Berani menegur ringan ditegur

23 Agu 2018 | Kabar Baik

Seseorang pernah mengemukakan satu hal kepadaku. Ia sakit hati pada salah seorang kawan sepelayananku.

Kenapa?
Sok suci banget dia, Don! Mentang-mentang pelayanan trus dia ngatain bahwa aku melakukan satu tindakan dosa. Emang dirinya nggak berdosa?

Sebagai ?jembatan? aku lantas mengkonfirmasi hal tersebut pada kawanku yang dituduh menyakiti hati itu dengan pertanyaan yang sama, ?Kenapa??

?Kenapa? Ya karena menurut gue dia berdosa, Don! Lagipula kan gak salah untuk menegur? Firman Tuhan sendiri mengatakan demikian kok!?

Rupanya kawanku tadi menggunakan firman Tuhan yang ditulis Matius hari ini sebagai justifikasinya.

?Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.? (lih. Matius 18:15)

Persoalan di atas sekilas sederhana tapi menurutku sebenarnya amat rumit dan bisa jadi persoalan nan panjang jika tak ditelaah secara baik.

Bolehkah menegur?

Mari kita mulai dari satu pertanyaan mendasar, ?Ketika ada seorang berbuat salah, bolehkah kita menegurnya??

Bagiku menegur boleh-boleh saja. Dunia tanpa teguran adalah dunia yang liar yang tak pernah bisa dibayangkan seperti apa juntrungannya. Kenapa? Karena semua orang membiarkan kesalahan berlaku begitu saja.

Tapi, apakah syarat menegur itu?
Haruskah kita bebas dari salah dan dosa terlebih dulu untuk menegur sesama kita seperti yang dikeluhkan kawan di atas tadi dengan berkata, ?Emang dirinya nggak berdosa??

Jika syarat menegur adalah kalau kita bebas dari salah dan dosa, sekali lagi, dunia ini akan jadi dunia yang liar. Kok? Yup! Karena bukankah tak ada dari kita yang bisa benar-benar bebas dari salah dan dosa?

Kenapa risih ditegur?

Ditegur itu tak mengenakkan? Tentu! Aku juga paling malas kalau ditegur!

Orang yang tak bisa menerima teguran sama sekali adalah orang yang sangat perlu kita kasihani. Orang-orang seperti ini adalah orang yang tak bisa menyadari kemanusiaannya yang penuh dengan dosa dan salah.

Teguran harusnya jadi masukan dan tinggal bagaimana kita mengolah hal tersebut.

Teguran yang baik, meski pahit, haruslah jadi masukan. Teguran yang tak baik, barangkali lebih pahit, ya muntahkan saja, jangan dimasukkan ke dalam hati. Teguran yang menyakitkan? Gampang! Laporkan polisi! :)

Jadi bagaimana?

Tegurlah orang lain dengan prinsip sebagaimana kamu juga perlu merasa ditegur saat berbuat salah. Tegurlah dengan adab yang baik dan bermartabat seperti yang dikatakan Yesus, empat mata dan bukannya menghakimi di depan publik yang menurunkan martabat.

Masih tak berani menegur karena merasa tak layak dan penuh dosa? Ok lah kalau begitu. Tapi jangan lepas tangan dulu!? Bagaimana kalau kamu mengikuti cara ini; karena kamu merasa masih berdosa ada baiknya kamu tak lagi mengulangi dosa-dosa itu dan sikap pertobatanmu itu bisa jadi teguran yang tak langsung bagi mereka yang belum bertobat di sekelilingmu.

Asik, kan?

Sydney, 23 Agustus 2018

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Puji Tuhan,Amin

    Balas
  2. *SEPULUH PANTUN*

    *JOKOWI SEKALI LAGI*

    Adian Napitupulu
    Jakarta 21 Agustus 2018
    ————

    Jual kakap ke kota Bogor
    Paling cepat lewat jagorawi
    Kalau mau tangkap koruptor
    Sudah tepat pilih Jokowi

    Suara serak berbeda paham
    Ke kota Ngawi naik kereta
    Kalau tolak pelanggar HAM
    Pasti Jokowi pilihan kita

    Beli busa pergi ke toko
    Lihat si Ipin naik sepeda
    Kalau bisa pilih yang Joko
    Ngapain juga pilih yang duda

    Paling asik ke Jimbaran
    Bawa batik untuk jualan
    Kalo penculik bangun kuburan
    Orang baik membangun jalan

    Baju batik dari surakarta
    Dua detik ke menara pisa
    Kalau kritik gunakan data
    Kuda Meringkik karena rasa

    Otot kawat tulang besi
    Ambil godam di dalam laci
    Kalau mau mendapat kursi
    Adu Program bukan mencaci

    Ayam berjalu banteng bertanduk
    Badan naik pantat terduduk
    Dari pada BOSAN malu tertunduk
    Lebih baik melempar handuk

    Soto kikil berkuah merah
    Mobil carter ke kota kudus
    Pilih wakil dengan musyawarah
    Bukan barter uang sekardus

    Ada lada di campur keju
    Hidup kotor mengundang sial
    Naik kuda pilihan borju
    Naik motor pilihan milenial

    Hidup sehat perbanyak tawa
    Bunga layu lagu pesinden
    Naik pangkat karena mertua
    Tukang kayu yang jadi Presiden

    ???

    ???

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.