Exposure pemberitaan setelah Pilpres tanggal 9 Juli 2014 kemarin kalau kuamat-amati lebih ramai soal satu lembar dokumen bernama C1 ketimbang berita tentang para capres-cawapres itu sendiri.
Konon, banyak tangan jahil yang mencoba me-markup rekapitulasi suara yang tertera di C1.
Dari situs bernama aneh yang dibikin kawanku, Herman Saksono, C1yanganeh.tumblr.com (Nah, aneh kan?!?! Anehnya lagi situs ini jadi sangat terkenal sekarang!) aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kejanggalan-kejanggalan itu.
Ada yang memanfaatkan ruang digit yang kosong untuk diisi angka, penggelembungan angka 3 menjadi 8, dan ini yang paling terkenal, mengubah tanda silang (x) yang menandakan kolom tak terpakai, menjadi angka 8.
Hal ini mengingatkanku pada satu kejadian dulu, 18 tahun silam ketika aku duduk di bangku SMA Kolese De Britto Yogyakarta.
Tapi ini bukan soal Pemilu.
Ini soal pengalaman di kelas. Jadi siang itu adalah jam mata pelajaran Seni Lukis, kami sekelas sibuk menggambar.
Gurunya, sebut saja Cak Wid namanya.
Orangnya unik lebih tepatnya sok nyeni. Ia sering pakai topi ala Pak Tino Sidin, rokoknya kdang Gudang Garam Merah kretek, kadang berpipa cangklong entah tembakau merek apa yang disulutnya. Kalau bicara suka dipatah-patahkan lalu sedikit-sedikit menerawang…
Tapi ketika di rumah, ia menampakkan karakter aslinya yang kalau kubilang jauh dari asosiasi ?seni? yang coba dimunculkan di sekolah, makanya di atas tadi kutulis bahwa dia sebenarnya hanya ?sok nyeni?.
Di rumah, Ia sosok serius yang menyenangkan untuk diajak bicara tentang apa saja hingga jam berapa pun apalagi kalau sudah ditimpali kudapan pisang goreng, jadah goreng, tape goreng serta teh dan kopi yang bertubi-tubi.
Tapi ok, cukup segitu membahas dirinya dan kembali ke ?siang itu? yang kusinggung di atas tadi.
Di tengah kusyuknya kami menggambar, tiba-tiba Cak Wid pamit,??Anak-anak, sebentar ya, saya mau ke belakang??
?Ya Paaaak!?
Semenit hening, hanya terdengar suara pensil menggerus kertas gambar.
Beberapa saat kemudian, salah satu teman nyeletuk, ?Kita bikin susah-susah gini paling cuma dapet nilai 6!?
Kawan lain menimpali, ?Iya! Cak Wid memang pelit banget ngasih nilai, di rapor paling juga 6!?
Susana kembali hening.
Lalu tiba-tiba seorang kawan mengendap-endap maju ke meja guru yang kosong itu dan berujar, ?Eh, buku nilainya Cak Wid ada nih.. Dia nulis nilainya pakai pensil jadi bisa dihapus lalu diganti. Mau??
Kelas pun gaduh dan kekhusyukan berakhir! Tawaran ?jahat? tadi mengusik konsentrasi menggambar kami.
?Biar nggak ketahuan, aku saja yang nulis. Kalau kita nulis satu-satu bisa ketahuan karena angkanya beda!? tukas temanku melanjutkan. Di tangannya tergenggam pensil dan penghapus.
Kami mengiyakan, ?Iya! Iya!? Serempak.
Lalu ada seorang kawan lain menyaguhkan diri untuk menjadi penjaga pintu. ?Aku tungguin di sini! Kamu kerjain sekarang, kalau Cak Wid datang, aku akan kasih kode, kamu langsung duduk lagi!?
Lima menit berlalu, kami mulai tak sabar, ?Cepet! Cepet! Cak Wid keburu balik!?
Dua menit kemudian, kawanku bilang, ?Uwis! Semua nilai udah kuganti. Semua kutambahin dua angka?.?
Kelas kembali senyap. Tak berapa lama kemudian Cak Wid datang.?Bau asap rokok mengiringi kedatangannya, sepertinya ia keasyikan jongkok, buang air besar sambil merokok.
?Gimana, anak-anak??
Kami yang biasanya tak terlalu bersemangat setiap berinteraksi dengannya, saat itu jadi sangat sumringah dan menjawabnya serempak, ?Baaaaaaik Pak Wid!?
Nilai rapor kami untuk mata pelajaran seni lukis pada akhir semester itu melonjak.?Kami senang, wali kelas juga senang dan kuyakin Cak Wid juga bangga dengan raihan itu meski ia tak sadar apa yang terjadi dengan buku nilai anak-anak didiknya…
Woooo… pekok!
Wekekekeke!
Astaga! Sungguh berani dan iseng sekali… :lol:
wuahahaha..
ngertia ndisik aku melu ngono Mas..
kompak tenan sak kelas
saiki lebih sok Mas
terkenal dengan nama Pak Bernard..
Bhwahahahaha Pak Bernard kaya jeneng asu wae wakakakak :)
Wahh njuk dadi bernard. Kapik’en.. :))
Dudu bernard, tapi ‘Bendrat’ sejenis kawat =P
Bernard ki koyo jeneng asu, St Bernard hahaha!