• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Botol

6 Desember 2010 12 Komentar

Beberapa waktu lalu, ketika sedang makan di restaurant, penyajian botol kemasan sambal/sauce yang ada di atas meja itu (lihat foto di atas) ‘mengejutkan’ ku.
Bukan suatu hal yang baru sebenarnya, toh perubahan kemasan adalah sesuatu yang jamak dan sudah cukup lama ‘hadir’. Tapi bedanya, kupikir kalau selama ini mereka tak butuh perhatian maka sesudah siang itu, sesudah makan di restaurant itu, aku mendadak ‘memperhatikannya’.
Sebenarnya apa perbedaan penyajian botol ‘baru’ itu dengan botol lama yang sudah lebih lama kita kenal sebelumnya sehingga botol lama lantas tergantikan oleh bentuk baru itu?
Secara fisik jelas berbeda.
Botol lama ‘tersusun’ atas badan botol, ditandai dengan ruang yang besar, berada di bawah dan bagian leher di atasnya. Sementara botol baru justru sebaliknya, menempatkan badan botol di atas lalu semakin ke bawah semakin mengerucut.
Perbedaan fisik ini kutengarai sebagai ‘rencana besar’ terhadap perubahan penyajian botol kecap/saus.
Produsen rupanya cukup tanggap dengan adanya keluhan betapa sulitnya mengeluarkan isi botol (dengan konstruksi lama) karena harus membalikkan badan botol lalu beberapa saat harus mengayunkan botol dari atas ke bawah supaya isinya turun dan mengalir keluar. Belum lagi kalau isinya mengering/mengental, tenaga yang dibutuhkan untuk mengayun tentu akan lebih besar lagi. Nah, dengan botol baru, apa yang menjadi keluhan di atas setidaknya bisa teratasi dengan perubahan konstruksi didukung oleh kenyataan alam adanya tenaga gravitasi bumi yang selalu mengarah ke bawah. Konsumen tak harus mengayun lagi, cukup membuka tutupnya, lalu tekan sedikit ke badan botol dan crotttt! isi mengalir dengan cepat dan tepat sasaran.
Mana yang lebih baik, entahlah!
Kalian boleh bilang yang terbaru adalah yang terbaik tapi aku tetap bertaruh bahwa ada sebagian besar orang yang tetap teguh dengan pendapat bahwa bentuk botol lama tetap lebih baik lagi!
Ini lantas bukan perkara mana yang lebih baik kok, tapi lebih ke mana yang lebih nyaman. Standardnya memang sangat tidak linier serta cenderung abstrak yaitu kenyamanan pemakaian dan bukannya sesuatu yang lebih ‘pasti’, tentang kualitas konten itu sendiri?
Kecap toh tetaplah kecap dan saus tetaplah saus, kan?
Mau disajikan dengan botol terbalik atau tidak, mau dibuka lalu diletakkan di mangkuk atau ditaruh di cawan emas sekalipun tetaplah kecap dan saus tak lebih, juga tak kurang.
Hanya imajinasi kita saja yang dipermainkan bahwa sesuatu yang baru pasti berbeda dan lebih baik dari yang lama sementara sesuatu yang lama ada lambang usang, lambang ketertinggalan jaman yang sudah saatnya dilenyapkan demi sebuah gelombang besar yang bernama kemajuan jaman.
Perkara penyajian botol di atas hanyalah sebuah potret dalam kerangka yang siang itu disajikan kepadaku sebagai sebuah ‘pelajaran’. Pada kenyataannya, ada begitu banyak hal senada yang terjadi dan pergunjingan tak terelakkan hanya demi sesuatu yang tidak esensial; sesuatu yang bersifat kosmetis, pupur pendandan muka.
Oleh karena itu, Sus… Susy, berhentilah berpolemik, terutama tentang Jogja!
Tak perlulah kau usik mereka, Sus. Karena pendekatan apapun yang sedang dan akan kau tempuh untuk ‘mendekati’ Jogja kuyakin kesemuanya tak kan pernah mampu mengubahnya.
Konsep mereka dalam hidup bermasyrakat terlalu kuat dan percayalah bahkan sampai ujung usiamu, tenaga dan pikiranmu tak kan mampu memendarkannya.
Tak jua jurus monarkhi mu itu!

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. edratna mengatakan

    7 Desember 2010 pada 4:52 pm

    Tapi…
    Barang lama dengan kemasan baru lebih menarik…
    Tapi…
    Jika rasanya tak nyaman, maka orang akan kembali mencari yang lama…
    Dan Susy….
    Siapakah dia…?

    Balas
  2. Arham mengatakan

    8 Desember 2010 pada 3:10 am

    Yang penting bukan kemasan atau sistem namun yang penting masyarakatnya cocok dengan botolnya :) menurutku cukup kelewatan kalau sosok nganu coba coba ganti botol menurut persepsi pribadi.

    Balas
  3. boyin mengatakan

    8 Desember 2010 pada 12:52 pm

    apa saja, yang penting isinya sama. packaging tidak merubah “rasa”

    Balas
  4. Yessi mengatakan

    8 Desember 2010 pada 2:15 pm

    yen botol e tengkurap ngono luwih gampang mengeluarkan saos e…palagi yen saos e wez meh entek..
    eniwe aku kenal ro karo Susy :P

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      8 Desember 2010 pada 6:17 pm

      Susy pho Bambang Gentolet? :)

      Balas
  5. zee mengatakan

    8 Desember 2010 pada 1:24 pm

    Kalau aku, suka dengan model botol kayak gini.
    Memang benar, kalo pergi makan ke resto, mo mampus ngeluarin sambel dari botol kaca (itu tuh Pizza Hut, sambelnya susah bener).

    Balas
  6. sibair mengatakan

    8 Desember 2010 pada 2:26 pm

    yoihh botol tetep jadi daya tarik toh…tpi yg penting rasanya gak berubah… *ketcuppppppppp* hahahhaa *di kecup bencong*

    Balas
  7. ignaz mengatakan

    8 Desember 2010 pada 6:37 pm

    Hahaha Don.. Don…. eidian tenan pancen mantep analogimu dab, antara botol ketchup dengan isue terakhir tentang Jogja… piye wis nduwe passport rekiblik ngayogjakarta hadiningrat opo durung ?

    Balas
  8. vizon mengatakan

    9 Desember 2010 pada 11:44 am

    Wadah memang tidak akan merubah rasa kecap ataupun saos itu, Don.
    Tapi, wadah akan merubah karakternya.
    Tentu ada perbedaan antara kecap dalam botol plastik kecil yang terletak di gerobak tukang bakso pinggir jalan dengan kecap dalam cawan emas di meja seorang raja. Oleh karena wadahnya berbeda, maka cara memasak dan menyajikannya juga beda. Dan yang pasti, rasanya juga akan berbeda.
    Maka, menurutku, tidak hanya si Susy yang harus dihimbau untuk tidak terus berpolemik soal wadah kecap dan saos itu, tapi si Sri juga harus legowo untuk tidak terus bersembunyi di balik rasa kecap dan saos lamanya yang ternyata sudah mulai terasa kecut… :)

    Balas
  9. imadewira mengatakan

    10 Desember 2010 pada 1:44 pm

    saya jadi kebayang botol sampo di kamar mandi, kalau isinya sudah hampir habis, biasanya saya letakkan terbalik :-)
    btw, ini ngomongin Jogja ya?

    Balas
  10. Ann mengatakan

    15 Desember 2010 pada 2:13 pm

    Aku sukanya kemasan yg baru, lebih mudah dipakai, cuma masih jarang dijual di Bali.
    Kalo Susy…kecapnya terlalu asin.

    Balas
  11. arisriyadi mengatakan

    16 Desember 2010 pada 1:26 pm

    Greetings from me hopefully it makes a good introduction for us all

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT