Jumat pagi, seminggu yang lalu, aku belajar tentang bagaimana caranya menghadapi kekalahan.
Untuk kedua kalinya, pagi itu aku mengikuti driving test sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan driving license P-Red (Untuk sistem pengadaan SIM silakan check di website ini).
Pada ujian yang pertama, Januari 2010 silam, aku gagal karena menurut penguji, aku memposisikan mobil terlalu ke tengah ketika ia memintaku untuk belok ke kanan pada jalan yang beraturan one-way/satu arah.
Seperti halnya driving test sebelumnya, aku diwajibkan untuk menyetir kendaraan dengan didampingi oleh seorang penguji dan selama lebih kurang 45 menit ke depannya, ia mengujiku untuk melihat bagaimana caraku mengendarai kendaraan. Kupikir semuanya bakalan berjalan dengan mulus karena toh selama ini, meski masih menyandang status “Learner” pada SIM saat ini, praktis aku sudah terbiasa menyetir. Bahkan, aku ingat betul ketika beberapa kali istriku merasa hendak melahirkan ketika ia hamil Odi, Februari 2010, akulah yang menyetir dalam keadaan setengah panik dan setengah ngantuk karena aku harus mengantarkannya pagi buta.. tapi toh semua saat itu berjalan dengan mulus.
Namun kenyataan berkata lain.
Setelah 10 menit menunggu hasil penilaian, sang penguji pun keluar dan berkata “Not good, Donny!” Ia berkata bahwa kesalahanku kali ini adalah karena aku tidak melakukan observasi (check/menoleh kanan-kiri) sebelum berjalan pada saat lampu hijau. Aku diberinya kesempatan untuk membela diri dan akupun berkata “I did that!” tapi ia menjawab “Tapi kamu tidak memalingkan muka, kamu hanya melirik…”
Aku terdiam.? Aku memilih untuk tidak memperpanjang persoalan ini dan langsung saja mendaftarkan diri untuk percobaan selanjutnya.
Tidak mencoba untuk menyuap? Ah tentu tidak kecuali aku mau berurusan dengan polisi karena perkara seperti itu di sini sangat sensitif. Sedikit saja kita tampak berusaha untuk merayu penguji, maka ia (penguji itu) dengan mudah bisa menggelandang kita ke kantor polisi untuk diproses. Alih-alih dapat SIM, ancaman penjara dan denda dengan tarif tinggi yang jadi ganjaran kan berabe juga?
Sesulit itukah mencari SIM di negeri ini? Atau barangkali hanya aku saya yang terlalu pandir untuk melewati ujiannya?
Apapun pendapatmu, tapi yang jelas perkara ujian nyetir di negara ini memang jadi persoalan yang tidak mudah dilalui oleh siapapun itu baik penduduk asli maupun pendatang sepertiku. Rata-rata temanku mencoba lebih dari tiga kali untuk akhirnya dinyatakan lulus dan berhak menyandang P-Red driving license yang berarti adalah Percobaan 1 karena masih ada tahap selanjutnya yaitu P-Green/Percobaan 2 sebelum akhirnya setelah akumulasi percobaan selama minimal tiga tahun, barulah kita berhak menyandang full-licensed driving license. Kasus terparah yang pernah kudengar adalah dari temannya temanku, ia harus mencoba 21 kali.. ya 21 kali sampai akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk tak mau nyetir lagi sampai kapanpun di negeri ini.
Kenapa sih, kok perkara SIM bisa segitu krusialnya?
Jawaban sederhanya kudapat dari apa yang kupelajari dari buku petunjuk test yaitu bahwa sebenarnya proses pemberian SIM ketika kita lulus ujian itu seperti halnya kontrak kerjasama antara kita dengan penduduk negara ini. Dalam kontrak itu kita berjanji untuk bisa mengendarai kendaraan di jalan raya dengan baik, tidak membahayakan orang lain serta diri sendiri. Jadi, sebagai wakil dari seluruh penduduk negeri, RTA sebagai pihak yang berwenang mengatur tata laksananya melakukan tanggung jawab dengan sebaik mungkin.
Logika yang mudah ditangkap sebenarnya yah?
Selain itu, pemerintah Australia selalu menggunakan kenyataan di lapangan sebagai aspek yang sangat menentukan bagaimana mereka melaksanakan maupun mengganti kebijakan dalam hal ini adalah perkara lalu-lintas. Kenyataan bahwa ada begitu banyak kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas setiap harinya dan kenyataan bahwa tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang meningkat tak terkendali meski sudah diimbangi dengan peningkatan pengadaan sistem transportasi publik yang masive. Kedua hal ini lalu diformulasikan ke dalam konteks bahwa semakin hari, harusnya sistem ujian untuk seseorang dianugerahi SIM adalah semakin ketat demi untuk mengerem keadaan-keadaan yang tak diinginkan dan dalam tujuan yang lebih luas adalah bagaimana negara mampu mengatur penduduknya secara baik.
Tapi selain dari beberapa hal di atas yang mungkin terkesan ‘legal-formal’, kegagalan demi kegagalan (semoga kemarin itu yang terakhir) dalamku mengejar ijin mengemudi di negara ini sebenarnya mengajarkanku pada satu hal yaitu bahwa sudah selayaknya dan saatnya bagi kita untuk belajar menghadapi kekalahan dan kegagalan. Bagiku ini sangat penting karena pada dasarnya tak ada kesejatian dalam hidup ini, kan? Selama kita masih tinggal di dunia yang mengenal kata ‘akhir’ ini, maka tak akan ada satupun yang bisa mempertahankan diri dalam keadaan yang ia sukai untuk selamanya. Katakanlah ada sosok juara sejati yang tak pernah mampu dikalahkan oleh lawan-lawannya sebelum ini? Tak yakin! Karena cepat atau lambat ia pasti akan dikalahkan oleh apapun itu yang lantas menjadi lawan baginya termasuk usianya sendiri.
Oleh karena itulah kita perlu belajar untuk kalah bukan untuk meratapi tapi untuk bagaimana kita mampu bangkit dari keterpurukan.
Kalah dalam arti yang baik yaitu menyadari kekurangan diri dan mau belajar. Bukan sosok yang harus terus-menerus dimanja oleh kemenangan dan kemudahan yang ujung-ujungnya berakhir dengan kemalasan lalu tak mau disalahkan dan tak terima ketika kekalahan itu harus datang.
Jadi, ya sudah.. mau bagaimana lagi…
aku akan berkonsentrasi pada test selanjutnya… doakan saya!
Pindah ke RTA lain saja, Don. Beberapa RTA lebih strict dari yg lain. Tapi ya, jamannya aku ngambil SIM dulu test nya gak selama sekarang. Jaman aku ujian dulu cuman 20 menit test nya.
RTA itu apa ya om ? *penasaran
Andai saja penguji itu menjadi penguji di Indonesia, terutama di Jakarta, pasti bisa mengurangi macet ya :)
heheh setuju aku, disini bukan hanya membeli mobil saja yang mudah tapi meraih SIM pun bisa dengan mudahnya
Sudah pulang ke Indonesia buat SIM international aja Don. Anyway good luck buat ujian SIM berikutnya.
Lho memang di Indonesia ada yah International License ?
jadi pengen nih
kalah/kegagalan-menang/keberhasilan itu biasa..
yg susahnya gimana bangun & bergerak keluar dari kekalahan itu krn manusia emang pada dasarnya ogah kalah *sok wise deh gue*
good luck buat yg selanjutnya yooo…. :D
oya lupa..
ampun deh tu foto… buat nakut2in anak tetangga pasti sukses! hahahahahahaaa…
Fotomu kok serem banget sih..kayak tegang begitu….
Komentar pertama tepat sekali…..hehehe
(Nggak membahas cari SIM nya)
Lho itu photonya mas DV ya ?? saya kok ngerasa beda yah antara avatar dan SIMnya
Seriusssss ada yg mpe 21 kali????
Btw, lo butuh waktu berapa bulan buat menuhin syarat yg 120 jam?
apik kuwi sistem e
yen nang endonesa koncoku ono rung lancar banget nyetir wez ndue sim…
Dengan tingkat pengguna kendaraan dan demi menjamin para penikmat lalulintas agar kenyamanan dan keamanaan terjaga rasanya para coach disana sangat bertanggun jawab DV, terlepas dari mas DV yang kesulitan mendapat license lho :)
Kalau saja disini banyak coach seperti itu yah :) macet bisa sedikit teratasi
That’s wonderful, just keep it up.,.
Luar biasa Aussie…. :D :D
Mustinya di Indonesia juga begitu ketatnya proses mendapatkan SIM.. :( Coba gitu, prosentase kecelakaan bisa menurun… :(
saya do’akan semoga pada test selanjutnya sampean bisa lulus Pak. salut buat pesan moralnya “menerima kekalahan”, satu hal yang tidak mudah dan tidak semua orang bisa.
aaaah indonesia kapan sperti ini :)
wah, sepertinya bagus sekali disana ya.. kalau disini mendapatkan SIM masih bisa dikategorikan “mudah”
21 kali dan menyerah?
hehehehe… wajaaaar…
harus sampe keliatan memalingkan muka ya..
*baiklah, akan saya catat dalam hati, siapa tau suatu waktu berurusan dengan ujian sim di negeri orang*
susah bener ternyata ya :D padahal sekali apply, bayar uang ujian lagi kan ya?
klo berkali2 ujian, lumayan menguras juga ya..
Wow…
Jadi hanya karena tidak memalingkan muka, tidak lulus?
Tidak apa2 Don, kan kamu masih bisa mengulang toh?
Tapi aku salut lah, itu artinya orang sana memang benar bekerja serius berdasarkan SoP — ya mudah2an untuk kerjaan yang lain juga begitu ya –….
Jadi ingat dulu aku ambil SIM pertama kali itu nembak hehee…
Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang bisnis di blogku : http://www.TahitianNoniAsia.net, silahkan kunjungi, mudah-mudahan bermanfaat. thx
hehehehe…masalah SIM memang indinesia jauh terbelakang deh mas.
aku inget saat aku urus SIM ku, dateng foto terus jadi deh ^^
kalo disini yg lama itu adalah ngantri fotonya…hahahaha