Butir Pasir dan Tuhannya

18 Des 2007 | Cetusan

Apakah kamu sadar?
Bahwa sebenarnya hidup itu bisa disyukuri dengan cara-cara yang sederhana saja.
Sisihkan sedikit uang atau persiapkan selalu koin rupiah di saku kanan celanamu lalu serahkan keping demi keping itu kepada para peminta-peminta dan pengamen di persimpangan jalan.
Jangan melihat bagaimana keadaan mereka karena mungkin akan terbit komentar-komentar:
“Ah! Mereka hanya pura-pura miskin. Mereka gunakan uang itu untuk judi!”
“Mereka kan anak-anak yang diperas oleh orangtuanya dan disuruhnya ia bekerja dengan mengemis!”
“Ketimbang ngamen mendingan jadi kuli bangunan, nggak kayak gitu!”
“No money for beggars! Mereka tidak boleh dimanja karena bikin mereka tak bisa menghargai uang!”
Hey, ingat! Kita nggak punya hak sedikitpun untuk berkata-kata demikian.
Just berikan saja uang itu seiklasnya dan jangan lupa sunggingkan senyuman meski terkadang mereka tak berbalas senyum padamu ya biarkan saja. Mungkin mereka menderita saking laparnya atau tak biasa tersenyum karena biasa dicemberutin orang-orang sombong yang biasa melayangkan komentar-komentar seperti tersebut di atas ?!?
Tak usah ambil perkara kecil yang bisa menghalangi rasa syukurmu itu.

* * *

Tanyakanlah pada ibu atau bapak bagaimana perjuangan mereka melahirkanmu dan membesarkanmu dulu.
Bagaimana beratnya menjadi “kangguru” yang mengantongi anak dalam kandungan selama 9 bulan demi kamu!
Bagaimana sakitnya lahir meski mungkin secara caesar sekalipun!
Bagaimana bandelnya kamu ketika kecil dan betapa mereka yang semula mungkin masih terlalu ego untuk menjadi orangtua, mendadak sabar seperti itu menghadapi rengekan kamu yang meminta mainan ?
Bagaimana kamu mulai bisa boong kecil-kecilan sampai boong besar-besaran terhadap mereka ketika dewasa menjelang. Demi sebuah ijin untuk dapat nge-party bersama teman maka kamu pamit belajar kelompok kepada mereka ? Meski mereka pernah muda dan tahu betul alasan kamu yang mengada-ada itu, tak tahukah kamu bahwa pada saat itu pula mereka telah memiliki samudra kompromi dan pemaafan yang luar biasa besarnya untukmu?

* * *

Hirup nafasmu dari kedua lubang hidungmu dan sesaat kemudian lepaskanlah.
Bayangkan jika kamu tak memiliki lubang hidung, atau tiba-tiba pasokan oksigen di atmosfir ini hilang begitu saja atau sekonyong-konyong Tuhan mengirimkan surat tagihan “Pakai Hidung” melalui kurir surat-menyuratmu dan mengancam akan menarik hak pakai hidung daripadamu jika kamu tak membayar sejumlah uang yang disebutkan sebelum waktunya benar-benar tiba ?
Ah, terlalu berat untuk dibayangkan bukan? Ya, ya, ya! Makanya, hirup saja.. hirup saja dan hembuskanlah aliran udara itu …

* * *

Perhatikan pada langit.
Pada biru-biru yang menghiasinya. Kenapa pula Tuhan memberikan keyakinan dari hati dan dari mata bahwa langit itu biru adanya ?
Kenapa Tuhan tak mengubahnya menjadi merah menyala atau hitam pekat sepanjang malam dan siang ?
Apakah kalau langit menjadi hitam kita masih tetap bisa melihat kepakan-kepakan indah burung dan gugusan-gugusan awan memutih yang memplak-memplak itu?
Dan bukankah kalau langit menjadi merah menyala kita akan menjadi orang yang begitu ketakutan karena mengira Tuhan marah dan selalu marah hingga memerahkan mata-langitnya?
Itulah biru! Itulah syukur itu!

* * *

Untuk apa kita menerbitkan rasa syukur dengan cara-cara yang tak mudah kita syukuri? Mengapa kita tak kembali menengok hati, mengingat remeh-temeh, mengusap mereka hingga cemerlang sehingga kamu bisa menemukan syukur yang tak kalah besarnya?
Karena di sana, di cara-cara yang tak mudah itu, kamu tidak akan dapat menemukan Tuhan dan engkau akan selalu menganggap kerdil Dia, dan kamulah Tuhannya. Tapi di sini, di cara-cara remeh temeh dan hal-hal kecil itu, kamu bisa menemukan Tuhan. Kamu adalah butir pasir yang remeh temeh, dan Dialah Tuhannya.
(permenungan menjelang tidur semalam yang waktu terbangun pun ternyata masih bersambung …)

Tulisan ini adalah salinan dari blog saya yang ada di friendster. Pernah dimuat di sana pada tanggal 3 September 2007

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.