Blogger dan Digital Salah Kaprah

27 Okt 2012 | Digital, OKTOBZER

Oleh?Hamid Muhhamad

Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa sejak sebulan terakhir ini blogku jadi begitu berisik dengan tulisan-tulisan menyangkut internet secara umum dan?kaitannya dengan beberapa issue seputar social media? (Daftar tulisan selengkapnya ada di tagar OKTOBZER !)

Yang sensi sih bilang itu dalam rangka Donny nguber-uber buzzer!
Ada lagi yang bilang “Oh, ya lumrah ngomongin internet! Donny kan anak IT!”
Sebagian kecil mengapreasiasi secara berlebihan dengan berujar, “Waw, keren!”
Sementara yang merasa gaptek akan berujar, “Ah, ngga menarik!” lalu tutup window begitu saja atau komen sekenanya!

Tapi tak mengapa! Terlepas dari segala komentar, aku hanya merasa perlu untuk selalu meluluskan misiku di blog ini yaitu mengutarakan opiniku dengan sesekali?menyediakan panggung bagi kalian untuk bersuara, Para pembaca yang terhormat!

Tapi sebenarnya, munculnya serial tulisan tersebut bukannya tanpa alasan.?Dan alasan terbesarku adalah karena hari ini, Sabtu Wage, 27 Oktober 2012 adalah hari yang sejak 2007 silam diperingati sebagai hari blogger nasional!

…aku berpikir bahwa blog/blogger adalah perintis terpenting dalam kaitannya dengan maraknya kehidupan social media belakangan ini!

Kenapa blog begitu penting??Pertama-tama sekali karena aku adalah seorang blogger.?Lalu yang kedua, aku berpikir bahwa blog/blogger adalah perintis terpenting dalam kaitannya dengan maraknya kehidupan social media belakangan ini!

Jauh sebelum social media meledak, blogger menurutku telah melatih diri untuk mengekspresikan pendapatnya dalam bentuk tulisan di internet.?Sehingga ketika kanal-kanal social media mulai bertumbuh, pola pengekspresian pendapat itu telah terpatri lebih dulu dan selebihnya hanya tinggal keluwesan dalam menyesuaikan diri dengan medium tempat ia berekspresi saja.

Di hari wage yang selalu kuistimewakan ini, aku menutup serial tulisanku dengan menampilkan tulisan yang menurutku ‘luar biasa’ dari seorang yang ngakunya ‘biasa saja’!?Ketika menerima naskah tulisannya, aku langsung merasa tulisan ini bercita-rasa tinggi dan cocok menjadi gong dari tulisan-tulisan yang waktu itu masih kukonsep.?Egoku untuk melahap semua porsi menulis kutekan dan kuberikan kesempatan yang semoga menjadi kehormatan bagi kawanku tadi untuk menyuarakan pendapatnya.

Jadi, mari kita sambut bersama dengan tempik sorak yang gempita, Hamid Muhammad (@duajanuari)!

* ? ? ?* ? ? ?*

Digital? Digital itu apa dan bagaimana? Selama ini digital hanya dimengerti bahwa itu adalah non konvensional.?Dalam apa yang mereka bilang dunia bisnis, periklanan atau pemasaran digital. Definisi digital itu adalah hal yang memanfaatkan teknologi, tidak hanya sekedar papan iklan atau?numpang cetak di media massa. Makin hi-tech makin bagus, makin maya makin keren. Singkatnya, digital itu ya twitter facebook dan website.

Salah kaprah berjamaah seperti yang saya bilang di atas tadi dimulai oleh kegagapan pengiklan atau brand. Mereka yang terbiasa beriklan pada media non-digital amat wajar untuk larut dalam kesalahkaprahan itu tadi.

?Kamu siapa, tau apa kamu? Saya ahli dibidang itu, sudah sering saya dapat job dan duit dari sini. Industri mempercayai saya. Lha kamu??

Namun atas nama pemanfaatan peluang yang belum tentu besoknya datang lagi, para pengiklan yang gegar, gagap dan tidak mengerti tadi pun merasa perlu mencari di lapangan, siapa yang layak untuk dianggap ahli dalam bidang tersebut?

Ya namanya juga sudah salah kaprah, maka yang dianggap ahli pun sebenarnya belum tentu yang benar-benar ahli. Pokoknya asal punya manuver dan ‘kapasitas’, ia pun dianggap ahli dan anggaran iklan dijatuhkan dari pihak pengiklan selanjutnya dijalankan begitu saja oleh mereka. Soal teknis periklanan dan pengetahuan marketing communication secara mendalam, itu urusan belakangan!

Padahal sejatinya, untuk menganggap orang yang benar-benar expert/ahli dalam bidang digital ini, belum bisa dibilang ada karena begitu barunya bidang ini digulirkan. Namun justru itu, banyak orang menabalkan diri untuk mendapatkan cap ahli.

Hal ini sebenarnya sah-sah saja, toh secara praktek mereka sudah diakui industri. Tapi kadang, hal itu malah membuat bereka menjadi bebal dan tak tahan dikritik. Mereka sudah terlanjur benar-benar menganggap dirinya ahli dari sekeliling yang tak dianggapnya ahli. Mereka sudah bisa dengan membusungkan dada bilang: ?Kamu siapa, tau apa kamu? Saya ahli dibidang itu, sudah sering saya dapat job dan duit dari sini. Industri mempercayai saya. Lha kamu??

Padahal… tau sendirilah kalian!

…ketepatan solusi untuk melakukan branding bukan semata ditentukan oleh ?siapa? ?buzzer?-nya…

Bicara soal ‘digital’, tak afdol kalau tak bicara soal buzzer dan Twitter.

Dulu, twitter di Indonesia seperti tempat nongkrong segelintir pelaku industri kreatif. Sepi, dan 4L (Loe Lagi. Loe Lagi ?red). Hingga akhirnya, sekitar tahun 2009, pada saat peristiwa teror bom di Hotel Marriot terjadi, seorang copywritter senior agensi iklan merespon kejadian itu dengan membuat kampanye #indonesiaunite. Tujuan utama dari kampanye ini adalah menaikkan awareness dan peduli pada ‘isu’ yang sama pada sesama pengguna Twitter!

Di luar dugaan, gayung bersambut. Beberapa pegawai stasiun televisi swasta yang kala itu juga sudah mulai bermain Twitter, memberikan spot tentang kampanye itu di acara-acara berita di stasiun televisi tempat mereka bekerja. Jadilah khalayak tahu apa itu Twitter dan pengguna pun meningkat tajam!

Kesuksesan kampanye di atas lantas diikuti dengan percobaan seorang yang bekerja di agensi untuk mengampanyekan produk kliennya. Produk es krim berharga lumayan itupun sukses diiklankan di Twitter barangkali karena memang digarap oleh orang iklan beneran, yang jeli juga menempatkan produk tersebut pada segmen yang pas dengan harganya, kaum menengah yang biasa main di Twitter!

Pola ‘branding’ yang kurang lebih sama juga terjadi pada acara Pesta Blogger Jogja 2010 (PB Jogja 2010) silam.?Ketika itu, secara lihai, @vetamandra dan beberapa teman dari komunitas Jogtug (Jogja Twitter User Group – red) memasang Enthong (@si_enthon9) yang cukup menjadi ?ikon? di lini masa Twitter waktu itu untuk berinteraksi dan nge-buzz soal PB Jogja.

Alhasil, –diluar segala subyektivitas saya dalam memandang, acara PB Jogja 2010 mendapat coverage yang lebih baik ketimbang acara yang sama yang diselenggarakan di Jakarta beberapa minggu sesudahnya.

Dari kejadian-kejadian itu, dengan semena-mena saya simpulkan, ketepatan solusi untuk melakukan branding bukan semata ditentukan oleh ‘siapa’ ‘buzzer’-nya, tapi ditentukan oleh kombinasi yang apik dalam menentukan target market dan penetrasi serta tentu saja timing yang tepat.

Kisah-kisah keberhasilan branding di Twitter ini lantas bergulir membesar dan membuat pihak pengiklan/industri kemecer…

Kisah-kisah keberhasilan branding di Twitter ini lantas bergulir membesar dan membuat pihak pengiklan/industri kemecer (terpana -jw). Alasannya simple, impact yang ditimbulkan cukup besar, mudah, dan murah!

Murah? Iya, murah karena buzzer paling mahal yang saya tahu, pun mau dibayar tak lebih dari lima juta sekali twit, dengan follower berjumlah ratusan ribu hingga jutaan. Sedang buzzer mediocre? Cukuplah dua ratus atau tiga ratus ribu sekali twit. Banding dan bayangkan dengan iklan tv atau koran misalnya yang tentu akan makan biaya berkali-kali lipat dengan tingkat efektivitas yang belum tentu seimbang dengan uang yang dikeluarkannya.

Lalu apa hubungannya hingar-bingar Twitter dan digital tadi dengan blogger?

Selain para buzzer, banyak expert-expert digital adalah mereka yang biasa disebut blogger. Bahkan kebanyakan buzzer adalah mereka yang (dulunya) blogger. Mereka dinilai bagus karena kemampuannya membuat konten. Bersama dengan para buzzer, blogger-blogger tadi ikutan nyemplung di dunia periklanan, marketing dan media-mediaan. Dunia yang sepanjang saya tahu memang sungguh glamor, duitnya melimpah ruah, disaat yang sama tak jarang harus kerja keras bagai kuda.

Terutama bagi yang belum mempunyai klien loyal, dan belum teruji benar performa nya. Ngatur sana ngatur sini, saingan dengan kelompok ini, kelompok itu, bikin laporan sana-sini. Saya yang nonton saja capek. Apalagi yang menjalankan hehehe!

Jadi? Sepertinya kita juga harus mulai terbiasa ketika banyak blogger terutama yang sudah nyemplung di dunia ini akan mulai berkurang tingkat ke-selo-an nya, (kelonggaran waktunya ?jw) dan akhirnya bisa disimpulkan sendiri lah akibatnya, blog sering terbengkalai, interaksi ‘sharing’ yang semula jadi semangat utama pun menguap begitu saja!

Akhir kata, Selamat hari blogger nasional! Hmmm, Ataukah harus diganti dengan selamat hari key opinion leader nasional?

Angel tenan!!!

Anda ingin menjadi penulis tamu di situs ini seperti Hamid? Silakan baca informasi di sini

Sebarluaskan!

18 Komentar

  1. Kok beda sama pas Hamid ngetwit kemaren. Kayaknya kemaren cuma “Koe sapa? Reti apa?” Gitu aja. #eh

    Balas
    • Hahaha “Koe sapa? Reti apa??”

      Balas
  2. owalah jadi ceritanya begitu to, terus mas hamid ini sebagai bapak blogger nasional #rofl #lmao

    Balas
  3. Joss , tulisan yang sangat istimewa sekali

    Balas
  4. Bukannya kebalik ya
    Setahuku
    Bukan ada twitter dahulu terus blogger nyemplung di dunia marketing
    Tapi blogger itu nyemplung dulu di dunia marketing baru main twitter

    Balas
    • saya juga mikirnya begini.. malah sekarang turun, kalau dulu blogger yang nyemplung di dunia marketing online bayarannya dollar; sekarang nyemplung di twitter dapatnya ya rupiah X))

      Balas
  5. Ooo jadi “blog sering terbengkalai” itu bisa jadi indikator seberapa dalam mereka tenggelam ya? #eh

    Balas
  6. Kalo saya malah bengong kalo g bs nulis di blog meskipun aktic di twitter

    Balas
  7. TSelamat sabtu wage. Bua saya hari ini biasa saja, gak ada istimewanya. Harini dan hari lain, kalau mood sedang pas, dan koneksi memungkinkan, pun ada kesempatan saya tetap ngeblog. :-)

    Duh susah amat nyisipin “t” di peranti bergerak :-)

    Balas
    • buat saya tetep istimewa karena: mas paman tyo komen di sini dan tumben komennya typo hehehehe

      Balas
  8. Sayang aja gak ada yg nawarin ke aku mas. kalau ada seh aku jabanin. kan lumayan.. pernah dapet sejuta buat nulis satu postingan doang.. hihihi

    Balas
  9. Sebagai penyandang cap ‘nyinyir’ di kalangan socmed expert atau digital specialist, saya jadi repot mau komentar apa.

    Daripada daripada, saya amini saja pendapat Hamid. Tulisannya bernas, mencerahkan. Setuju/tak setuju itu lumrah belaka. Apalagi jika kepala teracuni angka.

    Tapi saya senang, kini aktivitas blogging tetap ramai, meski banyak dari mereka tidak menyebut diri sebagai blogger. Tapi aktivitasnya jelas, memproduksi konten-konten baru, meski tidak di personal blog.

    Hormat pada Hamid…

    Balas
  10. Itu hukum ekonomi namanya… apabila ngblog ditujukan mencari uang dan ternyata ada kegiatan itu menguntungkan pasti akan terjadi pergeseran sedikit.. :) jadi kita kembalikan saja apa tujuan ngblognya…

    Balas
  11. Panjang lebar dan mencerahkan, saya sendiri sempat terfikir bahwa blog akan membawa seseorang pada ‘keakraban’ digital yang biasanya disandang IT. Tapi ternyata… tidak demikian

    Balas
  12. Ternyata sudah begitu ya perkembangan dunia digital ini.

    Tentang hari blogger nasional, saya malah ndak tahu itu kapan. Ndak terlalu peduli lah, hehe

    Balas
  13. hari blogger nasional, ngeblog setahun sekali… :D

    salam,
    #bloggerlupapassword

    Balas
  14. Yang penting itu nulis.
    mau jadi duit sukur, jadi bahan diskusi lebih baik.

    apik tulisanmu lik Hamid.
    ya karang iki zamane pencitraan, presiden ya amarga pencitraan. Padahal nek wong Jawa percaya “Jalma tan Kinira” apa sing ketok apik durung temtu apik panggaweane. Sapa sing mbengok didelok, dadi wong padha lomba mbengok lha saiki lagi padha liwat sing mbok arani sosmed iku mau.
    pangapura nek malah nggladrah :D

    Balas
  15. BLogger jadi Buzzer apakah pengingkatan?..
    Yang jelas duitnya tambah :)

    Balas

Trackbacks/Pingbacks

  1. Catatan Sawali Tuhusetya - [...] benar-benar lupa kalau 27 Oktober itu merupakan Hari Blogger Nasional. Untung diingatkan Mas Donny Verdian melalui mentions di akun…
  2. Sudah halalkah pekerjaanmu? - Donny Verdian - [...] Twitter lumayan geger gegara tulisan Si Hamid, anak Jogja yang pernah menjadi penulis tamu di sini (Blogger dan Digital…
  3. Malu Itu Sederhana | TravellersID - […] tulisan tersebut aku terbawa ke tulisan tentang?buzzer?yang ditulis oleh @hmd. Ia benar-benar ‘menamparku’ yang beberapa tahun terakhir […]

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.