Jika benar anggaran PEMILU 2009 yang dikeluarkan negara adalah sebesar Rp 21.833.386.525.591,00 atau
lebih dari 21 triliun rupiah, maka berdasarkan data sensus penduduk tahun 2005,
dengan jumlah penduduk sebesar 218.868.791 jiwa sama saja per-orang warga negara ini urun duit sebesar Rp 99.755,59 untuk
membiayai hajatan besar lima tahun sekali itu.
Hitungan yang sangat kasar ini tak pandang bulu, berlaku untuk semua kalangan. Baik yang baru saja lahir hingga yang menjelang mangkat, semua harus membayar segitu.
Namanya juga harus, ndak bisa ditawar-tawar lagi, absolut!
Kita, yang dibawah-bawah ini hanya disisakan (kalau kita mau menyebutnya sisa, tentu saja) wacana,
seberharga apa PEMILU itu bagi kita sebenarnya sehingga kok membutuhkan dana sebesar itu ?
Kalau melihat jumlah yang tak sedikit itu tentu seharusnya berharga ya?
Apalagi secara teori, PEMILU adalah ajang untuk menentukan nasib bangsa yang berazas demokrasi ini untuk maju lebih bagus lagi setidaknya lima tahun ke depan.
Tapi itu teori. Prakteknya apa demikian?
Wah saya maupun Anda ndak akan sanggup untuk menggeneralisasi hasil kerja seluruh anggota legislatif yang jumlahnya buanyak itu dalam kaitannya dengan
perjuangan mereka menggarap keterwakilan kita itu tadi.
Apalagi pada praktiknya, akhir-akhir ini banyak terungkap praktek-praktek yang mengecewakan dari mereka, para legislatif itu.
Borok-borok yang pelan tapi pasti disibak KPK itu membuka mata hati kita, membuka bagian yang ternyata lumayan terlukai, kepercayaan kita.
Tapi lantas bagaimana?
Apa lebih baik kita golput saja?
Wah tentu itu tidak tepat juga karena selain kita rugi telah membayar 99 ribu lebih kok ndak dipakai haknya,
juga Golput itu tidak ada dalam jajaran pilihan kita yang 34 biji banyaknya itu.
Hal terbaik adalah berpikir, saudara-saudara.
Ya, berpikirlah, timbang dan putuskanlah untuk memilih salah satu dari ke-34 kontestan itu.
Kita diberi waktu tak kurang dari sembilan bulan mulai dari kemarin tanggal 12 Juli 2008 hingga April 2009 nanti untuk menyimak betul-betul mana yang terbaik!
Jangan pula langsung nyoblos tanpa berpikir panjang.
Duduk-duduk dulu di serambi depan situ sambil mencermati koran serta radio tentang janji-janji para calon anggota legislatif tersebut,
amati di televisi tajam-tajam apa saja yang jadi visi dan misi serta prinsip mereka dalam memperjuangkan kita.
Kalau itung-itungan dagang sih gampangannya gini,
dengan mengeluarkan uang sebanyak 99 ribu lebih itu apakah kita akan balik modal dalam waktu lima tahun periode masa tugas para wakil rakyat itu?
Jangan ukur untung dulu kalau modal belum tentu didapat bukan?
Jangan takar dengan gaji Anda doang yang mungkin berjut-jut itu,
tapi perhatikan pula bahwa seharusnya pengembalian modal itu berlaku menyeluruh kepada semua warga negara ini
hingga sebelum lima tahun ke depannya lagi.
Gimana? Setuju ?
gak tau juga mending kampanyenya
lewat bloger aja biar irit
trus para calon
garatisin biaya
internet
mas donny, saya sangat kecewa, bukan hanya saya, tapi mungkin juga sebagian besar rakyat, terhadap kinerja anggota dewan, apalagi setelah beberapa di antara mereka tertangkap tangan oleh KPK setelah ada indikasi terlibat kasus suap dan korupsi. iki piye toh. bukankah gaji dan tunjangan mereka per bulan sudha lebih dari cukup untuk membedarkan perut dan foya2? politik di negeri ini ndak akan menghasilkan politisi yang memiliki wisdom dan kearifan selama proses rekrutmennya saja sudah beraroma busuk. masak sih utk jadi anggota dewan mesti harus setor dana politik ratusan juta, bahkan sampai hitungan M. logikanya, kalau mau nyalon saja mesti ngeluarin duwit segembung, ya sudah dipastikan setelah mereka duduk di senayan, ya cari jalan tikus bagaimana cara mengembalikan modal. jika perlu cari jalan tol agar mulus melakukan tipu2 dg ngemplang proyek sana-sini, haks. walah, saya kok jadi sentimentil kayak begini, yak, hehehe :lol: maaf mas donny, sedang kesel sama wakil rakyat.
Pikir-pikir dulu deh.
@Sawali: Pak Guru, kalau sampeyan kesel mending jangan panggil mereka sebagai wakil rakyat, karena sebutan itu mbikin saya ya jadi samsoyo mangkel dan kesel jhe :)
hmmm.. mahalnya sebuah demokrasi
@ Sawali Tuhusetya:
Kita pastikan lagi, Pak Sawali: apakah betul definisi sebagai wakil rakyat. Kalau memang itu yang digunakan, kita mesti jujur dengan diri kita: mereka itu mewakili apanya? Aspirasi rakyatnya? Keinginan rakyatnya? Nasib rakyatnya?
Kalau memang tidak, tapi kita tetap menganggap mereka wakil rakyat, berarti kita sudah tidak jujur bahkan pada diri kita sendiri.
@Ronggo: Ya, saya juga menebak sepertinya mereka akan merambah media blog juga seperti yang sudah dilakukan oleh sedikit politisi.
Ya mari kita sambut kedatangan mereka. Selama kedatangan mereka tidak menimbulkan pecah di kalangan blogger sendiri mah nggak masalah, IMHO.
wuaahhh…. jakarta udh makin amburaduul nih… bendera…baliho, poster2…udh bertebaran dimana… ntar lg gaban2 juga pada nangkring dijalanan….lagian capeek aah mikirin wakil rakyat… politik… ga ada abisnya cuma bikin sakit perut…plus sakit hatii… yg tajir…yg tajiirr… org susah dilarang protess….
loh… makanya kursi dewan kan laris manis! modalnya besar dapetnya juga besar:D:D
Wuih sampai segitu besarnya ya Pak. Segitu besarnya uang yang dikeluarkan untuk memilih calon-calon koruptor eh salah calon legislatif yang baru. Kalau dipakai untuk membangun sekolah, sudah berapa sekolah yang terbangun itu ya? Satu kata kalau memang anggarannya segitu yaitu “gila”.
angkanya mencapai segitu…?
wah-wah…
bisa buat modal kerja ratusan rakyat yah…
duh, mudah-mudahnya ntar yang kepilih bisa bener2 megang amanatnya, masalahnya gw pribadi udah ilang kepercayaan sama yang namanya pemerintah.
Seandainya saja Soekarno masih ada …
Yaiiy! 21 T?? buset dah!!! (geleng-geleng kepala gak bisa ngomong..)
hitung aja sendiri
Ngmongin Apaan sih? Ikutan Boleh Ga?
Minum kopi dulu!
Mugo podo diparingi sabar seger waras rejeki lancar barokah…keluarga sakinah mawadah waromah, aamiin…wakil rakyat yg mau makan duit ga jelas ya biarin ae ben di entok2no sak walehe sak anak putune.