Cawat

6 Jun 2013 | Cetusan

Selembar cawat (sebenarnya ini bukan pengertian yang benar tapi akhirnya ?dibenarkan? karena terlampau sering digunakan -red) yang tertinggal di ruang ganti pria gym yang hampir tiap hari kudatangi itu membuatku berpikir kenapa mesti ia yang tertinggal dan bukannya kemeja, celana jeans atau saudara karibnya, singlet?

Apa karena celana jeans terlalu mainstream, kemeja dan singlet terlalu besar bentuknya sementara celana dalam adalah sesuatu yang bisa kita komentari, ?Ah buang saja!?

cawat itu... tertinggal dan ditinggalkan

cawat itu… tertinggal dan ditinggalkan

Atau barangkali demikian.
Selepas shower, si pemilik celana dalam yang tertinggal itu berjalan kaki ke arah locker lalu mengganti cawat dengan yang baru dan menyelampirkannya di gantungan sementara ia berbenah, berganti baju (termasuk berganti cawat yang baru) lalu pergi begitu saja, lupa kalau cawat kotornya tertinggal! Ya, lupa!

Mungkin juga karena ia anggota kaum orang yang slordeh (slordig – belanda) yang ketika sudah tak menghendaki mengenakan cawat, ya ditinggalkan begitu saja!

Tapi sudahlah. Tak menarik bicara cawat orang lain, bagaimana dengan cawat kita masing-masing? Bagaimana ?persinggungan? dan caramu ber-budaya dengannya? Kapan pertama kali kamu bercawat?

Seingatku dulu aku mulai bercawat ketika aku masuk SD.
Awalnya aku tak suka dan protes kepada Mama karena kalau alasannya untuk melindungi alat kelamin, bukankah celana juga melakukannya?

?Tapi kalau kamu nggak pakai celana dalam, lalu kamu pipis di toilet lalu pas nutup ritlsetingnya kalau tak hati-hati tititmu bisa kejepit!?

Dan sejak saat itu aku tak berani bertanya lagi, membayangkan dan pernah beberapa kali melihat ?punya teman? juga terjepit, aduh sakitnya!

Bagiku, cawat juga bisa dijadikan penanda mapan tidak mapannya tingkat ekonomi seseorang.
Dulu ketika aku masih mahasiswa dan konsentrasi uang pada makan dan fotokopi materi kuliah, cawat itu cukup punya beberapa saja. Maksudnya beberapa itu … uhmmm coba hitung jumlah jari pada satu tanganmu, berapa? Lima? Nah di bawah itu!

Beberapa kawan yang lain waktu itu lebih ekstrim lagi, cawat itu cukup satu atau dua saja. Cara gantinya juga cukup empat hari sekali, model puter kaset, ‘Side A’ dan ‘Side B’. Hah? Maksudnya?

Ya, hari pertama dipakai dengan cara ‘biasa’. Hari kedua, dibalik maksudnya ya dibalik dengan obrasan tampak keluar gitu, makanya disebut side B. Hari ketiga, dibalik lagi dengan cara normal lalu hari keempat pake side B lagi.. hari kelima dicuci dan diikuti dengan cawat yang kedua.

Jangan membayangkan bau dan betapa senangnya kuman atau bakteri atau apapun itu hidup dan tinggal di dalamnya.. ya jangan dibayangkan saja pokoknya.

apa fungsi cawat sih sebenarnya? Apakah ia menutupi kemaluan? Kalau ya, berarti … ada pengulangan fungsi antara celana dalam dan celana dong?

Waktu lalu beranjak, punya duit!
Cawat jadi perhatian karena kita baru sadar ia melindungi alat vital yang memang benar-benar vital bagi kehidupan apalagi kalau kita sudah punya pacar atau setidaknya punya angan-angan untuk punya pacar lalu menikah.. alasannya? you know lah! Belilah dua atau tiga lembar lebih banyak dengan pola penggunaan yang lebih manusiawi, sehari sekali ganti.

Lalu punya duit yang lebih banyak lagi!
Cawat dijadikan bagian yang tak terpisahkan dari fashion! Beli cawat yang karet bannya gede-gede dan ditulisi brand yang memang sudah gede! Mengenakan celana jeans yang hipster dan kaos yang tak terlalu panjang yang kalau kita angkat ketiak langsung kelihatan pusarnya.

Harapannya? Kalau pas lagi jongkok atau duduk di antrian publik orang bisa tahu bahwa untuk cawat pun kita pake yang ber-merk dan mahal!

Tapi itu tak lama. Makin banyak makan enak berlemak, sayangnya bentuk perut makin tak bagus untuk dipamerkan jadi percuma pake cawat berkaret ban tebal karena toh brand nya gak akan terbaca lagi karena ia terdesak tergelung ke bawah karena lemak perut yang membuncit.

Lalu akhirnya beli cawat yang biasa saja. “Yang penting nyaman dipakai dan sering diganti dan kalau mau dibuang nggak sayang karena nggak mahal!” Ya, tapi asal gak begini cara gantinya ya?! Meninggalkan begitu saja di gantungan baju locker room dan berharap orang lain membereskannya!

Eh sebenarnya kalau memang kalian sudah bisa menghindari resiko kejepit ritsleting atau ada beberapa yang punya celana tanpa ritsleting, apa fungsi cawat sih sebenarnya? Apakah ia menutupi kemaluan? Kalau ya, berarti seperti yang kuungkap pada Mamaku tadi, ada pengulangan fungsi antara celana dalam dan celana dong?

Hayo.. jawab! Untuk apa?

Sebarluaskan!

19 Komentar

  1. kalau bulunya kesrimpet resliting pernah ga Don?

    Balas
    • ngggg.. nggak pernah, aku ngga berbulu, tapi berambut. Kamu salah mengirimkan pertanyaan :D

      Balas
  2. aku ora relevan arep komen nang kene. cawatku ono ritsletinge soale.

    Balas
  3. Kalo saya sih biar nyaman aja mas.
    Agak risih aja kalo gak pake kancut :D
    Soalnya kadang kalo pake celana kain (celana sepakbola), takut aja kalo tiba2 salah duduk dan kelihatan “anu” nya :D
    Lagian ya itu, trauma kejepit resleting, hahahah…. :lol:

    Balas
  4. Salah satu fungsinya: supaya tak langsung membekas di celana kalau ternyata tiba-tiba kecipirit -entah apa istilah benarnya-…

    Balas
    • tetep aja fungsimu masih ‘absurd’ karena kalaupun membekas di celana ya tinggal dicuci? Apa bedanya dengan kena di celana dalam? Gimana kalau cepiritnya banyak? Eh tapi memang istilah apa yang benar ya, keciprit, cepirit, pokoknya yang pake ‘prit’, ‘prit’ :)

      Balas
  5. kenapa cawatnya tertinggal? mungkin kode #eh :p

    menurutku fungsi cawat adalah untuk mengamankan dan menyamankan

    Balas
    • tapi nek kemringet apa nyaman tho, Yu? :))

      Balas
  6. Baru baca beberapa paragraf saja saya sudah gatal pengen ikut komentar. Menurut saya hebat jika seorang lelaki di masa kecilnya burungnya (sebut saja demikian) tidak pernah terjepit resleting sama sekali. Punya saya pernah terjepit lebih dari dua kali :-( jangan ditanya bagaimana sakitnya apalagi bagaimana kita harus secepat mungkin mengambil keputusan untuk mengembalikan posisi resleting ke bawah untuk melepaskan si burung dari jeratan. Aduh… ngeri…

    Kalau soal fungsi cawat itu, gimana ya, yang jelas kalau sekarang tidak pakai rasanya akan benar-benar aneh. Apalagi kalau pakai celana kolor, rasanya ada yang menggantung, hahaha…

    Balas
  7. aku pernah dengar soal istilah “side A” dan “side B” itu haha.

    kayaknya memang semakin ekonomi kita membaik, membaik pula kualitas cawat kita. :D

    Balas
  8. weheheheh…. aku beberapa kali terkekeh baca posting ini… *lha dilarang membayangkan, malah makin cetho le mbayangke je…
    etapii… ninggal CD di tempat umum? oh nooooo!!! gendeng ah..

    Aku bukan golongan mahkluk bermanuk tapi melu komen ya… fungsi CD itu ya untuk menjaga biar sang manuk isinya itu tetep berbentuk rada “rapi” lah… mengingat ia (konon) seringkali aktif menggeliat tanpa permisi kalau otak dan mata sedang mendapat stimulus tertentu…
    Pemakainya juga jadi tambah PD kan.. Emangnya PD kala presentasi zonder CD di depan orang bnayak dan tiba-tiba ia bereaksi tanpa permisi kuwi mau? *lahhh….aku mbayangke meneh… jiaannn..

    Balas
  9. Sumpah gak banget yang side A side B itu. Ya mending dia cuci kering saja kali. Sebentar juga kering dengan model cuaca di Indonesia ini. Wkwkwkw….
    Ya intinya celana dalam itu kan untuk melindungi yang di dalam. Sementara celana luar gunanya adalah estetika, sebagai bungkus manusia itu sendiri. Sama kalau beli apel yang pakai busa tipis pembungkus apel, tapi saat dibawa keluar dari supermarket dia dibungkus lagi pakai plastik, atau saat dibawa piknik dimasukkan lagi ke dalam potluck… :D

    Balas
  10. Ahahaha Cawat! Bahasa yg aku dengar dari om tante ketika masih kecil. Orang Bawean lebih biasa terdengar mendengar menggunakan kata cawat dibanding celana dalam atau sempak.

    BTW Aku mulai benar2 mengunakan cawat itu agak tekat, agak gedean, kira2 SD kelas berapa gitu, kelas 3 keknya :))

    Sekarang aku lebih suka yang mahal sih Don, gak cepet rusak, gak cepet jelek, gak cepet sobek, dan tentunya selalu bikinenak di selangkangan dan kon………… ppfffttt :D

    Balas
  11. Merugilah laki-laki yang gk pernah kejepit resluiting, karena sampai sekarang belum ada “rasa” lain yang dapat mewakilinya. Dulu pas sering2nya kejepit, tips nya adalah diolesi jlantah, biar licin dan gak terlalu sakit proses melepaskannya. Gara2 itu kepikiran mau jualan jlantah sachetan.

    Fungsi celana dalem bagiku untuk menjaga arah burung agar senantiasa pada posisi ideal. Nek nglembret njuk ngacung pada posisi madep ngisor ndaduk celana itu suakit jendralll!

    Balas
    • Berarti kalau burung tidak ngacungan tetap ga butuh cawat ya? Btw, ide jlantah sachetan itu bagus! :)

      Balas
  12. ya ga ada fungsinya sih sebenarnya… mungkin hanya untuk membuat nyaman saja… selebihnya kebiasaan dari kecil karena sebuah peradaban.

    Balas
    • Berarti ada fungsinya dong, mengikuti peradaban :)

      Balas
  13. makanya pakai seutas kain saja, seperti pesumo Jepang. Sexy lagi :D

    Balas
  14. Biar kalau ngaceng ngga terlalu keliatan mas :) Ada penyangganya gitu loh…

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.