Tuhan selalu kita hampiri menggunakan emosi padahal seharusnya nggak selalu.?Seolah kalau berdoa, kalau nggak pake nangis-nangis tak bisa dibaca dan bernyanyi lagu rohani, kalau nggak sampe serak-serak suaranya, dibilang kurang menjiwai.
Kesampingkanlah emosi, kemukakan logika dan etika lalu dekati Dia!
“Loh, tapi kalau dilogika, Tuhan itu tak ada, Don!”
Kata siapa!? Justru sebaliknya, bisakah kamu menggunakan logikamu untuk membuktikan bahwa Tuhan itu tak ada? Bisa?
Kalau kamu hidup di Jogja dan selamanya belum pernah ke Jakarta, apakah berarti Jakarta itu tak ada?
“Wah kalau kamu menggunakan analogi semacam itu, berarti bisa kita bilang bahwa orang-orang yang ke Jakarta dan tinggal di sana itu tak ada, pembohong semua, Don!?”
Loh, kenapa begitu?
“Karena kan kamu belum pernah ke Jakarta dan tak percaya ada?”
Nah! Disitulah kamu perlu etika.
“Maksudmu, Don?”
Karena tak etis kalau kamu menghakimi orang yang sejatinya sama-sama sedang menghampiri penciptaNya…
*…lalu disiram teh*
blontankpoer mengatakan
jindul!
sithik, nylekit, tur nyinggung wong Islam-islaman alias mirip orang Islam. itu lho, soal siram-menyiram.
tukang siram itu, kalau mau belajar Islam, ia pasti tak akan jadi penyiram.
ya wis… jleb, asbang!
DV mengatakan
Hmmm….
Lia MAgnes mengatakan
Gampang aja harusnya. Kalo saya ndak perna ke JKT ga lantas saya harus ndak percaya kalo JKT does exist kan!? Logika saya mesti bakal bilang “Hello! Tuh di peta aya lokasi Jakarta atuh Neng.” Trus ada juga tuh GPS buat nunjukin jalan kalo emang beneran pengen buktiin kalo JKT emg ada. Kalo masih ada yang keukeuh emosi bilang ndak ada ya itu dia. di logika saya ya dia orang bodo. trus nyiram pake teh? sok lah siram.Lumayan pake krimbat. hahaha..
DV mengatakan
Krimbat apa krimbut? Krimbut aja.. krimbat untuk rambut :D
Made Wirautama mengatakan
Mungkin aslinya dia itu suka berkebun, suka nyiram… *nyambung ndak sih
didut mengatakan
makanya aku rak pernah menghakimi apalagi nyinyir *ambil pose Budha*
DV mengatakan
Sama.. aku juga lebih suka menjaksai :)
didut mengatakan
hahahaha sial =)))) *komenwalking*
susi ivvaty mengatakan
Tak kiro dowo, jebule mak plenyiiiik.. Hihi
susi ivvaty mengatakan
Yang komentar sebelum saya kok malah soal siram airnya siiiiih…. Kan ini filosoofis getoooo hihi
handy atmojo mengatakan
nek wong jowo soal “untung” kui diajari cino dadi semboyan e “masih untung”= “masing untung” bukan disiram air panas, “masih untung” bukan dilempar cangkir
DV mengatakan
SAMINO!!! :))
agus mengatakan
Pake logika???
Kpn hari temanq ada hitungan gini :
1jam=melakukan 1 kebaikan
1hari= melakukan 24 kebaikan
Dst….
Pertanyaannya……:
Apakah dlm kurun waktu 1 jam, kita hanya melakukan 1 dosa?? Trus klo melakukan dosa lbh dr 1 gmn?? Minus dunk kita(baca hutang)
Disinilah “Peran” TUHAN itu.
Klo yg nyiram air teh, tuhan yg gmn itu yg “ber-Peran” dlm hidupnya??
DV mengatakan
Good one!
krismariana mengatakan
lha mbanganne ngge siram-siram, mbok teh’e tak ombe sik kene… hihi
applausr mengatakan
Siram siraman ternyata…. :) good one… Bapa ampuni dia, karena tidak tahu apa yang dia perbuat. :)
DV mengatakan
Hehehe lain waktu jangan teh tapi air keras… :D