Ber-Indonesia di Australia: Catering

26 Nov 2012 | Cetusan, Indonesia

Jangan berpikir bahwa karena aku tinggal di luar negeri lalu makanan yang kumakan setiap harinya adalah sandwich, steak atau pasta seperti di film-film. Pola pikir seperti itu sama salahnya kalau kamu berpikir bahwa luar negeri itu setiap saat di setiap inchi-nya bersalju.

Kalau mau diprosentasekan, barangkali dalam hitungan kasar, selama empat tahun lebih aku tinggal di Australia, hanya sekitar 15% dari total makanan yang kumakan adalah makanan ‘Eropa’, selebihnya aku tetap makan masakan Indonesia atau setidaknya masakan Asia timur dan tenggara yang kaya bumbu dan karbohidrat.

Untuk mendapatkannya, ada tiga macam sumber. Pertama, membeli di restaurant Indonesia/Asia. Kedua, memesan lewat jasa catering atau yang ketiga memasak sendiri.

Coret kemungkinan ketiga karena aku nggak bisa masak, sedangkan membeli di restaurant adalah paling banter seminggu dua kali karena pertimbangan jarak dan harga. Maka, pilihan menggunakan jasa catering adalah yang paling memungkinkan.

Jasa catering khusus masakan-masakan Indonesia jumlahnya cukup banyak di sini. Aku tak tahu berapa jumlah pastinya, tapi selama empat tahun ini aku telah mencoba setidaknya enam usaha catering yang berbeda!

Kebanyakan dari jasa catering di sini dikelola oleh keluarga migran Indonesia. Untuk yang kecil, mereka menjalankan praktek secara sederhana, sang istri memasak malam hari dan pagi harinya, lalu suaminya mengantar ke pelanggan door-to-door. Mereka yang lebih besar usahanya tentu beda cara. Mereka sudah mampu mempekerjakan orang baik untuk memasak, administrasi maupun jasa antar.

Untuk iklan, rata-rata mereka menggunakan kolom iklan di buletin-buletin Indonesia (akan kutulis terpisah) atau facebook atau ya iklan getok tular dari mulut ke mulut orang-orang Indonesia di sini.

“…mengadakan bisnis usaha di perumahan tanpa ijin di sini adalah tindakan pelanggaran hukum.”

Satu hal yang paling menarik untuk diamati dari bisnis di sini adalah soal ijin usaha. Aku tak tahu sekaligus tak yakin apakah tiap-tiap pengusaha jasa catering masakan khas Indonesia di sini sudah punya ijin usaha atau tidak. Karena selain rawan terkena kasus pajak, mengadakan bisnis usaha di perumahan tanpa ijin di sini adalah tindakan pelanggaran hukum yang bisa berakhir di penjara serta denda yang tak kecil.

Masalah harga, rata-rata mereka menjual satu paket masakan dengan harga 15$ per hari untuk ukuran medium. Satu paket biasanya berisi dua jenis masakan. Untuk harga paket besar dan kecil tentu akan berbeda dan beberapa usaha catering besar yang sanggup melayani pengantaran lintas area, mereka mengenakan biaya yang berbeda untuk jarak yang berbeda pula, tergantung jauh-dekatnya tentu saja.

Nah ngomongin rasa, barangkali akan jadi pembicaraan yang panjang.
Secara merata, rasanya OK semua! Tak seperti yang banyak diceritakan mantan mahasiswa yang selalu cerita miring soal rasa masakan Indonesia di Australia yang katanya semua masakan Indonesia di Australia adalah so yucky!.

Kenapa kukatakan demikian? Jarak geografis yang cukup dekat membuat orang-orang Indonesia yang tinggal di sini dengan mudah mendapatkan bumbu alami bahkan asli diimpor dari Indonesia. Ada begitu banyak toko (termasuk White Lotus yang kuceritakan tempo hari) yang menyediakan bumbu alami khas Indonesia.

Selain itu, kemajuan teknologi makanan mampu membuat rasa yang dihasilkan dari bumbu instant semakin mendekati rasa makanan yang dihasilkan dari bumbu alami. Jadi, meski misalnya harga bumbu alami lebih mahal, seorang pengusaha catering dengan pengalamannya mampu mengolah makanan menjadi lezat meski itu ‘hanya’ menggunakan bumbu instant.

Satu-satunya hal yang barangkali bikin ’emoh’ untuk menggunakan jasa catering barangkali hanya pada tingkat kebosanan pada masakan-masakan yang disajikan. Nah kalau sudah demikian dengan mudah sih tinggal telepon pemilik usahanya bilang untuk berhenti dulu sementara waktu lalu mencari pengusaha catering lainnya yang biasanya memang akan memiliki cara berbeda dalam memasak.

Jadi, apa makan siangmu hari ini? Aku pakai sate ayam dan bumbu kacang!

Sebarluaskan!

6 Komentar

  1. Untuk makanan, sebenarnya untuk makan siang saya paling suka masakan khas jawa timur seperti warung-warung jatim yang banyak ada disini. Mungkin ini akibat saya selama 4 tahun kuliah di surabaya dan hampir tiap hari memakan masakan jenis itu.

    Balas
  2. ora langganan nggone wong nJuwiring, Don? rasane genah Klaten banget…

    Balas
  3. wuihhh, enak men mas, ono jasa katering barang. mbok ning cambridge ono no penak banget uripku hihihi… ning kene restoran indonesia/toko indonesia wae ora ono. onone ning London, wuadohhhh tenan :-( yen pengin mangan masakan indonesia yo kudu masak dhewe, bendino! aku sing malah kepikiran pengin buka usaha katering kanggo nyuplai bocah2 PPI, hahaha

    Balas
  4. iya… aku pikir juga rata rata bisnis catering disana tanpa izin ya… kecuali memang punya tempat… kalau yang masih pake selebaran sih rasanya tax free tuh..untuk kalangan sendiri saja…:)

    Balas
  5. Catheringan memang bosenin Don kalau terus2an… karena yang terlalu berbumbu itu eneq juga kalo sering2.
    Aku sih lebih suka yang gak terlalu bersantan, yang polos lebih enak…
    Hmm siang ini aku kepengen makan capcai…..

    Balas
  6. Wah pengetahuan baru lagi mas. ternyata ada usaha seperti tu di oz. jadi mikir mau tinggal di LN yg gak terlalu berubah ya di oz! :D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.