Dalam Kabar Baik hari ini, Yesus berkata, ?Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.? (lih. Lukas 12:35) Prinsip beriman yang hendak dikatakan Tuhan hari ini melalui Kabar BaikNya, jika diintisarikan dalam istilah ?kekinian? adalah seperti judul di atas, ?Jangan kasih kendor!?
Jangan kasih kendor!
Beriman itu seumur hidup.
Tidak memberi rasa kendor berarti harus tetap memberikan yang terbaik. Kendor dikit akan membuat lengah. Ibarat mengendarai kendaraan, kelengahan dalam berkendara bisa mengakibatkan celaka.
Wah kalau begitu capek banget dong, Don? Menahan untuk tidak lengah sepanjang hidup?
Ya iyalah! Hidup memang capek makanya kalau ada orang mati selalu dibilang “beristirahatlah dengan tenang”!
Tapi sebenarnya, ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan pahami dalam hidup beriman di dunia ini sehingga kita bisa lebih pandai menjaga ?stamina? dalam beriman kepadaNya .
Beribadah dengan cerdas
Misalnya tentang beribadah.
Dalam lima perintah Gereja yang berasal dari pemikiran Santo Petrus Kanisius, mengikuti perayaan ekaristi yang wajib adalah pada hari minggu dan pada hari raya yang diwajibkan.
Ketika ada seseorang yang punya niat untuk ikut perayaan ekaristi harian, aktif dalam acara persekutuan doa dan pendalaman iman ya harus kita hargai. Tapi jangan sampai kesibukan itu membuat seseorang terpenjara seolah merasa bahwa hal itupun juga adalah bagian dari kewajiban yang harus dijalankan!
Kalau aku, setidaknya akan kuusahakan yang terbaik saja selama aku bisa terus ke Gereja setiap minggu dan pada hari raya-hari raya yang telah ditetapkan.
Kecuali kalau memang aku adalam imam tentu lain soal. Tapi aku (dan seperti halnya kalian kebanyakan) punya keluarga yang harus dihidupi dengan cinta dan perhatian dan waktu! Punya pekerjaan yang harus diperhatikan untuk menghidupi keluarga dan punya hal-hal lain yang harus dilakukan dalam tataran hidup bersosial dan bermasyarakat yang semuanya juga memerlukan waktu dan perhatian.
Membantu dengan pintar
Atau tentang memberi sumbangan.
Banyak orang merasa wajib memberi sumbangan ke para pengemis di jalanan.
Perkara menyumbang tentu hak masing-masing orang. Tapi kalau aku di posisi orang tersebut, aku akan mengevaluasi caraku memberi sumbangan terutama pada para pengemis.
Demi efektivitas dan demi tidak cepat kendornya dalam beriman, aku akan berprinsip bahwa tak semua orang termasuk tak semua pengemis itu memerlukan bantuan uang.
Barangkali ada yang memerlukan bantuan dalam wujud lain meski mereka sendiri tak menyadarinya. Barangkali juga ada yang lebih membutuhkan bantuan ketimbang mereka. Bukankah kita diajak untuk peduli pada yang paling berkekurangan. (lih. Mat 25:31-46)
Tapi kalau begitu namanya kamu pamrih dalam membantu, DV? Apa sebelum menyumbang kamu harus melihat orang yang akan kamu sumbangi??
Kalau aku sih iya!
Justru untuk memelihara supaya pamrihku terjaga baik, sebelum menyumbang aku harus memastikan bahwa orang yang kita sumbang itu adalah orang yang tepat untuk disumbang.
Beriman itu membutuhkan akal dan budi yang lebih banyak ketimbang perasaan. Tak semua hal yang kita rasakan itu selaras dengan keinginan Tuhan. Padahal untuk menjaga stamina supaya tidak kendor dalam beriman memerlukan pengetahuan banyak tentang kehendak Tuhan.
Caranya?
Ya sering-sering mendengar dan mempelajari firman Tuhan baik yang tertulis di Kabar BaikNya maupun yang tersirat dalam hidup sehari-hari?
Sydney, 22 Oktober 2019
0 Komentar