasil akhir. Jadi kalau kamu anggap hasil rekaman ini tidak terlalu bagus, percayalah itu adalah yang terbaik dari 26 lainnya hahaha!
Setelah jadi, aku lantas mencari tahu bagaimana cara mendaftarkan lagu ke kanal-kanal musik tersebut. Setelah mendaftar, aku segera membuat cover art yang lagi-lagi kubuat sendiri. Kulukis malam hari menggunakan cat acrylic di atas kertas gambar milik anakku.?
Ada yang bertanya kenapa gambarnya lilin dan bukan senthir/teplok yang lebih cocok ke pelita dan suluh? Aku menjawab, ?Susah ngegambarnya! Ini aja yang gampang hahaha??
Emang laku?
Maka sampailah pada pertanyaan, ?Apa yakin laku??
Hahaha… Menjawab pertanyaan itu, kubalas dengan bertanya, apa sih yang membuat khawatir ketika lagu ini tak laku?
Ide lagu kudapat secara cuma-cuma. Proses produksi kulakukan dengan sukarela dan penuh rasa gembira. Apa yang perlu dibayar balik supaya mampu mengganti perasaan-perasaan itu?
Dari sisi perhitungan uang, laku atau nggak laku, dapatnya juga dikit, Bos!
Bayangin aja, setiap kali kalian putar laguku, aku hanya mendapat 0.006 dollar. Jadi kalau ada 1000 orang memutar, aku baru dapat enam dollar. Hal itu setara dengan harga secangkir kopi pagiku ahahaha?
Tapi kalau ada yang putar sampai sejuta kali? Yaelah! Jangankan sejuta, seratus juga aku udah hepi Bro!
Jadi ya begitulah!
Kalau kalian tertarik, silakan mendownload/streaming di sini:
Spotify: https://open.spotify.com/album/7m5wBkkbeBvfi5yhQnEooz
Apple Music: https://music.apple.com/us/album/suluh-single/1519673202?uo=4&app=music&at=1001lry3&ct=dashboard
iTunes: https://music.apple.com/us/album/suluh-single/1519673202?uo=4&app=itunes&at=1001lry3&ct=dashboard
GooglePlay/Youtube: https://play.google.com/store/music/album/Donny_Verdian_Suluh?id=B2ajvuishrdkkxci3fvgqhqp2xu
Amazon: http://www.amazon.com/gp/product/B08BKTL426/?tag=distrokid06-20
Deezer: https://www.deezer.com/album/156051952
IHeartRadio: https://www.iheart.com/artist/id-34658082/albums/id-105073940
Atau kalau ingin mengakses yang ?gratisan? bisa juga membuka video di bawah ini:
Mari menjadi pelita bagi sesama!
Sydney,
di hari pesta kelahiran Santo Yohanes Pembaptis, 24 Juni 2020.
DV, Superblogger Indonesia
Salam Damai Kristus
…apa sih yang membuat khawatir ketika lagu ini tak laku?
Itu kalimat yg paling aku suka, dari sekian celoteh loe yg bernakna maupun receh.
#bebas.lepas
sudah download dari Apple Music (y) Proficiat ya
Makasih, Mel :)