• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Berpikir Sudah

6 Oktober 2008 41 Komentar

Mana kata yang paling terutama, “sedang”, “akan”, atau “sudah” ?

Bagiku, yang terutama adalah “sudah”.
Orang bisa bermimpi “akan” mampu berumur panjang hingga sepanjang mereka mau,
orang boleh jadi pun “sedang” mereguk kenikmatan yang ia telah capai dari perjuangan sebelumnya,
tapi terlepas dari apa yang sedang dan akan mereka alami setiap orang pada akhirnya pasti akan berkata sudah.
Sudah makan, sudah minum, sudah bersenang-senang, meski mungkin kita tak bisa bilang “sudah hidup”
karena pada akhirnya kita juga akan menjadi “sudah mati”.

Dalam beberapa hari belakangan ini aku banyak berpikir tentang “sudah”.
Tak baik berujar bahwa ini adalah hasil kontemplasi karena mana mampu aku berbuat seperti itu,
tapi anggaplah ini sekalipun bukan hasil permenungan akan tetapi pemahaman kata “sudah” yang kudapat akhir-akhir ini sangat membantuku menghadapi masa adaptasi yang aku tahu dan kalian semua tahu tak mudah ini.

Simplenya begini,
ketika aku rindu rumah, berkumpul bersama papa, mama, Citra, serta kedua anjingku yaitu Ellen dan Pluto maka penawar terbaik dari rasa rindu itu adalah menerbitkan anggapan bahwa pada prinsipnya aku toh sudah pernah merasakan kehangatan berkumpul bersama mereka dan itu lebih dari cukup.

Lalu ketika aku berpikir aku lupa untuk minum teh panas di warung Lik Man atau teh poci gula batu Kaliurang pada saat-saat akhir keberadaanku di Jogja kemarin maka akupun cukup terhibur dengan berpikir bahwa menikmati hidangan-hidangan khas Jogja itu baik pada saat-saat akhir kemarin maupun sebelum-sebelumnya toh intinya sama saja yaitu aku sudah pernah ke sana.

Terus terang dengan berpikir demikian untuk dua contoh kasus di atas aku merasakan betapa bebanku yang tak ringan ini pada akhirnya banyak tertolong. Terlebih karena moral of this matter adalah bahwa aku menjadi bisa lebih banyak bersyukur untuk semua yang sudah diberikan.

Sehingga ketika aku sudah bisa bersyukur, maka pada akhirnya yang datang adalah mulut yang terkatup ketika berdoa setiap malamnya.
Menjelang tidur, dipenuhi rasa syukur aku tak mampu lagi menuntut dan merengek-rengek di depan Tuhan untuk membawaku terbang kembali ke Jogja lalu minum teh poci atau pulang ke rumah dalam sekejap untuk merasai atmosfir terwangi dari semua tempat yang pernah kudatangi di muka bumi ini karena aku hanya bisa berujar “Tuhan, aku bersyukur karena setidaknya aku sudah berhasil melewati semua hidup hingga saat ini.”
itu saja dan kalian perhatikan, kata kuncinya adalah “sudah”.

Aha, satu pencapaian telah kudapat meski baru seujung jari perjalanan baruku ini.
Mari kita saling mendoakan.

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. papa deddy mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 8:33 am

    amin
    saya juga kangen sama teh poci kaliurang, meski asal bukan dari sana
    salam

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 8:33 am

      Heheheheh! Mari kita bermimpi ke Kaliurang :)

      Balas
  2. sawali tuhusetya mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 9:08 am

    wah, salut dg mas donny, pola pikirnya sederhana, tapi bisa bikin hidup jadi enak lan kepenak. kok tiba2 jadi inget pernyataan para pejabat, yang selalu menggunakan kata “akan” sebagai bentuk basa-basi dan mengumbar janji. yaps, sukses selalu buat mas donny.

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 9:08 am

      Maturnuwun, Pak Guru!
      Mohon doanya ya :)

      Balas
  3. edratna mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 9:50 am

    Entah kenapa, membaca tulisannya Donny, saya jadi ingat kata-kata teman suami, saat kami menengoknya setelah kena serangan stroke. Karena sakit, beliau menjadi dibatasi untuk hanya boleh makan makanan tertentu…dan komentarnya seperti Donny…jika ingin makanan yang dilarang, dia mensugesti diri sendiri, dan ingat bahwa dia sudah pernah merasakan, jadi tak apa tak merasakan lagi.
    Kadang kita memang perlu menyemangati diri sendiri agar bisa bertahan (saya kadang merindukan si sulung, dan saya yakin dia juga sangat rindu rumah, apalagi sejak tgl. 6 Oktober ini mulai kuliah lagi di Fairfield, jadi tetap berjauhan dengan isterinya yang kerja di Miami)

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 9:50 am

      Ibu, kisah keluarga ibu itu mau tak mau harus saya akui sangat menguatkan langkah besar saya ini ;)

      Balas
  4. Ersis Warmansyah Abbas mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 11:07 am

    Bagi saya blog ini makin ramai (maksudnya senang membacanya), bukan makin sepi he he. Salam.

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 11:07 am

      Makasih Pak, salah satunya karena motivasi menulis yang Anda tularkan … :)

      Balas
  5. dedi mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 11:38 am

    Meninggalkan jogja mmg sungguh berat, sama halnya saya beberapa waktu lalu ketika hendak mencari penghidupan baru di tanah papua. Sampai detik ini, pikiran masih berkutat ttg jogja..
    Salam mas donny… saya link blognya…

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 11:38 am

      Berat nggak berat harus terlalui bukan, Mas ?
      Mari kita sama-sama berjuang berbekal apapun yang telah diberikan Jogja kepada kita!
      Salam kenal dan salam untuk tanah Papua!

      Balas
  6. Doni Kristian mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 1:18 pm

    Mirip dengan diskusi belum selesai kita don, mana lebih penting percaya atau berbuat?

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 1:18 pm

      Nanti teman, nanti…
      Nanti kubuatkan tulisan tentang pandanganku dari pancingan diskusimu tempo hari!
      Ayo ngopi lagi!

      Balas
  7. fauzansigma mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 5:22 pm

    siiipp..siip..mantap pak,, sudah bermakna telah mensyukuri nikmat apa yang sudah pernah kita rasakan yang merupakan wujud rasa merasa cukup.. inspiring post..

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 5:22 pm

      Makasih :) Salam kenal ;)

      Balas
  8. Rindu mengatakan

    7 Oktober 2008 pada 3:53 am

    Saya mengerti dan mecoba memaknai rindu dari tulisan ini … makasih yah.

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Oktober 2008 pada 3:53 am

      Ah, Anda satu-satunya orang yang bisa memaknai rindu dari tulisan saya ini… Terimakasih ya..

      Balas
  9. Yoga mengatakan

    6 Oktober 2008 pada 9:28 pm

    Hai! Saya pernah melakukan yang kamu lakukan. Disaat paling nggak menguntungkan, saya memakai kata “sudah” untuk mengurangi beban, setelahnya saya berpikir, jika saya tak akan bisa melakukan hal yang sama, yang bisa saya lakukan sebelum ini, maka usaha saya sekarang adalah meminimalisir keterbatasan itu, mengurangi “margin” antara kemampuan yang dulu bisa saya lakukan dan kemampuan yang saya miliki kini untuk melakukan itu.
    Membingungkan? Misalnya begini, jika dulu katakanlah saya bisa berlari 3 km, karena kondisi saat ini yang tidak mendukung saya hanya mampu berjalan 3 m, maka saya katakan pada diri saya, toh dulu sudah pernah, lantas saya berusaha agar jarak 3m dan 3 km itu makin sempit. Saya akan berlatih supaya bisa berjalan 5m, 10m, hingga akhirnya bisa berlari 1km… dst.
    Obat yang mujarab… :)

    Balas
    • DV mengatakan

      6 Oktober 2008 pada 9:28 pm

      Wah ternyata aku bukan orang yang pertama dan kita punya pemikiran yang sama hehehe :)

      Balas
  10. qizink mengatakan

    7 Oktober 2008 pada 3:33 am

    Aku sudah berulangkali mengunjungi blog ini, tapi nyatanya aku akan tetap mengunjunginya!
    Hehehe…

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Oktober 2008 pada 3:33 am

      Hehe makasih mas Qizink.. so mari kita berpelukan ahuahuahua

      Balas
  11. latree mengatakan

    7 Oktober 2008 pada 11:27 pm

    intinya, selama kita bisa bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan, kita tak akan lagi merasa belum.
    nice post.

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Oktober 2008 pada 11:27 pm

      Untuk hal-hal yang memang seperti yang saya contohkan adalah betul, tapi untuk misalnya berbuat kebaikan tentu kita tak bisa berpatokan pada “sudah” saja, perlu dan sangat perlu kita selalu bilang “belum” :)

      Balas
  12. fenny mengatakan

    7 Oktober 2008 pada 11:52 pm

    aku makin merindukan jogja… huhuhuhu… eh tapi ini kan intinya bukan jogjanya ya? :D

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Oktober 2008 pada 11:52 pm

      Ngaco loe, ah! :)

      Balas
  13. Hedwig mengatakan

    8 Oktober 2008 pada 12:00 am

    kata sudah memang sangat mujarab untuk mengobati kerinduan

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Oktober 2008 pada 12:00 am

      Betul! Betul, sudah!

      Balas
  14. Ikkyu_san mengatakan

    7 Oktober 2008 pada 8:55 pm

    Don, aku selalu berusaha memberikan bermacam-macam pengalaman pada anak-anakku… biarpun mahal. Bahkan aku berusaha memberikan misalnya makanan termahal di Tokyo, sehingga kelak jika dia dewasa, dia akan bisa bilang…Oh saya sudah pernah merasakannya, sudah pernah makan itu, sudah pernah diberikan ibu saya…dsb. Kita bisa bilang sudah kalau kita sudah mengalami sesuatu yang dibuat di masa sekarang. Di Jepang ada iklan “okane yori omoide”(daripada uang lebih baik kenangan). Ya itulah…kenangan yang sudah itu tidak akan terlupakan dan setiap saat kita menghargainya. Saya bersyukur bahwa saya sudah mengenal kamu (dan teman2 lainnya) meskipun di dunia maya.Tapi kadang kita ingin mengulang kembali kenangan-kenangan itu sehingga melupakan “rasa syukur” itu. Aku sudah 16 tahun di sini dan saat2 ini aku mulai menyangsikan tujuan hidupku. Thanks sudah mengingatkan dgn postingan ini.
    GBU bro…

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Oktober 2008 pada 8:55 pm

      Mel, menurutku tujuan hidup itu hanya satu, memuliakan namaNya.
      Dan cara untuk itu adalah berbagai cara selama semuanya menganjurkan kebaikan sesuai apa yang diajarkanNya
      So, mari kita lakukan yang terbaik dimanapun dan kapanpun kita masih dipercaya untuk hidup.
      Aku tidak percaya bahwa hidup terkadang tidak bertujuan.. bagiku semua memiliki tujuan :)

      Balas
  15. nkusuma mengatakan

    7 Oktober 2008 pada 10:46 pm

    Bermakna sekali, kadang kita susah untuk menyadarinya.
    Btw, lam kenal mas

    Balas
    • DV mengatakan

      7 Oktober 2008 pada 10:46 pm

      Salam kenal juga Mas Kusuma :)

      Balas
  16. Andy MSE mengatakan

    8 Oktober 2008 pada 9:03 am

    Saya sudah berpikir, tapi kok nggak sudah-sudah pahamnya… mungkin otak saya sudah lobet, hehehe….

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Oktober 2008 pada 9:03 am

      Lobet itu temennya Robert ya Pak? Jehehehe…

      Balas
  17. Rafki RS mengatakan

    8 Oktober 2008 pada 3:26 am

    Setuju, bahwa rasa syukur adalah apa yang paling dibutuhkan dalam meringankan beban hidup ini.

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Oktober 2008 pada 3:26 am

      Dari yakinku teguh.. hati ikhlasku penuh lohh kok saya malah nyanyi hehehe :)

      Balas
  18. DM mengatakan

    8 Oktober 2008 pada 3:48 am

    Ah, Don. Donny…
    Betapa lembut hatimu. Betapa dalam pemikiranmu. Tulisan ini terasa kuat sekali. Sederhana tapi bernas!
    Tidak bisa tidak, ini hasil olah pikir yang dipadu pemaknaanmu terhadap pengalaman hidupmu selama ini. Aku bisa merasakan keikhlasanmu terhadap suatu hal.
    Menarik juga ketika kita bisa berkata “cukup” atas sesuatu yang pernah kita kecap tapi begitu kita rindukan.
    Ini pencapaianmu tidak saja dalam perjalanan hidup, Don. Yang lebih penting: pemikiranmu. Great, Don!

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Oktober 2008 pada 3:48 am

      Terimakasih, Kawan!
      Pemikiran ini hasil dari ketersudutanku.
      Aku hanya berpegang, manusia akan selalu mengatasi apa yang menjadi masalahnya dalam bimbinganNya.
      Dan pada saat-saat tersudut, ia akan menjadi lebih baik dan kreatif.
      Semoga aku pun demikian sehingga tak tersudut lagi :)
      Doakan!

      Balas
  19. windy mengatakan

    8 Oktober 2008 pada 9:38 am

    what a great thought…!! dan saya pun “sudah” mengisi comment disini…;-)
    ps: gmn erhanya don ? sukses ?

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Oktober 2008 pada 9:38 am

      Erha? Wah nggak ke sana, mending RA Kartini aja deh hehehe

      Balas
  20. Jonbetta mengatakan

    8 Oktober 2008 pada 10:39 am

    Saya tertarik dengan salah satu Kata Yaitu “Syukur”. Betul sekali hidup jika kita tidak pernah beryukur akan membawa diri kita kedalam suatu tujuan yang tiada ujung Pangkalnya dan pada akhirnya hidupnya tidak akan menemukan suatu kebaghagiaan yang ada cuma gelisah-gelisah, gelisah…
    Salam Kenal Kembali Don..Bagus tulisannya..

    Balas
    • DV mengatakan

      8 Oktober 2008 pada 10:39 am

      Wah, makasih.. salam kenal juga

      Balas
  21. Blogunik mengatakan

    11 Oktober 2008 pada 8:32 pm

    Duh jadi inget gudeg sama makanan enak yogya lainnya…
    Sudah…

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT