Cangkir blirik kupakai setiap hari khusus untuk menyesap kopi. Di toilet, di meja kerja, di depan TV, di mana saja. Kopi yang kutuang kepadanya bisa apa saja. Mau sachet-an, mau bijian pokoknya hitam, pahit, wangi: hajar!

Cangkir blirik bagi sebagian orang Jawa memiliki nilai nostalgia. Simbah Buyutku, Simbah Padmodihardjo Putri dulu kalau ngunjuk teh tubruk ya pakai cangkir seperti ini. Bahkan dulu cangkirnya kadang sampai borot (bocor : jw) karena terlalu sering dipakai. Dengan bantuan tukang patri keliling yang datang every now and then, ke-borot-an cangkir pun tertutup dan bisa dipakai kembali.
Semasa tinggal di Jogja dari 1993 – 2008, cangkir blirik beberapa kali kulihat dipakai di warung-warung kecil. Di Angkringan Lik Man, cangkir blirik tidak dipakai untuk menghidangkan minuman tapi untuk ngecom kopi dan teh langsung dari ceret panas sebelum dibagi-bagikan ke gelas untuk dihidangkan.
Tapi sekarang banyak kulihat di linimasa social media, cangkir blirik dipakai di warung-warung tradisional – modern. Penampakannya beradu dengan banyak simbol hedon nan modern. Agak kontras tapi dunia memang gitu kan?

Cangkir ini kubeli di Klaten di hari yang bersejarah, 15 maret 2015, hari terakhirku menatap mata Mama yang sayu. Setahun sesudahnya ia berpulang dalam keabadian.
Cangkir blirik jarang kucuci karena toh kupakai sendiri. Sensasi kerak kopi yang tercipta di permukaan dalam cangkir membuatku semakin menghayati Injil Tuhan, Lukas 11:39 “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.”
Hahaha berlebihan ya? Tapi beneran kok. Setiap menyeruput kopi aku melihat kerak-kerak hitam itu dan memikirkan betapa hidup ini kadang dari luar keliatan keren tapi dalamya penuh kerak pahit. Apalagi hatimu… eh kok tiba-tiba ada kamu?!
Hal terakhir yang kupercaya kenapa aku tak seharusnya mencuci cangkir setiap hari, rasa kopi yang kusesap adalah akumulasi dari endapan kopi yang tak kucuci sekian lama dan.. iya bener katamu… endapan jigong bangun tidurku juga sih…

Waktu kelas nol sampai kelas dua saya masih pakai cangkir blirik.
Setelah saya dewasa, tahun 2000 dan seterusnya, cangkir enamel ini musim lagi. Kayak camping aja ya. 😁
Nggak ada yang baru di bawah matahari (dept store) yang sama, Man :)