Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.(lih Mat 7:12)
Yesus mengatakan hal itu sebagai inti dari hukum taurat dan kitab para nabi. Yang kerap menjadi persoalan adalah, tak ada yang bisa menjamin kehendak kita itu dilakukan orang lain.
Misalnya kamu memberi tumpangan tempat tinggal pada kawan yang sedang dilanda masalah keuangan, apa yang bisa menjamin bahwa ia akan membalas tumpangan itu dengan kebaikan? Bagaimana jika ternyata ia malah berusaha mencelakai kamu dan keluarga karena mendapatkan akses rumah dengan mudah?
Belum lagi pengaruh lingkungan sosial belakangan ini yang mempromosikan bahwa untuk jadi terkenal, kaya, bahkan jadi pejabat itu tak perlu berbuat baik! Yang penting terkesan baik!
Dari dua hal itu saja kita bisa melihat betapa wajar orang jadi malas berbuat kebaikan?
Nah, di sinilah Yesus, menurutku, masuk dalam ?konteks renungan? kita. Yesus yang adalah Anak Allah tidak membatalkan hukum itu. Ia menggenapi Taurat dengan banyak ajaranNya. Misalnya,
Ketika kita dibalas jahat, kecenderungan kita memusuhi orang itu. Tapi Yesus malah mengajak kita mendoakan dan mengasihi para musuh (lih. mat. 5:44) serta memaafkan sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali (Mat 18:22).
Mendendam? Jangan! berikanlah pipi kiri ketika pipi kananmu ditampar. (lih. Mat 5:39)
Dan masih banyak lagi yang bisa kamu cari dalam Injil Tuhan.
Intinya? Yesus menawarkan kasih sebagai landasan ketika kita berbuat baik bagi sesama.
Kasih amat penting karena kasih tak pernah menuntut balas. Dendam lah yang sering punya tuntutan untuk membalas.
Lalu muncullah pertanyaan klasik yang kerap kupakai untuk menguji renunganku sendiri di blog ini, ?Tapi kan susah, Don? Emang kamu bisa??
Susah memang dan aku belum bisa, jauh dari bisa. Tapi jangan pakai aku sebagai takaran dari apa yang kusampaikan. Adalah Yesus!
Yesus adalah contoh terbaik tentang bagaimana melakukan yang terbaik bagi sesama tapi sekaligus Ia adalah sosok yang menerima perlakuan terburuk sebagai imbal baliknya.
Yesus menawarkan keselamatan tapi yang diterima adalah cercaan, fitnah dan tentangan. Yesus mengajarkan banyak hal kebaikan tapi imbalannya adalah cambukan, cemoohan, hinaan dan ludahan. Yesus mengerjakan banyak mukjizat dan pemulihan tapi lihatlah yang Ia terima,? hukuman nan keji, salib dan kematian.
Jika Yesus hanya menawarkan ajaran tanpa mempraktekkannya sendiri barangkali aku juga enggan untuk percaya begitu saja. Tapi karena Ia adalah sosok yang mengerjakan apa yang diajarkanNya, dengan apa lagi aku harus tak mengindahkan kasihNya?
Menurut kalian?
Sydney, 26 Juni 2018
0 Komentar