Budi Putra: blogging memang passion bagi saya

11 Nov 2013 | Cetusan, Harblognas

Aku memandang Budi Putra sebagai ‘sesuatu’ yang lain dibandingkan dengan banyak aktivis online tanah air lainnya.?Bukan hanya karena ia smart dan senior, tapi lebih dari itu, langkahnya layaknya langkah kuda, sulit ditebak tapi tahu-tahu nongol di tempat lain dan cemerlang!?Budi Putra adalah jurnalis dan ia mempertahankan hal itu hingga kini setidaknya dalam kaitannya dengan penciptaan konten di media.

Hingga tulisan ini kubuat, Oktober 2013, belum pernah sekalipun aku bertatap muka dengannya meski nama dan kiprahnya lumayan lama kuikuti sejak pertengahan dekade lalu. Boleh dibilang, ia adalah ‘sang pemula’ yang berani mendekalarasikan diri sebagai blogger profesional ketika yang lain masih sibuk bermain blog theme dan mengutak-utik platform.

Namun demikian, aku sempat skeptis ketika ia akhirnya masuk Yahoo sebagai pucuk pimpinan editorial Indonesia (2009). Ketika itu kupikir ia menyerah dan lelah. Tapi ketika ia akhirnya keluar dan kembali ‘melanglang buana’ dan kini menjadi tampuk pimpinan The Jakarta Post Digital, aku tahu, ia bukan jiwa yang gampang lelah, justru sebaliknya, jangan-jangan kita yang terlampau cepat lelah menyimak kiprah energisnya?

Untuk itu, ketika ia menyanggupi untuk kuwawancarai untuk media ini, aku begitu bersemangat untuk mengulasnya melalui pertanyaan-pertanyaan dan menyajikannya di sini sebagai ‘sesuatu’ yang lain tadi. Budi Putra, lengkap dengan manuver-manuver langkah kudanya adalah hal yang patut diingat sebagai sejarah manis pergerakan dunia digital dan khususnya online Indonesia. Semoga kalian sependapat!

Kalau tidak salah ingat, Anda adalah salah satu orang pertama di Indonesia yang dengan berani mendeklarasikan diri sebagai profesional blogger?
Saya tidak tahu persis apakah saya adalah blogger professional pertama waktu itu. Saya yakin sudah ada orang lain yang melakukan hal serupa, tetapi memang belum banyak jumlahnya.

Lalu, kenapa berani memutuskan demikian?
Berawal dari keingintahuan saya soal dunia blogging yang mulai ramai di Amerika dan Eropa waktu itu. Sebetulnya saya sudah mulai ngeblog sejak awal 2000-an di Blogspot (waktu saya masih bekerja sebagai wartawan di Padang, Sumatra Barat), tetapi contentnya asal diisi dan tidak rutin. Lebih parah lagi, blognya sering gonta-ganti topik dan lebih dari satu blog.

Barulah sejak awal 2006, saya mulai seriusi ngeblog. Saya memutuskan hanya fokus di satu topik saja: soal gadget dan menulisnya dalam Bahasa Inggris. Nama blognya 3GWeek.

Dengan pekerjaan sehari-hari sebagai wartawan dan redaktur waktu itu, saya berusaha menemukan waktu untuk menulis. Paling tidak sekali seminggu harus ada posting baru.

…saya mulai merasa pekerjaan sudah mulai mengganggu kegiatan ngeblog saya…

Dan ketika ada tawaran menulis blogpost di salah satu portal teknologi terkemuka, CNET Asia, dan tawaran jadi guest editor di SlashPhone, saya mulai merasa pekerjaan sudah mulai mengganggu kegiatan ngeblog saya hehehe, maka mulailah saya berpikir untuk berhenti jadi wartawan dan hanya fokus jadi blogger dengan menulis di beberapa situs tersebut.

Bulan Maret 2007, saya mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai wartawan Tempo

Lalu Anda membuat Asia Blogging Network (ABN) yang waktu itu juga sempat ramai. Ide awalnya bagaimana?
Idenya adalah di mana para blogger bisa ngeblog sesuai passion-nya, saya menyediakan platformnya . Saya bikin sejumlah channel dan topik. Dari sisi pembaca, mereka bisa menikmati blog ABN dengan memilih topik dari channel yang ada.

Tapi tak lama kemudian berhenti?
Pada awalnya, pendekatan ini lumayan jalan, paling tidak terlihat dari jumlah pageviews yang terus berkembang walaupun tidak spektakuler. Sejumlah brand besar seperti Microsoft, Cisco Systems, Garuda Indonesia, tertarik melakukan campaign untuk audience ABN. Saya inginnya melakukan sindikasi content ABN ke mereka. Jadi idenya, saya tidak ingin ABN hanya sekadar jual iklan, tapi juga content.

Tapi sayang, waktu itu belum banyak layanan, distribution channel, yang butuh content seperti sekarang. Sementara saya mendapat tawaran lain yang cukup menantang waktu itu, saya memutuskan untuk mengambilnya. Jadi ABN hiatus sampai sekarang. Apa boleh buat, yang namanya kesempatan tidak bisa dipertukarkan, jadi harus memilih.

…saat saya berhenti jadi wartawan, tak berarti saya merasa gagal jadi wartawan. Begitu pula saat berhenti jadi blogger full-time, tak berarti saya merasa gagal. Tapi semua itu adalah bagian dari strategi untuk karir saya ke depan

Lalu setelah itu Anda berkiprah di beberapa perusahaan seperti Yahoo, Viki, dan sekarang di The Jakarta Post ya? Apa anda merasa gagal menjadi blogger sehingga kembali bekerja ‘ikut orang’, Mas?
Begini, saat saya berhenti jadi wartawan, tak berarti saya merasa gagal jadi wartawan. Begitu pula saat berhenti jadi blogger full-time, tak berarti saya merasa gagal. Tapi semua itu adalah bagian dari strategi untuk karir saya ke depan. Setelah dua tahun jadi blogger full-time, sempat menjalankan bisnis jaringan blog, mulai mengerti operasional perusahaan, dan mulai memahami komunitas online, mendorong saya untuk menambah skill yang lainnya –khususnya editorial dan product management– dengan menerima tantangan berikutnya.

Jadi dari portofolio, Alhamdulillah pengalaman saya cukup beragam alias “paket lengkap”: pernah belajar jurnalistik (Tempo), blogger, enterpreneur (ABN), multinasional / giant company (Yahoo), startup (Viki) dan sekarang punya kesempatan untuk mempraktikkan semua itu ketika mendirikan dan memimpin The Jakarta Post Digital (perusahaan baru yang didirikan the Jakarta Post untuk menjalankan bisnis yang terkait digital, online dan mobile).

Wah, jadi anda nggak cuma jadi CEO tapi juga ikut mendirikan The Jakarta Post Digital?
Iya, benar. Salah satu pendiri.

Ngomong-ngomong, apakah Anda masih ngeblog?
Masih dong. Blogging memang passion bagi saya. Di tengah kesibukan pekerjaan yang sekarang, saya tetap ngeblog reguler di blog saya: budiputra.com. Untungnya cukup banyak guest blogger, terutama dari luar, yang ikut meramaikan content budiputra.com saat ini. Seru aja.

Dalam pandanganmu, dunia online tanah air lima tahun ke depan itu kira-kira akan seperti apa dan peran blogger yang mas harapkan dalam perkembangan itu seperti apa?
Presiden MPAA (Motion Picture Association of America), Chris Dodd pernah bilang: “Simply put, it doesn’t matter how great a piece of technology you have invented, or how innovative a distribution platform you have created. You must have content.”?Jadi tetaplah menciptakan content. Itulah sebabnya saya sering bilang, kegiatan blogging — yang intinya menciptakan content — akan tetap relevan. Sampai kapan pun…Trust me.

Sebarluaskan!

4 Komentar

  1. Saya secara tidak langsung kenal dengan Uda Budi dari sang adik yang notabene adalah teman sekampus dulu. Dan memang dari ceritanya, Uda Budi ini memang memiliki langkah kuda, tak gampang terbaca.

    Ketika masuk dunia blogging, namanya makin santer saja. Sejak dari Yahoo sampai sekarang di JakartaPost. Menarik untuk melihat langkah-langkah kudanya, dan saya sih yakin semua langkahnya itu dasarnya ya dari hobi blogging itu..

    Balas
    • Nah! Kamu lebih beruntung daripadaku, Le! Aku belum sekalipun ketemu ataupun kenal kerabat si Uda ini :)

      Balas
  2. Ternyata saya adalah orang yang sangat beruntung karena bolak-balik ketemuan mas Budip untuk beragam aktivitas. Setiap kali ketemuan, selalu banyak input, nasihat, saran dan kritik buat saya. Apa yang dia sharing terkadang suatu hal yang baru terlihat “ujud”nya 6bulan sampai setahun ke depan. Kadang-kadang saya kepikiran, jangan-jangan Mas Budip ini semacam “digital oracle-nya Indonesia ^_^ “

    Balas
    • Hehehe, anda memang selalu beruntung, Mbak :) Dan benar, dia memang piawai…

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.