• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Belajar dari Pohon di Muka Kantor

25 September 2009 22 Komentar

Ada sebuah pohon di muka kantor yang selama musim dingin kemarin tampak begitu gersang dan kering.
Permukaan kulitnya memucat tak satupun dedaunan yang tersisa di pokok serta cabangnya.
Kupikir ia tengah menanti kematian dan sedang menjalani sakaratul maut yang kelewat panjang.

Tapi tak dinyana, menjelang berakhirnya musim dingin dan datangnya musim semi, pucuk-pucuk daun hijau segar mulai meronakan tubuhnya.
Tak hanya itu, kuncup-kuncup bunga pun semakin menggairahkan tubuhnya untuk selalu dipandang.

Ia memang sedang beradaptasi, coba bacalah kutipan di bawah ini:


In SUMMER, their broad green leaves help capture sunlight needed to make food through photosynthesis.
As temperatures drop, the tree cuts off the supply of water to the leaves and seals off the area between the leaf stem and the tree trunk. With limited sunlight and water, the leaves are unable to continue producing chlorophyll (green pigment in leaves) causing them to change into the beautiful red, yellow and orange leaf colours of FALL.

In WINTER, it is too cold for the trees to protect their leaves from freezing, so they simply loose them and seal up the places where the leaves attach to the branch. Losing their leaves helps trees to conserve water loss through transpiration. (Dried leaves continue to hang on the branches of some deciduous trees until the new leaves come out.)
Before the leaves die, some of the food material they contain is drawn back into the twigs and branches where it is stored and used the following spring.

The warmer temperatures of SPRING signal to the trees that they can grow new leaves again, and restart the cycle.
Diambil dari sini

Hidup baginya adalah proses adaptasi, selalu berubah dan berubah.

Lalu bagaimana dengan manusia?
Meski sama-sama makhluk hidup yang butuh beradaptasi, sebagian dari kita terkadang terlalu gagap dalam menghadapi dan membaca yang namanya “perubahan” serta kurang dapat memahami bahwa hakikat kehidupan pada dasarnya adalah tanggap terhadap perubahan itu sendiri, setiap saat setiap waktu.

Kita sering lupa menyisihkan sebagian dari sukacita dan keberhasilan hari ini untuk esok hari seakan kita yakin bahwa apa yang menjadi kemenangan hari ini adalah kemenangan esok hari…
Sebaliknya, kita terkadang masih menyisakan duka sisa semalam untuk hari yang baru di pagi buta keesokannya…

Sepatutnya kita malu karena tak pernah lebih pintar dari sebatang pohon seperti yang ada di muka kantorku itu tadi.
Pohon tahu kapan saatnya mematahkan dan menggugurkan dedaunan demi menghadapi musim dingin yang miskin mentari tapi kita tak tahu kapan saatnya kita harus berhemat dan berstrategi menghadapi musim-musim di masa yang akan datang yang sayangnya justru lebih tak bisa diprediksi ketimbang sekadar menyebut summer, fall, winter, spring balik ke summer, fall, winter, spring balik ke summer…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. femi mengatakan

    25 September 2009 pada 7:41 pm

    iya, pohon jati juga gitu.
    manusia itu makhluk paling sulit beradaptasi karena banyak faktor. njlimet hehehe…
    makasih buat tulisannya :)

    Balas
  2. riFFrizz mengatakan

    25 September 2009 pada 11:45 pm

    bagus, ternyata terkait antara pohon dan manusia, membangun mas

    Balas
  3. krismariana mengatakan

    25 September 2009 pada 8:16 pm

    hmmm… memang pohon itu “pintar”. kalau di Indonesia, aku salut pada pohon jati yang memilih menggugurkan daunnya di musim kering. dan salutnya, jati itu bisa bertahan di tanah yg bener-bener kering. tapi biar begitu, kayunya kuat banget.
    btw, tanaman itu kurasa sejatinya makhluk hidup yang mandiri. dan kalau kita mau belajar dari alam sekitar, ada banyak pelajaran yg bisa kita dapat…

    Balas
  4. nanaharmanto mengatakan

    25 September 2009 pada 10:38 pm

    Wah, dalem banget permenunganmu Mas Donny…
    Sepertinya aku menangkap apa yang kaumaksud dengan paragraf ini, (aku kutip ya…)

    Balas
  5. zulhaq mengatakan

    26 September 2009 pada 3:41 am

    hmmm, pembelajaran yang sering di abaikan, tapi penuh makna. iya, seharusnya kita malu, terutama diri saya pribadi, malu banget dah…

    Balas
  6. vizon mengatakan

    26 September 2009 pada 8:34 am

    adaptasi memang kemampuan lebih pada makhluk hidup selain manusia, karena memang itu yang mereka miliki. bagi manusia, adaptasi adalah proses awal saja dan itu bukan yang terpenting. adaptasi adalah bentuk pertahanan terlemah yang dilakukan manusia.
    bagi manusia, yang dibutuhkan sesungguhnya bukan sekedar bagaimana bisa “hidup” (to life), tapi bagaimana ia bisa “mengada” atau bereksistensi. melalui bereksistensi, manusia tidak hanya

    Balas
  7. zee mengatakan

    26 September 2009 pada 8:42 pm

    Dalam sekali perenungan kamu ini Don. Kalau manusia, saking berakalnya jd begitu, terlalu banyak yg dipikirkan saat beradaptasi, terlalu banyak mengeluh dan protes, sehingga tdk bisa (alias tidak mau) beradaptasi….

    Balas
  8. Bro Neo mengatakan

    26 September 2009 pada 11:31 am

    salam kenal DV,
    nice posting mas.. dalem banget permenungannya
    sungguh, kita bisa belajar dari pengalaman dan kejadian di sekitar kita, cuma kadang kita membiarkan pelajaran itu berlalu begitu saja
    AMDG
    salam,

    Balas
  9. Chandra mengatakan

    26 September 2009 pada 7:04 pm

    Iya, dan sebelnya pas pindah ke rumah ini April lalu, gue n suami maen tebang pohon aja, kirain mati…eh ternyata pohon yg tersisa sekarang berbunga…hihihi… :p
    Cieeeee…lo bisa aja don nyambung-nyambungin pohon ma manusia..emang TOP BGT LAH!

    Balas
  10. sawali tuhusetya mengatakan

    27 September 2009 pada 3:04 am

    wah, bener sekali, mas don. daya survival dan adaptasi manusia seringkali kalah dengan ciptaan Tuhan yang lain. ketika terkena dampak bencana, doh, kita jadi sulit utk segera beradaptasi dengan suasana dan lingkungan yang baru.

    Balas
  11. joyce mengatakan

    27 September 2009 pada 4:04 pm

    mmmm… Jadi keyword nya adalah beradaptasi, to adapt, ya?! Setuju!! Dan beradaptasi itu menurutku adalah: take it as it comes, one step at a time, do the best we can do, dan bersyukur dan bersuka cita dalam segala hal dan keadaan… And at the end of a what may be a long n winding road, we are no longer in a position to adapt. But ADAPTED :) eh… Bener ga sih?!?

    Balas
  12. lessthanthirteen mengatakan

    27 September 2009 pada 11:34 pm

    sepertinya kelebihan manusia dibanding mahluk lain yah kemampuan adaptasi yang tinggi…jadi keknya kalo ada manusia yang gak mau beradaptasi brarti… :D

    Balas
  13. andif mengatakan

    28 September 2009 pada 4:11 pm

    nice info kang, memang kita harus belajar dari alam juga
    salam,

    Balas
    • DV mengatakan

      28 September 2009 pada 4:11 pm

      Sip!

      Balas
  14. Tuti Nonka mengatakan

    29 September 2009 pada 11:07 pm

    Aku suka postingan ini, suka baca komen Nana Harmanto, juga komen Krismariana.
    Komenku sendiri apa? Yo kuwi … aku seneng kabeh :)

    Balas
    • DV mengatakan

      29 September 2009 pada 11:07 pm

      Hahahahah.. wagu :)

      Balas
  15. Eka Situmorang - Sir mengatakan

    1 Oktober 2009 pada 5:13 am

    I luv this post! so much ;)
    setuju banget semua ada waktunya, dibutuhkan lebih dari kesadaran untuk berubah namun juga kemauan untuk beradaptasi…

    Balas
    • DV mengatakan

      1 Oktober 2009 pada 5:13 am

      Makasih :)

      Balas
  16. Ria mengatakan

    9 Oktober 2009 pada 6:52 am

    wahhh tulisanmu bagus banget mas!!!
    bahwa dalam kehidupan kita harus berjuang melawan apapun…dan belajar bahwa hidup itu punya pasang surutnya…
    love it!
    apa kabarmu mas???

    Balas
    • DV mengatakan

      9 Oktober 2009 pada 6:52 am

      Kabar baik! Makasih pujiannya semoga bermanfaat :)

      Balas
  17. Diana Aprilina Sinambela mengatakan

    16 Oktober 2009 pada 8:33 pm

    Ngenak lagi ke aku Don…..
    Wah tulisanmu kali ini benar2 berkat untukku. Aku percaya ini rencana Tuhan untukku, setelah sekian lama ga ada komunikasi akhirnya tulisanmu seperti merefresh spiritku hehehe

    Balas
    • DV mengatakan

      16 Oktober 2009 pada 8:33 pm

      Thanks… Amin!

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT