Orang bodoh yang lamban sebaiknya ngeblog! Tunggu.. jangan emosi dulu.. sebelum kita masuk ke bahasan itu, mari kita amati hal-hal berikut ini…
Salah satu hal yang paling menjengkelkan ketika membaca berita online adalah menemui sebuah berita yang judulnya bombastis tapi isinya hanya mengutip dari isi tweet sana-sini. Aku membayangkan seorang reporter yang malas beranjak dari kursi, membuka twitter lalu mengobrak-abrik lini masa, mengkopi tweet-tweet yang menurutnya mampu membangun berita dan… voila.. jadilah satu berita!
Sama menggelikannya ketika melihat tayangan berita di televisi, presenter membacakan pembukaan berita dengan sangat serius lalu ketika tiba pada tayangan detail isi berita, yang muncul adalah video kiriman orang lain yang diambil dari Youtube.
Yang juga menjengkelkan meski level kejengkelannya barangkali lebih enteng ketimbang yang di atas adalah ketika melihat seorang what-so-called budayawan yang sebenarnya tak terlalu ngetop lagi tapi karena sering ngetweet dan menurut followernya menarik nan nyleneh lalu diundang jadi nara sumber di sebuah acara talk show televisi.
Barangkali satu-satunya hal yang tidak menjengkelkan dan malah kusyukuri adalah ketika ada begitu banyak kawan buzzer yang kian makmur nan jaya, pertanda rejeki atau biar agamis kusebut sebagai rizki dari Yang Di Atas memancar luar biasa…Amin!
Lalu dimana para blogger berada?
Entah barangkali terlewat, tapi aku merasa tak pernah melihat atau membaca berita yang kutipannya mengambil dari blog seseorang meski aku sering mendengar kabar ada beberapa buku yang konon isinya disadur dari blog seseorang tanpa ijin.
Tak juga datang waktu dimana ada seorang kawan blogger datang ke studio televisi menjadi nara sumber sebuah talk show meski hal yang masih melegakan adalah ketika ada sebuah acara milik korporasi besar mengundang beberapa blogger untuk dimintai pendapatnya tentang satu dan beberapa hal. Terlepas dari mereka itu sebenarnya blogger aktif atau mantan blogger ya aku bangga saja…
Atau ketika ada acara kumpul-kumpul blogger… ya menyenangkanlah pokoknya karena mereka seolah benar-benar berkumpul untuk membahas sesuatu yang besar dan berguna bagi umat manusia soalnya…
Hey Donny, lalu dimana para blogger berada???!??
Wait-wait… aku jadi teringat lebih dari setahun lalu ketika seorang kawan wanita di jendela chat mengemukakan, “Harus kuakui blog sekarang bukan lagi trend maka kita harus move on, Mas!” Aku membayangkan dia adalah seorang fast runner yang berada di lintasan lari, berkeringat dan bahkan untuk minum pun tak sempat berhenti melainkan mengeyot sedotan sambil terus berlari, matanya menatap ke depan penuh optimisme dan percaya diri.
Dan kita kebanyakan memang seperti itu.
Hidup adalah sesuatu yang dimeniti, seolah kita berlari di lintasan dengan sosok pelatih yang mengawasi di pinggir sambil memegang stop watch dan pada saat seperti itu blog memang sudah tak relevan lagi untuk dibaca apalagi diisi. Orang pintar bisa bilang, “Loh tapi twitter kan blog juga.. micro-blog!” Benar sih, seperti halnya mie instant juga bisa dibilang mie itu sendiri, kan? :)
Blog tak nyaman dinikmati di dalam kemacetan lalu lintas yang kita hadapi setiap pagi dan sore melalui gesture gerakan jari menggerakkan layar sentuh gadget kita karena terlalu panjang untuk dibaca apalagi ditelaah sementara ketika kita sampai di kantor dengan akses melalui laptop/komputer, kita langsung bekerja dan tak sempat lagi untuk sekadar blogwalking apalagi meng-update blog.
“Loh tapi twitter kan blog juga.. micro-blog!” Benar sih, seperti halnya mie instant juga bisa dibilang mie itu sendiri, kan? :)
Berbeda dengan twitter.
Istilah kata, mau membaca ‘isi’ dunia, semudah menscroll ke atas ke bawah, membaca sekilas, kalau perlu mengklik link penjelasan, kalau tak perlu ya sudah tinggal teruskan skroll men-skroll selanjutnya. Mau berkontribusi juga tak perlu menyendiri mencari wangsit seperti halnya kita memposting di blog. Tinggal merangkum apa yang sedang ada di benak, ketikkan dengan ujung ibu jari melalui layar sentuh, pastikan semuanya tercakup di bawah 140 karakter lalu send.. selesai.
Apes-apesnya paling masuk penjara karena tweet kita menyakiti hati orang tapi tak mengapa, paling semalam begitu keluar langsung jadi maskot korban yang tertindas, diundang sana sini, mendapatkan honor syukur-syukur ditawari partai politik untuk menjadi caleg karena peran ke-terkorbanan-nya itu tadi…
Di satu sisi, beberapa suara menyepakati bahwa blog adalah pintu masuk orang ketika tertarik dalam industri social media. Dan layaknya pintu masuk, ia kita cari ketika kita masih di luar, kita ketuk ketika kita minta masuk, dan ketika berhasil masuk (entah dibukakan pintu atau mendobrak) ia kita pantati dan tak perlu lagi kita menatapnya karena kenyamanan kita mereguk untung di industri ini.
Orang dulu beramai-ramai ngeblog. Melalui postingan-postingan yang cerdas mereka dipuji dan ditinggikan. Ketika sudah ‘semakin tinggi’, mereka menggapai hal-hal lain di luar blog dan akhirnya pada kesempatan-kesempatan yang langka seperti misalnya pada peringatan hari blog nasional seperti kemarin, mereka tersadar sudah semakin jauhnya mereka terhadap masa lalu yang bernama blog yang membuat mereka mengenal dan mengenyam semua ini?
“Makanya, Mas.. Move on!” Tetiba bayangan kawan wanita tadi muncul lagi mengucapkan kata itu. Ia masih berlari dan berkeringat di lintasan sementara aku duduk tercenung mengamatinya seperti orang bodoh sambil mengharapkan dan berdoa listrik mati mendadak dan mesin threadmill yang ia pakai sebagai lintasan lari ikutan mati dan ia tersadar bahwa sejatinya, ia yang merasa sok lari cepat dan move on sebenarnya hanyalah lari di tempat dan tak pernah beranjak dari kekerdilannya sendiri.
Anyway, selamat hari blog nasional yang ke-enam! Semoga Tuhan semakin membuat kita pintar!
Menikmati setiap tulisan nyaman juga
Thanks :)
Mereka sudah menjadi seleb.
Seleb pinicilin :)
*sedang menemani mas Donny duduk di pinggir threadmill sambil blogwalking ke http://donnyverdian.net/
Hahahaha… kamu tau juga maksudku di paragraf itu.. Mari-mari duduk sini sambil ngeteh, Bli :)
Don, tulisanmu hampir selalu asbang!
Tapi aku juga kesindir, sih, wong jarang update blog.
Membacanya, hanya membuatku gelisah, merenung kembali, ternyata aku ya masih begini-begini saja.
Baca tulisanmu, kaya lagi pijet refleksi: ngrasakke ada urat-urat kaku yang menimbulkan reaksi sakit saat dipijit.
Suwuns…
Nuwun Lik.
Asbang = asal bapak njengkang :)))
Saya nda mau jadi pintar, ntar kalo jadi pintar jadi nda belajar lagi *alakh
Hmmm…
makanya mas muleh jadi iso kumpul2 blogger =)))))
Moh…
Sekarang ngeblog juga merepotkan bagi sebagian orang. Contohnya saya. Lha kemarin cuma kepingin ikutan rame2 nulis soal BBM untuk Android saja bikin blognya tumbang, server hostingnya gak kuat karena tiba2 blognya jadi ramai pengunjung.
Khan repot itu.
Ganti pake yang gratisan? Lha blog yg pake hosting mbayar itu sudah kebacut terkenal jeh, eman2
Pancen merepotkan, mari kita pensiun…
Alhamdulillah sampai sekarang masih ngeblog, walaupun kadang isinya kegiatan sehari-hari yang gak jelas. Buat saya, ngeblog adalah sarana untuk belajar menulis. Selamat Hari Blogger Nasional! :D
Selamat!
waaaaa… wanita yang lari berkeringaaat… aku sok ngerti mbak mbak berkeringat pas joging mas.
dasteran ra?
cobrotnyaaaa…. :p
24TGVD <~ ngko bengi metu ki. Aku meh komen we ndadak kon ngetik angil ngene.
urip ki cen ra gampang…
analogi yg keren, don. sampe saat ini aku masih sempet2in blogwalking biarpun gak segila beberapa taun yg lalu, kala blog lagi ramai2nya. baca blog rasanya tetep lebih enak dan seger dibandingin cuma menelan mentah2 apa yg berseliweran di twitter. semacam melihat dunia dari perspektif yg bermacam2.
selamat hari blogger nasional :)
Nyengat betul isinya. dan akupun paham dengan konteks blog sebenarnya menanamkan ilmu, sperti menabur benih yg nantinya jika ingin mnikmatinya lagi, pemilik tinggal memetik.
sayangnya banyak orang yang membeli buah daripada menanam, suatu saat penjual tutup dan mereka baru sadar hidupnya tanpa berkebun.
bagi saya sendiri, walaupun blog dgn self hosting tidak lagi diteruskan, tapi masih berusaha menyimpannya ke Free. ucapan orang sih ‘bodoh’ karena membuang ketenaran, dan mereka tak mengerti bahwa blog bagi saya: Filosofis Pribadi, sabda yg mungkin berguna bagi mereka yg tertinggal.
Nice post Om :)
Kalau gue sih tetep dimana mana mengutamakan blog meski tidak dipungkiri aktif di sosial media lain semacam tweet Kalau tentang buzzer atau review atau ngejer hadiah buat gue sah saja dan malah ada keuntungan ketika kita tidak ada waktu untuk menghadiri begitu banyak acara yang ditujukan buat blogger dan cukup membaca tweet mereka kita masih bisa menyimak acara dimana kita nggak bisa hadir.
Sekecil apapun asalkan memberi manfaat buat orang lain dan buat diri sendiri anyway kamu blogger sejati kok Don :)
Oh kamu mengutamakan blog tho kupikir PKS selalu hahaha :) Peace Jeng, happy national blog day!
Aku manusia *njawab si captcha, manusia jadi-jadian yg sok2an nanya pake bahasa manusia..
Anyway..
Blog itu menyenangkan karena bisa belajar menghargai orang lain, meski terkesan subyektif tetap itu pendapat yg harus kita hargai
Kopdar itu lebih menyenangkan, jadi tahu si inu itu ini iti ternyata begini aslinya, ke-guyub-an akan terjalin setelah kopdar. Dijamin!
Komunitas blog itu sebenarnya lebih menyenangkan lagi, basicly regional bisa ketemu lebih luas lagi temen2 blogger lainnya.
Sedihnya, ketika tiga elemen di atas dipolitisasir, dimanfaatin, demi kepentingan yang menguntungkan sebagian orang saja. Kalau untung semuanya, itu yg oke!
Lha iki ora e saiki. Yg untung makelarnya, yg lain2 dijadikan alat untuk meraih untung dengan acara berbasis komunitas. teKO muNI entuk TAS (gudibeg)
Jadi aku udah gak dituduh dibayar oleh Gunung Kelir untuk manas-manasi event lagi nih ceritanya? :)
Wah, asik perumpamaannya… :)
thanks…
aku? Manusia kok :D (ini jawaban dari pertanyaan “Kamu manusia atau jadi-jadian”)
Ah, sampai sekarang aku belum bisa menemukan keasyikannya twitter sih. Tidak suka isi kepala dipadatkan hanya dengan 140 karakter :D Kalau kanji 160 karakater itu sudah satu paragraf padat!
Aku suka mie instant, tapi aku tidak suka manusia instant, apalagi manusia petasan. Ribut sebentar lalu tinggal bau hangusnya saja hehehe.
Semoga aku tetap menjadi blogger yang baik (dan benar!), meskipun aku sudah pintar :D
Selamat hari blogger Don, karena aku rasa kamu dan aku pantas disebut blogger ;)
Selamat hari blogger juga, Mel! Kita memang benar-benar blogger hehehe
Pada satu titik aku setuju dengan Donny
Budaya instan, asal dapat, asal naik derajat, asal popular memang baunya tidak sedap
Dengan budaya instan itu justru banyak peluang yang terabaikan
Semisal dua tiga minggu yang lalu aku mencari blog dengan topik spesifik (menari, berkebun dll) susahnya minta ampun
Ujung-ujungnya ke blog luar negeri
Andaikan konsisten dengan ngeblog mengenai hobinya sendiri, bisa jadi peluang-peluang tersebut bisa dimanfaatkan, bisa naik derajat, bisa popular
Tapi siapa yang mau konsisten dua tahun kalau dua bulan bisa, dua minggu bisa, dua hari bisa dan dua-dua lainnya
Komentarmu… JUARA!
orang ngeblog sekarang di manfaatkan untuk mencari uang. entah itu dari iklan atau sejenisnya.
saya baru tau kalau kemarin hari ngeblog.. :D *paya
Makasih komentarnya. At least sekarang kamu udah tahu kapan hari blog nasional :)
Bagiku menulis di blog masih penting…
Sekedar mengeluarkan apa yang ada dipikiran
Kadang juga sebagai arsip yang sesekali dibuka jika diperlukan (khusus untuk tulisan serius).
Karena, jika baca buku, suka lupa….menulis di blog menjadi cara merangkum tulisan dan apa pendapat kita.
Soal blog kita dibaca atau tidak, tak masalah….kok jadinya kayak buku catatan pribadi ya.
Benar sekali, Bu. Semacam arsip pikiran ya…
“Orang dulu beramai-ramai ngeblog. Melalui postingan-postingan yang cerdas mereka dipuji dan ditinggikan.”
Duh jadi inget samting nih bok, pada suatu siang di sebuah sosmed, sambil nekat menyapa penulis lucu terkenal:
“Hai X, ini aku rapaelh, masih inget nggak?” <— tapi memang ini kalimat jayus punya walau dulu waktu di sebuah channel mIRC khusus blogger kita beneran sering chitchat di room dan waktu itu ndese masih anak sekolahan.
Dijawab nggak, malah beberapa menit kemudian sapaan itu dijadiken guyonan di temlennya, menjurus ke sesuatu yang meledek, dan intinya mau ngomong "Gue nggak kenal tapi ada yang ngaku kenal gue. Siapa lu?" walau nggak ditujukan langsung ke akikah yang alhamdulillah waktu itu ge-er amat gue yang dijadiin tujuan ledekannya huahahaha. Pokokmen waktu itu rasanya jengkel biyanget. Harga diriiiiiiii *nyaingin Demi Tuhan-nya Arya Wiguna*.
Orang-orang yang lewat ini harus diingatkan, di alam duniawi yang menyempit ini, banyak yang harus rela kehilangan pintu belakang karena sempitnya lahan, dan kadang mereka harus keluar melalui pintu yang sama dengan waktu mereka masuk…
Aku pusing baca komentarmu, tapi begitu tau yang komen adalah kamu, aku jadi nggak pusing lagi karena rangkaian kata seperti ini memang khasnya Rapa… ayo ngeblog lagi! :))
Aesh! Atau bahasa gaulnya sekarang “Jiyaaah!”
Ijk anggap itu semi pujian *nggletak*. Walau kemaren niatnya bukan komen tapi curcol ;p
Sebenernya secara OOT aku tergelitik dengan antispammermu mas, piye yo carane biar aku bisa ngetik aja di kolom jawabannya “manusia jadi-jadian” gitu *mata menyipit soale huruf dan angkanya kadang ketipisen warnanya* hwahahaha.
Ya itulah yang membedakan kamu manusia atau jadi-jadian, Mith… *gagnyambung
Setuju . Mereka pakai kata “dilansir” bahasa lembutnya KOPAS lalu ditranslate lalu dimodifikasi lalu foto2 pentingnya diunggah diserver sendiri lalu tautan sumber dimatikan. copy-paste very nicely.
Yak, tul!
Jujur , saya begitu tertarik dengan pos Mas Donny yang satu ini . Saya berharap Mas membuat pos baru semcam ini dengan judul yang ramah , bagaimana bisa sebuah perusahaan pengemas berita dalam koran di Indonesia , ikut ikutan memperbincangkan masalah “Cara menurunkan angka Alexa Rank dengan cepat” . Apa itu hal yang relevan untuk pengunjung setia mereka ! Contoh lain Bagaimana bisa yahoo dibilang media besar atau media independen , kalau dalam mengumpulkan berita mereka mengkopas dari situs koran berita indonesia lalu menulis backlinknya . Betapa sama dengan sampahnya dunia maya ketika orang memindahkan buku ke dalam dunia maya lalu mengambil dunia maya sebagai sumber reliabel buku . Bagaimana bisa perusahaan koran membayar pegawainya kalau keuntungan mereka lebih banyak adalah sebagai pengiklan pihak kedua (dari google.ads.doubleclicks) di situs mereka , sementara penjualan koran semakin terbengkalai ?
Aku merasa tak perlu membuat sesuatu yang seperti ini dengan judul yang ramah… sekali tertulis biar tetap tertulis hehehe
Setuju!! :)