• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Belajar kalah

7 Oktober 2010 24 Komentar


Jumat pagi, seminggu yang lalu, aku belajar tentang bagaimana caranya menghadapi kekalahan.
Untuk kedua kalinya, pagi itu aku mengikuti driving test sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan driving license P-Red (Untuk sistem pengadaan SIM silakan check di website ini).
Pada ujian yang pertama, Januari 2010 silam, aku gagal karena menurut penguji, aku memposisikan mobil terlalu ke tengah ketika ia memintaku untuk belok ke kanan pada jalan yang beraturan one-way/satu arah.
Seperti halnya driving test sebelumnya, aku diwajibkan untuk menyetir kendaraan dengan didampingi oleh seorang penguji dan selama lebih kurang 45 menit ke depannya, ia mengujiku untuk melihat bagaimana caraku mengendarai kendaraan. Kupikir semuanya bakalan berjalan dengan mulus karena toh selama ini, meski masih menyandang status “Learner” pada SIM saat ini, praktis aku sudah terbiasa menyetir. Bahkan, aku ingat betul ketika beberapa kali istriku merasa hendak melahirkan ketika ia hamil Odi, Februari 2010, akulah yang menyetir dalam keadaan setengah panik dan setengah ngantuk karena aku harus mengantarkannya pagi buta.. tapi toh semua saat itu berjalan dengan mulus.
Namun kenyataan berkata lain.
Setelah 10 menit menunggu hasil penilaian, sang penguji pun keluar dan berkata “Not good, Donny!” Ia berkata bahwa kesalahanku kali ini adalah karena aku tidak melakukan observasi (check/menoleh kanan-kiri) sebelum berjalan pada saat lampu hijau. Aku diberinya kesempatan untuk membela diri dan akupun berkata “I did that!” tapi ia menjawab “Tapi kamu tidak memalingkan muka, kamu hanya melirik…”

Aku terdiam.? Aku memilih untuk tidak memperpanjang persoalan ini dan langsung saja mendaftarkan diri untuk percobaan selanjutnya.
Tidak mencoba untuk menyuap? Ah tentu tidak kecuali aku mau berurusan dengan polisi karena perkara seperti itu di sini sangat sensitif. Sedikit saja kita tampak berusaha untuk merayu penguji, maka ia (penguji itu) dengan mudah bisa menggelandang kita ke kantor polisi untuk diproses. Alih-alih dapat SIM, ancaman penjara dan denda dengan tarif tinggi yang jadi ganjaran kan berabe juga?
Sesulit itukah mencari SIM di negeri ini? Atau barangkali hanya aku saya yang terlalu pandir untuk melewati ujiannya?
Apapun pendapatmu, tapi yang jelas perkara ujian nyetir di negara ini memang jadi persoalan yang tidak mudah dilalui oleh siapapun itu baik penduduk asli maupun pendatang sepertiku. Rata-rata temanku mencoba lebih dari tiga kali untuk akhirnya dinyatakan lulus dan berhak menyandang P-Red driving license yang berarti adalah Percobaan 1 karena masih ada tahap selanjutnya yaitu P-Green/Percobaan 2 sebelum akhirnya setelah akumulasi percobaan selama minimal tiga tahun, barulah kita berhak menyandang full-licensed driving license. Kasus terparah yang pernah kudengar adalah dari temannya temanku, ia harus mencoba 21 kali.. ya 21 kali sampai akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk tak mau nyetir lagi sampai kapanpun di negeri ini.
Kenapa sih, kok perkara SIM bisa segitu krusialnya?
Jawaban sederhanya kudapat dari apa yang kupelajari dari buku petunjuk test yaitu bahwa sebenarnya proses pemberian SIM ketika kita lulus ujian itu seperti halnya kontrak kerjasama antara kita dengan penduduk negara ini. Dalam kontrak itu kita berjanji untuk bisa mengendarai kendaraan di jalan raya dengan baik, tidak membahayakan orang lain serta diri sendiri. Jadi, sebagai wakil dari seluruh penduduk negeri, RTA sebagai pihak yang berwenang mengatur tata laksananya melakukan tanggung jawab dengan sebaik mungkin.
Logika yang mudah ditangkap sebenarnya yah?
Selain itu, pemerintah Australia selalu menggunakan kenyataan di lapangan sebagai aspek yang sangat menentukan bagaimana mereka melaksanakan maupun mengganti kebijakan dalam hal ini adalah perkara lalu-lintas. Kenyataan bahwa ada begitu banyak kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas setiap harinya dan kenyataan bahwa tingkat kepemilikan kendaraan pribadi yang meningkat tak terkendali meski sudah diimbangi dengan peningkatan pengadaan sistem transportasi publik yang masive. Kedua hal ini lalu diformulasikan ke dalam konteks bahwa semakin hari, harusnya sistem ujian untuk seseorang dianugerahi SIM adalah semakin ketat demi untuk mengerem keadaan-keadaan yang tak diinginkan dan dalam tujuan yang lebih luas adalah bagaimana negara mampu mengatur penduduknya secara baik.
Tapi selain dari beberapa hal di atas yang mungkin terkesan ‘legal-formal’, kegagalan demi kegagalan (semoga kemarin itu yang terakhir) dalamku mengejar ijin mengemudi di negara ini sebenarnya mengajarkanku pada satu hal yaitu bahwa sudah selayaknya dan saatnya bagi kita untuk belajar menghadapi kekalahan dan kegagalan. Bagiku ini sangat penting karena pada dasarnya tak ada kesejatian dalam hidup ini, kan? Selama kita masih tinggal di dunia yang mengenal kata ‘akhir’ ini, maka tak akan ada satupun yang bisa mempertahankan diri dalam keadaan yang ia sukai untuk selamanya. Katakanlah ada sosok juara sejati yang tak pernah mampu dikalahkan oleh lawan-lawannya sebelum ini? Tak yakin! Karena cepat atau lambat ia pasti akan dikalahkan oleh apapun itu yang lantas menjadi lawan baginya termasuk usianya sendiri.
Oleh karena itulah kita perlu belajar untuk kalah bukan untuk meratapi tapi untuk bagaimana kita mampu bangkit dari keterpurukan.
Kalah dalam arti yang baik yaitu menyadari kekurangan diri dan mau belajar. Bukan sosok yang harus terus-menerus dimanja oleh kemenangan dan kemudahan yang ujung-ujungnya berakhir dengan kemalasan lalu tak mau disalahkan dan tak terima ketika kekalahan itu harus datang.
Jadi, ya sudah.. mau bagaimana lagi…
aku akan berkonsentrasi pada test selanjutnya… doakan saya!

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Australia, Cetusan Ditag dengan:driving license

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. wpram mengatakan

    7 Oktober 2010 pada 11:23 pm

    Pindah ke RTA lain saja, Don. Beberapa RTA lebih strict dari yg lain. Tapi ya, jamannya aku ngambil SIM dulu test nya gak selama sekarang. Jaman aku ujian dulu cuman 20 menit test nya.

    Balas
    • Arham mengatakan

      8 Oktober 2010 pada 3:24 pm

      RTA itu apa ya om ? *penasaran

      Balas
  2. fraunho mengatakan

    7 Oktober 2010 pada 11:41 pm

    Andai saja penguji itu menjadi penguji di Indonesia, terutama di Jakarta, pasti bisa mengurangi macet ya :)

    Balas
    • Arham mengatakan

      8 Oktober 2010 pada 3:25 pm

      heheh setuju aku, disini bukan hanya membeli mobil saja yang mudah tapi meraih SIM pun bisa dengan mudahnya

      Balas
  3. applaus romanus mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 3:01 am

    Sudah pulang ke Indonesia buat SIM international aja Don. Anyway good luck buat ujian SIM berikutnya.

    Balas
    • Arham mengatakan

      8 Oktober 2010 pada 3:26 pm

      Lho memang di Indonesia ada yah International License ?
      jadi pengen nih

      Balas
  4. ren mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 9:07 am

    kalah/kegagalan-menang/keberhasilan itu biasa..
    yg susahnya gimana bangun & bergerak keluar dari kekalahan itu krn manusia emang pada dasarnya ogah kalah *sok wise deh gue*
    good luck buat yg selanjutnya yooo…. :D

    Balas
  5. ren mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 9:08 am

    oya lupa..
    ampun deh tu foto… buat nakut2in anak tetangga pasti sukses! hahahahahahaaa…

    Balas
  6. edratna mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 10:48 am

    Fotomu kok serem banget sih..kayak tegang begitu….
    Komentar pertama tepat sekali…..hehehe
    (Nggak membahas cari SIM nya)

    Balas
    • Arham mengatakan

      8 Oktober 2010 pada 3:29 pm

      Lho itu photonya mas DV ya ?? saya kok ngerasa beda yah antara avatar dan SIMnya

      Balas
  7. Chandra mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 2:20 pm

    Seriusssss ada yg mpe 21 kali????
    Btw, lo butuh waktu berapa bulan buat menuhin syarat yg 120 jam?

    Balas
  8. Yessi mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 2:52 pm

    apik kuwi sistem e
    yen nang endonesa koncoku ono rung lancar banget nyetir wez ndue sim…

    Balas
  9. Dr.acer mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 3:21 pm

    Dengan tingkat pengguna kendaraan dan demi menjamin para penikmat lalulintas agar kenyamanan dan keamanaan terjaga rasanya para coach disana sangat bertanggun jawab DV, terlepas dari mas DV yang kesulitan mendapat license lho :)

    Balas
    • Arham mengatakan

      8 Oktober 2010 pada 3:30 pm

      Kalau saja disini banyak coach seperti itu yah :) macet bisa sedikit teratasi

      Balas
  10. 925 silver jewerly mengatakan

    8 Oktober 2010 pada 11:53 pm

    That’s wonderful, just keep it up.,.

    Balas
  11. Asop mengatakan

    9 Oktober 2010 pada 11:46 pm

    Luar biasa Aussie…. :D :D
    Mustinya di Indonesia juga begitu ketatnya proses mendapatkan SIM.. :( Coba gitu, prosentase kecelakaan bisa menurun… :(

    Balas
  12. bang ngangan mengatakan

    10 Oktober 2010 pada 7:50 am

    saya do’akan semoga pada test selanjutnya sampean bisa lulus Pak. salut buat pesan moralnya “menerima kekalahan”, satu hal yang tidak mudah dan tidak semua orang bisa.

    Balas
  13. geblek mengatakan

    10 Oktober 2010 pada 9:07 pm

    aaaah indonesia kapan sperti ini :)

    Balas
  14. imadewira mengatakan

    11 Oktober 2010 pada 12:32 pm

    wah, sepertinya bagus sekali disana ya.. kalau disini mendapatkan SIM masih bisa dikategorikan “mudah”

    Balas
  15. gadis tropis mengatakan

    12 Oktober 2010 pada 11:12 am

    21 kali dan menyerah?
    hehehehe… wajaaaar…
    harus sampe keliatan memalingkan muka ya..
    *baiklah, akan saya catat dalam hati, siapa tau suatu waktu berurusan dengan ujian sim di negeri orang*
    susah bener ternyata ya :D padahal sekali apply, bayar uang ujian lagi kan ya?
    klo berkali2 ujian, lumayan menguras juga ya..

    Balas
  16. zee mengatakan

    12 Oktober 2010 pada 5:42 pm

    Wow…
    Jadi hanya karena tidak memalingkan muka, tidak lulus?
    Tidak apa2 Don, kan kamu masih bisa mengulang toh?
    Tapi aku salut lah, itu artinya orang sana memang benar bekerja serius berdasarkan SoP — ya mudah2an untuk kerjaan yang lain juga begitu ya –….
    Jadi ingat dulu aku ambil SIM pertama kali itu nembak hehee…

    Balas
  17. Yohan Wibisono mengatakan

    12 Oktober 2010 pada 7:24 pm

    Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang bisnis di blogku : http://www.TahitianNoniAsia.net, silahkan kunjungi, mudah-mudahan bermanfaat. thx

    Balas
  18. Ria mengatakan

    13 Oktober 2010 pada 6:35 pm

    hehehehe…masalah SIM memang indinesia jauh terbelakang deh mas.
    aku inget saat aku urus SIM ku, dateng foto terus jadi deh ^^
    kalo disini yg lama itu adalah ngantri fotonya…hahahaha

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT