Perayaan Minggu Palma adalah perayaan gembira. Yesus disambut sebagai Raja yang masuk ke gerbang Yerusalem. Para murid larut dalam nyanyian gembira dan memuji nama Allah atas mukjizat yang telah terjadi dan mereka lihat. (lih. Lukas 19:37)
Warga Yerusalem yang sekian lama tertindas penjajahan Roma dan mengimpikan datangnya Sang Mesias pun larut dalam bahagia. “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” begitu pekik mereka menyambut Yesus yang naik keledai.
Tahu yang hendak dihadapiNya
Tapi, di tengah rasa gembira, sejatinya Yesus sudah tahu apa yang hendak dihadapiNya; segala puji-pujian itu lima hari kemudian menjadi kecaman serta kutukan yang diarahkan kepadaNya. Nyanyian gembira para murid pun surut karena selain Yohanes, mereka melarikan diri karena takut ditangkap saat Yesus disalib. Bahkan Petrus menyangkal dan Yudas mengkhianatiNya.
Kadang aku bertanya, kalau Ia tahu bagaimana kesudahan kisah ini, kenapa Ia masih tetap mau menjalaninya?
Adakah Ia hendak membuktikan bagaimana manusia berubah-ubah sikap? Atau.. jangan-jangan Ia sedang memberikan kita gambaran dua hal, tentang bagaimana seorang bisa dikhianati yaitu diriNya sendiri dan bagaimana orang pun bisa mengkhianati setelah sebelumnya mengelu-elukannya, warga Yerusalem.
Kita? Bisa berada di dua posisi itu!
Menyikapi menang dan kalah
Perayaan Minggu Palma menurutku adalah sebuah peringatan kepada kita untuk bagaimana bersikap ketika kita meraih kemenangan dan menyikapi kekalahan.
Ketika kita berada di titik menang, jangan takabur dan terlalu terbuai rasa senang karena semenang-menangnya kita di dunia ini pada akhirnya kita akan goyah dan kalah!
Tapi kalau kita pasti kalah, untuk apa kita hidup?
Kita hidup untuk mencari penawar kekalahan itu. Melalui pribadi Yesus, kekalahan akan tawar dan dalam keabadian kita dimenangkan untuk selamanya.
Selamat mendalami pekan suci Tuhan.
Mari menemani Yesus saat Ia senang maupun sesak karena kitapun tak pernah ditinggalkanNya hingga untuk selamanya.
Sydney, 14 April 2019
0 Komentar