Berubah untuk lebih banyak berbuah

29 Mei 2018 | Kabar Baik

Pagi buta tadi aku menerima sebuah pesan di WhatsApp, ?Don! Apa yang kamu katakan dalam renungan Kabar Baik kemarin kayaknya jadi nggak relevan dengan Kabar Baik hari ini deh!?

Waduh!
Pagi-pagi udah diajak bahas gituan? ?Oh ya? Dimananya, Bro??

Kemarin aku memang menulis bahwa mengikutiNya tak harus dan tak hanya di Gereja dan persekutuan-persekutuan doa tapi juga dalam keluarga. Dan rupanya hal itu menggelitik kawanku itu. Kenapa? Karena dalam Kabar Baik hari ini, Yesus berkata kepada Petrus, ?Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal?? (Markus 10:29-30)

?Jadi, apa yang dikatakan Yesus jelas, Don! Dia mau kita mengikuti Injil dan mengikutiNya dengan cara meninggalkan rumah, saudara lelaki dan perempuan, ibu, bapa dan anak-anak serta ladangnya??

Benarkah?
Kuncinya ada pada bagaimana kita meneladani. Meneladani apa yang dilakukan Petrus dan para murid Kristus waktu itu bukan berarti melakukan persis sama apa yang mereka lakukan. Meneladani adalah mengambil sarinya dan mengimplementasikannya ke dalam hidup sesuai konteks zaman.

JIka kita sudah sepakat pada hal tersebut, maka konteks ?meninggalkan? bukanlah berarti benar-benar meninggalkan, dan konteks ?mendapatkan seratus kali lipat? bukan benar-benar sejumlah itu yang kita dapatkan.

Meninggalkan adalah mengubah

Meninggalkan rumah, ladang, saudara-saudari, pasangan dan anak-anak adalah mengubah bagaimana hubungan kita dengan mereka semua.

Hadirnya Yesus dan Injil dalam hidup adalah sebuah titik perubahan baru. KehadiranNya mendatangkan kasih sehingga bagaimana kita berhubungan dengan mereka adalah hubungan yang dilandasi serta dipenuhi kasih itu sendiri.

Misalnya, sebelum mengenal Tuhan, kita menjadikan rumah hanya sebagai tempat untuk istirahat di malam hari dan minim interaksi dengan seisi rumah karena capek kerja. KehadiranNya di dalam rumah membuat kita merasa harus meluangkan waktu barang sebentar untuk memperhatikan orang tua, saudara-saudari, suami/istri dan anak-anak karena perhatian adalah wujud kasihNya.

Atau bagaimana memandang ladang/pekerjaan, tentu juga akan berbeda sebelum dan sesudah kita menerima Yesus. TanpaNya, ladang pekerjaan kita anggap sebagai ajang untuk mendapatkan hal-hal duniawi saja, pokoknya cepat untung, yang penting buruan kaya! Yesus mengubah cara pandang kita dalam bekerja! Pekerjaan adalah anugerah, tempat kita bisa mengoptimalkan talenta yang diberiNya untuk berkontribusi secara positif bagi sesama dan dunia!

Mendapatkan seratus kali lipat adalah berbuah lebih banyak lagi

Mendapatkan seratus kali lipat bukan berarti bahwa Tuhan melipatgandakan jumlah tapi bagaimana kita diberi kemampuan untuk berbuah dari hal-hal yang kita miliki.

Bagaimana kasih di dalam rumah yang tampak dalam interaksi para penghuninya membuahkan kehangatan, keakraban dan persatuan dalam menghadapi tantangan hidup yang tak mudah.

Bagaimana kontribusi yang kita beri dalam pekerjaan sehari-hari berbuah pada banyaknya orang yang tercerahkan dan merasa terberkati dengan hal-hal yang kita lakukan dan hasilkan. meski untuk semua itu tentu tak pernah mudah.

?Oh gitu? kupikir kalau aku meninggalkan istriku lantas Tuhan memberi seratus kali lipat istri yang baru, Bro!?

Sydney, 29 Mei 2018

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.