Berkaca pada Jogja

13 Jan 2011 | Cetusan


3-7 Januari 2011, sesingkat itu aku berkaca pada Jogja yang kukunjungi setelah dua tahun silam.
Melalui makanan, teman, sahabat serta sanak saudara, tempat-tempat yang tetap berdiri di tempatnya, udara dan angin, derai tawa dan ceria… pada mereka semua yang ada di Jogja aku berkaca seperti apakah aku sekarang ini yang barangkali tak lagi sama dengan aku yang dulu sebelum memutuskan untuk pergi dari kota ini…
Dan ketika ku dilepas oleh orang tua dan dibekaliku doa lewat peluk, cium serta air mata mereka di selasar bandara pada Jumat sore nan temaram, kusadari aku sedang berlalu dari kaca itu meski suatu waktu aku pasti akan kembali dan kembali lagi…
Di titik tersebut, Jogja membuat mataku berkaca-kaca…

Sebarluaskan!

29 Komentar

  1. tulisanmu yg sependek ini, membuatku berkaca-kaca pula. entah kenapa, selalu ada keinginan utk pulang ke Jogja.

    Balas
  2. kata pepatah, sejauh-jauh burung terbang, akhirnya kembali ke sarang juga, mas don. semoga kenangan ttg jogja tdk membuat mas doni pingin segera ke jogja sebelum semua pekerjaan di negeri kanguru klar, hehe …

    Balas
    • Lha saya itu malah abis pulang dari mudik ke Jogja jhe Pak :)

      Balas
  3. Seumur-umur aku menghirup nafas di Yogya, dan aku ingin selamanya tinggal di sini ….
    Kalaupun aku pergi, itu hanyalah sepenggal perjalanan untuk menambah kekayaan jiwa dan hati …
    Kacamu selalu ada dan menunggumu untuk kembali, Don :)

    Balas
    • Hmmm kota itu memang sakti, Bu….
      Saya merasakan dan selalu dijagai kesaktiannya :)

      Balas
  4. Aku adalah “korban” kedahsyatan Jogja, Don…
    Meski aku punya kampung halaman yang kucintai, tapi Jogja pula telah mencuri hatiku, sehingga aku sulit untuk menjauh darinya. Entahlah…. aku benar-benar mencintai kota kecil ini…

    Balas
    • Kalau hanya ada dua korban, kamu korban kedua, Uda..
      Pertamanya aku :)
      Hidup Jogja!

      Balas
  5. Donny…tulisanmu singkat tapi artinya “dalam banget.”
    Itu pula yang kurasakan jika aku mengunjungi kampung halaman….walau sekarang hanya tinggal rumah tersisa.
    Namun….
    Kadang saya dan adik-adik berpikir, akankah anak-anak kami punya nostalgia yang sama…
    Kami bertiga juga makin tua…
    Apa masih perlu rumah tsb dipertahankan?

    Balas
    • Makasih, Bu.
      Kenangan hidup di benak setiap orang, dan setiap dari mereka tentu berlainan…
      Rumah atau apapun itu benda mati adalah representasi dari kenangan itu… jangan khawatir untuk kehilangan rumah atau apapun itu karena itu hanya representasi dari kenangan yang tetap menyala di benak kita :)

      Balas
  6. Kekekekekekeke… Aku juga ‘KORBAN’ ;p

    Balas
  7. jogja :( semoga bisa tertawa lagi :D

    Balas
  8. Does anybody need a CPR or a Heimlich :)?

    Balas
  9. Jogja itu selalu ngangenin!
    Buangeeet!!

    Balas
  10. jia…seperti yang saya duga, pasti postingan kali ini ada gambar makanannya..haaa…

    Balas
  11. Berpisah memang sungguh menimbulkan rasa resah dan gelo, Om, sebab ketika dalam bersekutu hati telah menyatu.

    Balas
  12. Menurutku selalu ada perubahan yang terjadi pada setiap individu seiring berjalannya waktu, dan juga pengaruh lingkungan dan tempaan pengalaman hidup.
    Tapi saat kita pulang kampung, memang benar ya Don, seakan berkaca. Aku juga sering begitu, termasuk mengingatkan diriku agar tidak berubah terlalu drastis. Untunglah kata teman2ku aku masih seperti yang dulu…
    Ehm. Sama2 penggemar Crocs nih… :)

    Balas
  13. Selamat melanjutkan perjuangan di perantauan. Siapa tahu rezeki dan sisa usia saya bisa mengantarkan saya ke sana. :)

    Balas
  14. Saya baru sekali ke Jogja tapi ingatan tentang Jogja melekat hingga sekarang. Semoga saja Jogja segera bangkit. Banyak orang hebat berasal dari Jogja.
    *saya berkunjung ke sini karena tertarik, inisial nama kita sama, Dv* :)

    Balas
  15. untung jogja cedak solotigo :)
    sepatune ketoke enak banget :P

    Balas
  16. lha aku korban ke berapa???
    crocs mu kuwi asli / aspal???

    Balas
    • Emangnya kamu, tas ber merk tapi belinya di ITC? :)

      Balas
  17. Ini tulisan oleh2 mudik ya?

    Balas
  18. Kata-kata hampir tak diperlukan untuk mengungkapkan cinta.
    Bahagialah Don. :)

    Balas
  19. Tulisan anda adalah racun..!!!!!!!!!!…
    Racun sehingga saya pengin mulih ke JOGJA..yang ISTIMEWA..
    Matur nuwun..

    Balas
  20. selalu membuat ingin pulang ke kotamu…

    Balas
  21. Dan sekarang pun mataku berkaca-kaca! :) Aku kangen kota itu…

    Balas
  22. Tulisannya sangat mengharu biru..aq pun perantau yg kesasar di yogya..namun sdh cinta jogja dan sepertinya tak kan pernah meninggalkan jogja..*jogjaku berhati nyam nyam..I love jogja*

    Balas
  23. aku wis kapok adoh2 Mas
    rasane koq kaya piye ngono..
    wis tau seminggu natas gitaran ro cah2 mung demi sepenggal lagu pengantar tidur itu..

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.