Sebenarnya ini tulisan lama, tapi baru sempat kupublikasikan sekarang. Awalnya berupa satu tulisan, namun karena terlalu panjang maka kupecah jadi dua. Satu bagian lainnya, kuberi judul "Blog kenapa harus ngga serius? - JANGAN MALAS adalah obat malas terampuh sedunia" akan kupublikasikan Senin, 6 Juni 2011 mendatang!
Epping Station, pada sebuah jumat malam, menjelang pergantian hari.
Aku duduk di sebuah bangku panjang sendirian. Sejauh mata memandang hanya ada tiga orang lainnya yang duduk saling berjauhan sementara tak banyak suara yang berkelindan kecuali sesekali pengumuman tentang kereta api selanjutnya yang akan lewat.
Mataku tiba-tiba tertuju pada iklan yang terletak tepat di depanku seperti yang tampak di bawah ini:
Aku lantas “masuk” ke dalamnya. Pikiranku memainkan ide yang tertangkap lewat iklan itu.
Kenapa kata-kata dalam iklan itu ditulis nyaris semuanya tanpa spasi? Bukankah ketidakhadirannya menjadikan pesan tak mudah untuk dimengerti pembacanya? Sekuat itukah peran spasi untuk menciptakan pengertian yang lebih tentang makna kata-kata yang dipisahkan olehnya bagi kita?
Ide. Ide. Ide. Ia berenang-renang di situ membuat kesan. Kesan memintal opini, lalu opini terajut menjadi cerita. Tak sampai sepuluh menit sesudahnya, kurogoh piranti digitalku yang lainnya dari saku celana, kubuka aplikasi Notes dan jari-jemariku bermain di atas keyboard menuliskan apapun itu cerita, opini maupun kesan yang tertuang. Serabutan memang.
Sesampainya di rumah, sembari buang air besar, kubuka lagi note yang kubuat tadi, kuperbaiki sedikit demi sedikit tatanan bahasa dan gaya penyampaianku. Dua hari berganti tanpa kusentuh note itu, hingga pada senin minggu berikutnya, di sela-sela waktu istirahat siangku, kubuka aplikasi Notepad di komputer jinjingku untuk menyalin serabutan cerita, opini dan kesan yang tertuang di piranti digitalku itu tadi untuk kurangkai sebagai sebuah draft tulisan dan setelah melalui beberapa kali proses baca-ulang dan pemantapan, jadilah tulisan yang kuanggap jadi lalu kupublikasikan dengan judul, “Hidup dan Spasi” dan bisa kalian baca, komentari dan sebarluaskan jika memang diperlukan.
Hampir semua tulisan yang ada di media ini selalu melalui proses seperti yang kutulis di atas.? Ada proses penemuan ide, pencatatan, penuangan dalam bentuk draft dilanjutkan dengan proses baca-ulang dan publikasi.? Wah, kalau begitu butuh waktu lama dong?.. Rumit dong? Ah nggak juga… baca penjelasanku berikut ini dan siapkan perhitungan berapa menit kubutuhkan untuk melakukan semuanya.
Ide? Ditemu? Diproduksi? Didapat!
Bagiku ide bukanlah sesuatu yang bisa diproduksi otak kita. Jadi kalau kalian memintaku memilih lebih suka mana antara istilah “Aku punya ide!” atau “Aku mendapatkan ide!” tentu yang terakhirlah yang kuambil.
“…syarat untuk mendapatkan ide adalah dengan mencari referensi baik itu melalui membaca, melihat dan mendengarkan tentang apapun yang ada di sekeliling kita.”
Ide layaknya buah yang ranum dan tumbuh di pohon. Ada kalanya ia tertutupi dahan sehingga kita tak melihatnya. Ada kalanya ia tampak nyata tapi kita sudah terlalu kenyang dan tak bernafsu untuk memetiknya dan ada kalanya juga kita lapar dan buah ide tampak di depan mata tapi sayangnya ia tumbuh di pekarangan milik orang lain yang jelas tak boleh dipetik sembarangan. Segala kondisi ‘prasayarat’ itulah yang lantas membuat kita harus jeli ketika kita memang ingin memetik ide.
Dalam implementasinya, bagiku syarat untuk mendapatkan ide adalah dengan mencari referensi baik itu melalui membaca, melihat dan mendengarkan tentang apapun yang ada di sekeliling kita. Tak selalu apa yang kita baca, lihat dan dengar selalu menghasilkan ide namun setidaknya dengan melakukan hal-hal itu kita telah berusaha untuk aktif mendapatkan ide.
Selain hal-hal yang kusebut di atas yang barangkali sudah sering kalian dengar dari orang-orang lain, satu hal yang ingin kubagikan sebagai sumber referensi adalah melamun.
Aku adalah orang yang selalu butuh waktu untuk melamun meski hanya beberapa saat dalam sehari. Di atas toilet, di dalam kereta, ketika berjalan kaki lewat jalur yang sudah biasa kulewati hingga sesaat setelah selesai menyantap makan saat istirahat siang, aku selalu mengisinya untuk melamun.
Bagiku, melamun itu seperti halnya memberi relaksasi kepada otak untuk tak memikirkan hal-hal berat dan membebaskannya bergerak kemana ia suka, dan biasanya, di saat-saat seperti itu, ide tertangkap, ia diolah dan jadilah cerita seperti yang terjadi saat aku memandang iklan di stasiun kereta api tadi.
Berapa lama proses menemu ide? Bisa sedetik, bisa sepuluh menit, pokoknya hitungannya adalah pada detik kamu menemukan ide itu. Dalam kasus tulisan yang kucontohkan di atas, ide kutemu dalam waktu tak lebih dari lima menit sesudah memandang papan iklan tadi.
Tuangkan!
“…setiap dapat ide, aku selalu menuangkannya ke dalam bentuk yang bisa disimpan untuk kemudian dikeluarkan.”
Lalu ada orang berkomentar, “Aku sebenernya dapat banyak sekali ide, tapi hilang!” Ada juga pakar menulis berkata, “Tuliskan dulu di dalam otak… nanti ketika ide itu memang benar-benar kuat, ia akan datang lagi kok!”
Tapi aku nggak mau kehilangan momentum. Banyak orang bilang aku cukup handal dalam perkara mengingat sesuatu, namun usia toh terus bertambah dan daya ingat pasti akan semakin menurun belum lagi banyak hal lain yang perlu diingat yang dalam skala prioritas kehidupan lebih penting ketimbang mengingat ide untuk mengupdate blog, kan?
Maka jadilah, setiap dapat ide, aku selalu menuangkannya ke dalam bentuk yang bisa disimpan untuk kemudian dikeluarkan. Untuk itu aku menggunakan handphone. Tak perlu handphone canggih selama itu ada keyboard yang memungkinkan kita untuk menulis dan ada software yang terinstall di dalamnya. Dulu, ketika handphone belum secanggih sekarang aku selalu menuliskan ide dalam Draft SMS! Itupun tak mengapa!
Kalau lagi malas ngetik? Ceritalah tentang idemu itu dan rekamlah dalam bentuk audio file. Beberapa kali aku melakukannya. Ketika itu aku sedang jalan kaki dari fitness center ke rumah tiba-tiba aku dapat ide untuk bahan tulisan renungan yang harus kupersiapkan untuk sebuah komunitas Katolik di Sydney. Karena nggak mungkin menulis sembari jalan kaki, aku lantas mengeluarkan handphone, membuka aplikasi Voice Recorder lalu merekam suaraku. Kayak orang gila dong? Ember!
Foto dan Video juga bisa diberlakukan sebagai pengingat ide. Lihat gambar di bawah ini… Ini adalah potongan-potongan ide yang kudapat lewat iklan dan belum kutuangkan dalam bentuk tulisan hingga sekarang.
Alasannya? Masih malas! “Lho, nggak takut ilang?!” Nggak dong, kan sudah kusimpan lewat foto :)
Kalau lewat foto, lama penuangan ide menjadi ‘coretan’ adalah sekerjap yaitu sesaat ketika obyek difoto.? Rata-rata aku membutuhkan waktu lima menit-an untuk menuliskan ide dalam ‘coretan’ seperti yang tampak di bawah ini:
(bersambung)
Menarik Don…memang ada kalanya ide muncul bertebaran dan ingin segera ditulis, tapi ada kalanya ide berhenti hanya sampai draft. Seperti postingan tentang “telepon” itu udah nyangkut berbulan-bulan….entah setiap kali kok rasanya kurang pas untuk diposting. Pantaskah?
Anehnya jika menulis yang agak serius, biasanya saya agak menggebu, sayang cuma di awal juga…jadi tulisan di draft menumpuk….hahaha…..penyakit malaskah? Kalau malas kan udah ditulis. Mungkin ragu, mungkin kawatir dikomentari…kawatir tulisannya tak menarik, atau kurang pantas ditulis di blog, atau merasa kok cuma sekedar curhat.
Ide itu menurut saya datang dari dalam diri kita dan tidak jauh-jauh dari kehidupan sehari-hari kita..
Tapi kadang kalau ngoyo nyari ide malah menemukan jalan buntu..
Catatan kecil sepertinya bagus untuk menyimpan memori..
Asyik Don.
Cucok banget buatku yang butuh syarat banyak buat nulis. Ada aja alasan untuk tidak menuntaskan tulisan yang sudah kumulai.
Nice post ini mah. :D
Ayoh nulis lagi:) mana si Lou?:)
Iya mas, ide itu emang didapat, bukan diproduksi oleh diri kita sendiri :)
Orang yang jeli memanfaatkan ide yang didapatnya itu jenius menurut saya :)
Kadang ide yang diperoleh untuk membuatnya menjadi nyata itu susah :D
Sama seperti yang saya alami, kadang dapat ide ini-itu untuk posting, tapi pas ngetiknya malah jadi ribet sendiri, gak tau mau nulis darimana :lol:
Belum pernah simpan ide dengan rekam suara. Boleh juga diikuti.
Oh iya, ide menulis itu berasal dari banyak inspirasi, jadi saya setuju kalau dibilang ide bisa diperoleh dari melihat, membaca, yang kerap menghantui saya selama ini.
Well, pokoknya terus menulis! :D
Begitulah Don.
Seringkali ide itu begitu banyak, tapi kalau tak langsung dituangkan, malah menguap begitu saja. Terutama kalau untuk kasusku, telat sedikit menulis maka akan jadi malas dan jadi kebanyakan mikir…..
Nah, jgn malas:)
aku punya banyak tulisan penggal2 di notepad. kalau sedang buntu mau posting apa, biasanya bongkar-bongkar notepad. ide postingan di blog sebenarnya banyak banget sumbernya. buka koran sebentar saja, ide sudah berhamburan. atau dengan melihat ke halaman rumah saja, aku juga bisa dapat ide. sesederhana itu. selain itu yang penting adalah cara menuangkannya. kalau ide bagus tapi cara menuangkannya buruk, rasanya sayang.
Aku suka bagian akhir komentarmu… Implementasi butuh strategi ya!:))
Nice post… malas telah menguasaiku dengan teramat sangat, Bro. Malas yang berlaku ala politisi, gemar ngeles dan membuat beribu alasan. Ya sibuk dikantor lah, ya sibuk main sama anak di rumah lah, ya lagi relaksasi lah.
Anyway, tulisanmu menginspirasi, Bro. Mudah-mudahan segera kembali menulis walaupun udah merasa kehilangan ‘style’…hehehe
Style bisa dicari, niat bs dibakar! Ayohh!:))
Analogimu bahwa ide layaknya buah yang ranum dan tumbuh di pohon, sungguh menarik. Memang, kalau kita jeli, kita tak pernah kehabisan sumber ide. Suara ketokan tukang baso tahu sekalipun bisa menimbulkan ide jika kita cerdik menautkan pada segi yang lebih luas.
Dulu waktu belum pakai hp, kemana-mana aku selalu membawa buku kecil yang kuselipkan ke dalam saku kemeja. Begitu punya hp sederhana, seperti yang kamu lakukan: menuliskannya di ruang SMS. Begitu menggunakan PDA, proses pencatatanku jadi lebih terbantu. Begitu pakai BB, di mana ada banyak media yang bisa digunakan, malah lebih keranjingan lagi. Semua bisa disimpan dengan rapi di notebook.
Tinggal proses perenungan yang biasanya jauh lebih mengasyikan. Menaut-nautkan dari ini ke itu. Dan sana ke sini. Ditambah riset sedikit, dan hopla! Jadilah sebuah tulisan…
Sejatinya kalo demikian adanya teknologi memang untk js buruh kita ya dan malah bukan sebaliknya:)
Yups,
cara yang hampir sama kulakukan, bedanya disini Mas Donny selalu mem-follow up nya, aku tak selalu melakukannya…
hihihi,
dasae pemales yak..? emberrr…..
Soal males, kuulas di tulisan kedua… So, ayo jgn males (baca tulisanku selanjutnya) :))
Saya pernah berpendapat, ide itu mirip jelangkung “datang sendiri, pergi tak diantar” *maksa
Maksud saya, hilangnya ide bisa secepat datangnya. Tiba-tiba.
sip sip sip semoga aku bisa menuangkan setiap ideku diblog karena dengan tulis/blog moga semua bisa jadi abadi.
Sip!
I did it! I dit it! hehehe
di notes di hp saya pasti deh ada tulisan sepotong2 seperti itu,
tapi mas, ada jeleknya aku, tulisan2 ku yang dari potongan2 seperti ini seringnya, udah jadi nih tulisan, eh pas mo publish, kok ngerasa ada yang ga pas gitu …
padahal menurut aku udah selesai …
yyaaah terpaksa dionggokin lagi deh hehehe
Gpp, pengonggokan (halah bahasanya) toh bagian dr proses… Yg penting maju!:)
Hihii saya itu malah kadang sering lupa loh mas.. walaupun sudah nulis draft tapi ya terbuang percuma.. kadang sesuatu hal yang tiba-tiba membuat kita semangat untuk sesegera menulis tapi kadang situasi juga berkata beda.. mungkin dengan adanya gadget canggih atau secarik kertas kecil dan sebuah pensil juga kadang sangat berguna di saat sesuatu yang tak terduga.. klo gak langsung di tulis ya wasalam.. yang ada cuma tumpukan males :D
Nah, soal malas kuulas di tulisan lanjutannya, Sob :)
Kalau ide berupa catatan di hp ataupun foto dan video, sudah sering aku lakukan, tapi kalau suara kayaknya patut juga dicoba tuh… :)
Judul postinganmu ini, sungguh mantap, Don… “blog kenapa harus ngga serius”
I like itu so much
Ya, suara itu asik, Uda… Nulisnya belakangan pokoknya ngomong dulu hehehehe
mas…idenya banyak, tuh ada di dalam drafku hihihih
masalahnya untuk menyelesaikannya ntah kenapa semakin hari semakin butuh usaha :D selain karena waktu aku juga sedang dalam depresi tingkat tinggi dengan apa yang kukerjakan…harap maklum ya :P
Woh jgn depresi dong!:) maka itu ngebloglah sekali waktu… Penghilang depresi adlh menulis:)
Kenapa selama ini gak kepikir dengan Voice Recorder ya, thanks.
Hehehe, sip!:)
benar apa yang dikatakan mas DV. kalau menurutku yg paling susah itu saat menuangkan agar tidak keburu hilang.
Sekali lagi masalah teknis. misal pas di depan laptop,saya biasanya menaruhnya di notepad. udah gitu kutaruh di desktop biar terpapar terus di mata. tapi lama2 notepad merepotkan juga karena tampilannya.
lantas kutaruh di One Note. cukup senang dan kurasa ini media penyaluran yg pas. tapi lagi-lagi saya harus kehilangan banyak hal dalam One Note itu saat OS kuinstall ulang. Lupa Backup ceritanya.
Tapi okelah. namanya jg lupa. Tetap kupakai aplikasi tersebut untuk fungsi yang sama. Sudah total pokoknya. karena memang sudah mantap.
Sayang, beberapa bulan kemudian laptop ilang :)).
Sekarang kalau ada ide saya taruh di google docs
Sama! Hingga saat ini Google Docs memang solusi terbaik :)
aku punya seseorang sebagai ideku :D
ide untuk saya masih agak sulit utk didapatkan, sebab terhalang konsentrasi pekerjaan,,
Knapa ngga nulis ttg pekerjaan, kalo gitu?
Wow keren banget. Anda pintar sekali menuangkan ide sederhana
menjadi tulisan yang sangat menarik. Salut.
Dan judul tulisan ini yang paling menarik bagi saya.
Kadang-kadang untuk mendapatkan ide adalah dengan
melepaskan diri dari idealisme.
Kl saya berpikir sebaliknya, idealisme melahirkan ide2 orisinil… :)
sesama blogger serius aku coba berbagi juga, terkadang tulisan yang sudah dibuat, disunting memang belum tentu sreg untuk diluncurkan. namun lama-lama aku juga merasa meluncurkan tulisan itu ada ‘timing’-nya. kalau belum pas, sebaiknya disimpan dulu, tidak perlu langsung dihapus. waktu bongkar-bongkar brankas ternyata beberapa kali aku takjub jika tulisan itu sangat tepat diluncurkan pada hari yang kumaksud :)
asli don… moco tulisanmu… marai trenyuh…. kelingan sing mbiyen… sak jane akeh sing iso ditulis, mung kelalen karo kesamun (ide ketumpuk ide).
PS. : Aku menulis dengan bahasa jawa, karena aku yakin kamu masih wong jowo tulen :) Yaikz!!! :)
tuangkan dan nggak usah serius :D
Hish pantes lebih rajin ngeblog dibanding aku
Lebih telaten ngerumat ide
Ih, persis seperti saya, Saya juga sering tulis ide spontanitas saya di note HP. haha, simply karena saya orangnya pelupa, dan HP itu bagi saya seperti asisten. Jadi pas banget kalo ditulis disitu. Well, great blog mas Don! Salam kenal :D
Thanks. Sering-sering mampir ya, blog ini update setidaknya tiap senin-kemis