Sebelum angka tahun berubah jadi 2022, rasanya tulisan ini memang harus kupublikasikan sebagai penanda bahwa di tahun ini, 2021, aku dan kawan-kawan SMA Kolese De Britto angkatan tahun 1996 merayakan ulang tahun kelulusan yang ke-25. Syukur kepada Allah!

Tapi sebenarnya apa yang penting dari penanda kelulusan ini?
Penting-nggak penting sebenarnya…
Bagi sebagian orang, angka tahun hanyalah penanda. Apa istimewanya 25 tahun kelulusan dibandingkan dengan 15 tahun kelulusan? Atau dengan 30 dan 45 misalnya? It’s only a number!
Bagi segelintir yang lain ha mbok yakin ada yang luweh-luweh bergembira menanggapi kelulusan 25 tahun! 25 tahun? De Britto? Njuk ngapa?
Meski demikian, kalau boleh menerakan sesuatu yang semoga jadi sedikit lebih penting dari peringatan ini adalah, mari kita gunakan momentum ini untuk meninjau diri kita sebenarnya; sudah sejauh apa kita ‘pergi’ dari De Britto selama ini? Atau… jangan-jangan meski sudah lulus 25 tahun lalu tapi pikiran dan hati kita masih di situ-situ saja?
Mereka-mereka yang seperti ini adalah kaum yang menurutku belum bisa move on.
Ketidakbisaan untuk move on tak hanya soal bagaimana seseorang selalu mengait-kaitkan hidup masa kini dengan pengalaman masa lalu di De Britto tapi juga dalam menilai kawan sesama lulusan.
Misalnya ada seseorang yang dulu waktu masih SMA sukanya mabuk-mabukan lalu sekarang ketika yang bersangkutan diajak mabuk selalu berkelit kemudian dicap “Nggaya!”, “Sombong!” atau “Sok Alim!” Padahal mungkin bukannya sudah jadi alim tapi karena barangkali merasa sudah nggak level kalau kelas mabuknya cuma alkohol hahahaha….
Atau sebaliknya, ketika ada orang yang dulu veteran, ngentutan, mabuk-mabukan lalu sekarang sudah jadi pengusaha sakses beromset milyaran (dan masih mabuk-mabukan) lalu kawan-kawan lain tetap saja mencibir,
“Hayah tenanan po?”
“Ah, gek-gek kuwi duwite wong tuwane!? Kan memang sugih kawit ndisik!”
Maka move on lah! Hidup ini berubah kenapa kalian tidak?
Sejak kita lulus dulu hingga kini ada sekian masa yang terjadi dan kita tidak bisa menghentikan Tuhan dan kehidupan dan apa saja untuk mengubah kita dan mereka…
Orang yang semula kita kenal setia kawan, jangan kaget kalau sekarang jadi cenderung malah ‘makan teman’. Orang yang tadinya cenderung pendiam dan alim, eh sekarang malah jadi kosok baline, ndugal salah umur… yang kayak gitu ya ada….
Dalam penggal akhir tulisan ini, aku jadi teringat penggalan lirik Mars De Britto karya Romo L. Moerabi, SJ.
“Ingat selalu di dalam hatimu ialah de britto contohmu!”
Kenapa Romo Moerabi tidak meminta kita mengingat menggunakan otak? Barangkali karena makin lama memori otak makin terbatas baik karena fisik maupun memang sudah seharusnya memori otak digunakan untuk hal-hal yang lebih penting dan kontekstual dari sekadar mengingat masa lalu!
Ingatlah menggunakan hati!
Mengingat menggunakan hati tidak perlu memori. Mengingat menggunakan hati adalah mendalami dan menghidupi. Apa dan siapa yang didalami dan dihidupi? Ya Santo Yohanes De Britto dan ajaran-ajarannya sebagai seorang Yesuit!
Jadi kalau sekarang kamu lupa tentang bagaimana dulu pernah nggabrul teh-nya Si Bob atau nantang gelut Pak Kushadi misalnya, bersyukurlah karena memang kedua hal itu adalah aib dan tidak layak untuk diingat-ingat terlalu lama…
Contoh mengingat menggunakan hati tentang ajaran De Britto barangkali bisa dilihat dari bagaimana bijaksananya angkatan 96 dalam menyikapi pesta 25 tahun kelulusan.
Setelah melalui refleksi nan panjang terutama terkait kondisi pandemik yang berlarut-larut dan sempat memburuk, kawan-kawan angkatan memilih tidak mengadakan pesta meriah. Uang bantingan yang lama dipersiapkan justru dipakai mengongkosi acara suntik vaksin gratis di sebuah daerah pelosok di Jogja sana.
Ini adalah bukti bahwa yang diingat nggak melulu kenangan masa lalu! Yang diingat adalah ajaran yang pernah diberikan di masa itu! Ajaran bahwa kita ini diajak berguna bagi sesama, migunani tumraping liyan, man for others lah! Mereka, eh kami, dan semoga kita semua diajak untuk mendalami dan menghidupi hal itu.
Bagi Tuhan dan Bangsaku
DV, angkatan 96.

0 Komentar