Aku tertarik dengan apa yang diucapkan Yohanes Pembaptis di hadapan para muridnya.
Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.
(Yohanes 3:36)
Kamu percaya kepada Anak?
Kepada Yesus, Putra Allah?
Kalau percaya, maka kamu harus mengikuti apa yang disabdakanNya.
Termasuk salah satunya adalah kamu harus percaya bahwa kita ada untuk menjadi sempurna karena Bapa kita sempurna (bdk. Matius 5:48).
Sempurna adalah suci.
?Aku percaya pada Yesus, Don! Tapi?. tapi aku tak percaya apakah aku bisa sempurna!? kata seorang kawan.
?Kenapa??
?Karena kemampuan diriku.. aku mudah tergoda?? jawabnya.
Tapi katanya percaya?
Apakah mungkin Yesus memerintahkan sesuatu bila hal itu mustahil untuk kita lakukan?
Bicara tentang kesucian bagiku sama dengan bicara tentang belajar bersepeda. Waktu kecil aku mulai berlatih mengemudikan sepeda di bawah bimbingan Papa. Di hari-hari pertama, ia memegangi sepeda dari belakang dan aku mengayuhnya.
Ketika kekuatan untuk mengayuh kudapat, Papa mulai sesekali melepasku.
Pertama-tama, tiga meter dilepas jatuh! Lalu berangsur-angsur aku bisa memperpanjang jarak hingga kejatuhanku. Aku mulai bisa menjaga keseimbangan. Frekuensi kejatuhan pun kian berkurang?
Hingga suatu hari, aku diijinkan Papa untuk bersepeda ke sekolah. Hari-hari pertama lancar jaya! Tapi sesekali aku jatuh juga. Ada beberapa lokasi yang kutengarai mudah membuatku terjatuh. Yang pertama adalah tikungan dari gang menuju jalan besar. Aku sering lupa mengira-ira seberapa perlu mengarahkan stang sepeda. Yang kedua adalah di dekat jalanan menurun menuju gerbang sekolah. Pernah aku jatuh parah di sana. Tapi dari situ kupelajari, aku bisa tak jatuh kalau aku bisa menginjak rem pada saat yang tepat.
Belajar menjadi suci juga tak bisa otomatis jadi suci. Kita dituntut berlatih mengemudikan diri sendiri. Awal-awalnya banyak jatuh karena kita belum bisa mengayuh dengan kukuh. Lama-kelamaan kita bisa menjaga keseimbangan?
Pada hal-hal tertentu kita juga kerap jatuh dari kesucian. Ada yang mudah jatuh ketika melihat uang tak bertuan. Inginnya mengambil, inginnya mencuri. Ada juga orang yang jatuh ketika bertemu dengan lawan jenis yang menaruh perhatian. Inginnya memiliki padahal ia sudah bersuami dan kita sudah beristri.
Mengejar kesucian butuh strategi terutama tentang bagaimana mengatasi hal-hal yang sering membuat kita jatuh. Tapi yang lebih penting, sesakit-sakitnya dan sesering-seringnya kita jatuh, yang perlu dilakukan adalah bangkit berdiri dan mencoba lebih baik lagi dan lagi dan lagi?
Kenapa tiba-tiba aku bicara soal kesucian?
Aku sangat excited mengetahui Bapa Suci Paus Fransiskus mengeluarkan Seruan Apostolik bertajuk ?GAUDETE ET EXSULTATE? yang dalam Bahasa Indonesia kurang lebih berarti Bergembiralah dan Bersukacitalah.
Seruan yang dirilis pada peringatan Santo Yoseph, 19 Maret 2018 ini adalah ajakan Bapa Suci untuk kita meraih kesucian di zaman now! Kita harus mensyukuri hal ini karena semua adalah karya Roh Kudus melalui Gereja Katolik sehingga kita punya pedoman aktual tentang bagaimana menjadi suci dan belajar sempurna.
Lalu sampai kapan kita bisa dinyatakan suci?
Aha.. pertanyaan yang menarik, karena sampai kapan pula sejak hari pertama berlatih sepeda kita dinyatakan ?bisa bersepeda??
Kalau definisi ?bisa bersepeda? adalah sampai kita tak jatuh lagi, bukankah selama kita hidup kita belum bisa bersepeda karena keseimbangan itu diusahakan dan gaya gravitasi bumi selalu mengancam kita ketika gagal menjaganya?
Kalau definisi ?sudah suci? itu adalah ketika kita masih ada di dunia, bukankah kita masih hidup dalam daging dan nafsu yang seolah menciptakan ?gravitasi? untuk menarik kita pada kegagalan?
Aku mengajak kalian semua untuk membaca seruan apostolik itu di sini.
Sydney, 12 April 2018
0 Komentar