Mimit (@dianparamita) menurutku adalah seorang ikon pemberani di ranah twitland Indonesia. Usianya masih amat muda, tapi keberaniannya menyatakan opini adalah sesuatu yang patut diacungi jempol.
Mimit cukup tenar setelah sukses menang debat melawan BamSat (Bambang Soesatyo – politisi Golkar) di Twitter beberapa waktu lalu ketika kasus Century sedang menggeliat. Lalu ketika Irshad Manji sedang berdiskusi di Jogja lalu digerebek para bigot ?kepo? pembela tuhan, Mimit seingatku juga menyajikan live tweetnya. Hari-hari ini, ia cukup vokal juga menyuarakan perlunya memberi kehidupan dan menghormati hak hidup satwa.
Beruntung aku bisa bertemu dengan mahasiswi fakultas UGM ini Juli lalu. Bersama kakak kandungnya, Herman Saksono (Momon) dan blogger Jogja, Medina Wulandari (Memet), kami bertemu dan ngobrol ngalor ngidul di sebuah kedai kopi di bilangan bulaksumur, Jogja sana.
Nah, beberapa waktu lalu, ia mengundangku untuk melakukan teleconference pada sebuah radio di Jogja untuk bicara soal fenomena buzzer.?Saat itu, ia membutuhkan nara sumber yang bisa memberikan ?imbangan? dari sekian banyak pihak yang setuju dengan keberadaan buzzer :)
Sayang undangan itu harus aku tampik karena waktu siarnya yang jam 10 malam WIB atau jam 1 dinihari waktu Sydney, ?Aku wes turu jam sakmana, Nduk! (Aku sudah tidur jam segitu, Dik – jawa)? jawabku melalui email kepadanya.
Namun sebagai gantinya, aku lantas membuatkan sebuah rekaman suara yang kukirim dan kemudian disiarkannya mendampingi pendapat para narasumber yang lainnya.
Tak ada yang baru dari yang kuungkapkan di situ karena aku memang mencoba untuk konsisten pada setiap opiniku tentang suatu hal. Jadi kalau kesannya membosankan ya memang membosankan.
Jadi, bagi kalian yang pernah membaca tulisanku tentang buzzer di sini, kalian tak perlu lagi mendengarkan suaraku. Tapi kalau belum, atau lupa, bolehlah, main pemutar ‘soundcloud’ di bawah atau kalau tak bisa terbuka dengan semestinya, silakan klik?di sini.
[soundcloud url=”http://api.soundcloud.com/tracks/60043127″ iframe=”true” /]
So, Mimit dan Unisi FM, terimakasih sudah mengundangku. Lain waktu, undanglah aku pada jam yang lebih ?manusiawi? terhadapku yang tinggal di Sydney hehehe…
Don aku nglamar dadi buzzermu enthuk ora?
Bersama kakak kandungnya, Herman Saksono (Momon) dan blogger Jogja, Medina Wulandari (Memet), kami bertemu dan ngobrol ngalor ngidul di sebuah kedai kopi di bilangan bulaksumur, Jogja sana.
wah sorry ra isa ketemuan, aku kegasikan le teka.
waini.. artikel dan rekaman yang oke. sebenernya aku yo bukan anti buzzer, tapi kalau sudah membabi-buta dan gak seimbang lama-lama jadi bosan. akhir-akhir ini kalau baca yang model begitu itu (atau tulisan beberapa orang tertentu) yang kebayang bukan review tapi (sorry) ass-kissing, lha wong gak seimbang. kalau cek list google reader dan di judul udah ada nama produk, duuuh aku sedih tiap skip blog yang gak jadi di-blogwalking-i.
well, thanks. makasih juga buat pencerahan di artikel satunya :D
Fenomena buzzer menciptakan profesi baru. No problem menurutku selama tidak asal ambil semua tawaran & profesional.
pandangan dirimu bisa diterima dengan baik… tapi yang namanya profesi ya pasti akan selalu terkesan berat sebelah. Idealisme yang dirimu bicarakan itu bisa ditaruh di nomor berapa gitu ya. Memang semua akhirnya kembali ke masing masing individu..
ngebuzz maning….
Ngebuzz itu enak dan perlu
Tapi kalau kebanyakan dan semua topik diambil ya jadinya…gitu deh
ah aku mending googling cari review yg lebih profesional drpd blogger yg buzzer…
aku ngga perlu kata2 manis produk dan apalagi foto si blogger pegang2 produk hahaha.
nah, aku setuju dengan ini.
Ternyata suara mas dv medok jawa banget yak.. :D #salahfokus
Jadi kira2 kedepan buzzer lebih menggigit, gitu Om?
Fenomena buzzer kayaknya sama aja seperti tukang obat yang pegang speaker manggil orang2 dipasar :P
Wahhhh Mas DV :’)
Makasih ya. Makasih juga sudah bersedia memberikan pendapatnya di radio dan bahkan dengerin sampai jam 1 pagi disana…
Suatu hari kalo ada tema cocok lagi, mau lagi yaaaa! :P
DV,
baru sekarang aku denger suaramu hehehhehe…
*gagalfokus*
Salam,
Untung aku sudah pernah bertemu dengan beliyaw, sehingga tidak kaget mendengar rekamannya dengan artikulasi Jawa yang sangat fasih tersebut…
*ini buzzer juga gak?* :D
..
soal buzzer sih aku netral aja Mas, namanya juga cari duit..
tinggal pinter2 kita aja jangan sampai di bohongi oknum buzzer yg geje.. ^^
..
wah ngupi di bulaksumur, kedai opo Mas Don..?
..
pengen jadi buzzer piye ki carane? :)
ono pendaftaran e barang rak? syarat e opo wae? kudu terkenal yo?
menyimak, manggut-manggut…
urip iku pilihan.
Tidak anti buzzer, tapi tetap milih-milih kalau diminta jadi buzzer. Tak nafsu juga untuk cari duit dari menjadi buzzer. ;)
Salam persahablogan,
@wkf2010
Om suaranya seksih banget, beneran :D
kayak suara remaja SMA
nasib ga kelirik utk jadi buzzer *eh *salahfokus