Bencana Refleksi dari Perilaku Wanita?

27 Mei 2008 | Cetusan, Tunggonono

Apa kaitan antara goyang Dewi Persik dengan banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia belakangan ini?

Saya sendiri ndak tahu.
Pertama karena saya tidak pernah mengamati Dewi Persik, dan yang kedua, saya selalu berpikir bahwa bencana alam yang terjadi karena memang sudah waktunya terjadi.
Alam berhak untuk berubah, bergerak dan menua, seperti halnya kita manusia yang berhak untuk menggemukkan ataupun menguruskan badan serta mau tak mau pasti menua.
Tapi, Tunggonono, kapten jaga malam yang dulu selalu menemani saya punya pendapat yang berbeda!

“Nganu, Bos! Si Bos ndak tahu sih! Bencana alam itu terjadi karena goyang Dewi Perssik yang semakin bahenol!” Tukasnya petang tadi.

“Lha kok bisa? Ngawurmu kok ya ndak ilang-ilang lho meski sudah lama kita ndak bersua!”

“Weh si Bos ini nggak ngandhel! Beneran, saestu Bos! Coba Bos lihat sekarang ini kan perilakunya Dewi Persik dan banyak perempuan lain itu sudah keterlaluan.
Kalau pakai baju ya nggak niat njaitnya, hampir telanjang gitu. Trus belum lagi mereka yang bersuami juga sudah pada mulai bandhel ke suaminya… Pamitnya arisan eh ndak tahunya
malah gebetan! Ya alamnya marah tho ya!”

Hehehehe, saya cuma tersenyum di bibir namun terbahak-bahak di dalam hati.
Ya itulah Tunggonono!
Saya terkadang heran dengan pola pikirnya yang terkadang benar-benar terbelakang sekali, tapi kadang terlalu ke depan dan sekali tempo tak jarang nganeh-nganehi seperti sekarang ini.

“Lha memangnya alam itu suami mereka, Nggon? Kok yang marah malah alamnya? Harusnya kan suaminya yang dibandheli itu tho yang ngamuk?”

“Hmmm.. susah ngomong sama si Bos sekarang ini, pikiranmu mungkin udah terlalu logis ya, Bos?”

Heh, saya pun terperanjat dengan sengatan Tunggonono ini.
Saya ndak menjawab, cuma diam saja menatap jendela kaca dan menengadah ke langit yang temaram selepas mentari tenggelam.

“Lha Bos malah diam saja! Ya sorry kalau omongan saya malah menyakiti si Bos lho! Tapi memang kalau secara logis kita susah menangkap hal-hal yang tersirat dan tersembunyi, Bos.”

“Boleh tahu, kalau bukan logis, lalu cara pandang apa yang kamu pakai untuk ngomong soal itu tadi, Nggon?”

“Cara pandang akhlak dan agama, Bos. Agama ngajari kita untuk hidup tunduk dengan moral. Terlebih para wanita itu ya ndak boleh buka-bukaan gitu!”

“Hmmm, lalu kaitannya dengan bencana? Apa dalam agama juga dipelajari tentang keterkaitan itu ?
Apa ada jaminan bahwa kalau mereka tidak bahenol dan tidak berperilaku nganeh-anehi maka alam tidak jadi marah?”

“Ya ndak juga, Bos! Tapi ini jelas, bencana alam itu adalah hukuman Tuhan!”

“Heh?!? Hukuman Tuhan? Kalau Tuhan menghukum kenapa yang kena malah justru orang-orang pedesaan yang rumahnya reyot yang tertimpa longsoran tanah perbukitan ataupun
anak-anak kecil tak berdosa yang tertimpa tembok rumahnya ketika gempa tiba? Bukan mereka yang bahenol di kota yang mati?
Apa mungkin Tuhan salah menghukum, Nggon?”

Tunggonono terdiam. Dia seperti ingin berbicara tapi tak tahu harus memulai dari mana. Mulutnya tercekat tapi bahasa tubuhnya mengisyaratkan ia ingin bicara.

“Bicaralah! Ngomongo meneh! Aku siap nrungoake, Nggon!”

Saya kembali menatap ke langit. Bintang gemintang mulai berkerlip-kerlip sinarnya, sementara Sang Bulan sendu menatap dengan sinarnya yang temaram.
Kepada mereka sebenarnya aku ingin bertanya mengapa mereka memilih melayang-layang di langit nun jauh itu dan bukannya pada gunung serta sungai yang lebih dekat dengan manusia.

Mataku terpejam, 1000 Tunggonono sekalipun tak akan membuatku menjadi berpikiran dan berpandangan sepertinya.

Sebarluaskan!

4 Komentar

  1. Mestinya memang nggak perlu ikut arisan segala. Jadi nggak harus bohong kalau memang mau ketemu gebetan kan.

    Balas
  2. Seorang Tunggonono sekalipun punya jalan pikirannya sendiri…

    Balas
  3. eh dan… btw ada yg ditinggalin ke malay yaa… uahuhuhuhu….

    Balas
  4. Anjirrrr.. ada orang kutowinangun pake nama Pattimahu..? Temennya pattimura ya Non ?

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.