• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Belajar Berbahasa

4 November 2008 47 Komentar

Yang pernah kudapat dari salah seorang temanku, Julia, adalah perkataan demikian

“Tenang aja, unconsciously nanti kamu akan terbiasa untuk berbicara dan berbahasa English”

Aku ingat betul ketika pertama kali aku mendapatkan quote itu hal pertama yang kulakukan adalah justru membuka kamus untuk mencari tahu apa itu arti kata “unconcsciously” dan bukannya manggut-manggut memahami makna filosofinya yang dalam itu. Hehehe!

Hari ketiga di Sydney, 3 November 2008 aku belajar beberapa hal.
Pagi-pagi benar, Joyce, istriku pergi berangkat bekerja.
Pukul 5.45 am ia terbangun lalu mandi sejenak dan bersiap
berangkat menanti bus yang akan lewat pukul 07.00 am tak jauh di bus stop di depan situ.

Aku yang tak terbiasa bangun pagi pun harus tergopoh-gopoh menyesuaikan diri.
Dan ini adalah pelajaran pertamaku :)

“Kamu nggak dingin Hon mandi pagi banget gini?” tanyaku dengan mulut masih bau ludah kering semalaman.
Ia hanya menggeleng kecut. Entah ia kecut karena bau jigongku atau karena enggan mendengarkan pertanyaanku yang tak mutu dan sebenarnya tak membutuhkan jawaban itu..
Tak taulah.

Yang pasti aku segera bangun ketika ia telah berseragam lengkap. Di lantai bawah — kamar kami berada di lantai atas — Simba telah menanti sambil menggoyang-goyangkan ekornya, ia tampak begitu gembira.

“Pertama yang harus kulakukan pagi sebelum ke kantor adalah mengeluarkan Simba supaya pup dan kencing lalu memberinya makan.” Aku hanya manggut-manggut kedinginan dan mengikuti istriku melepas Simba di pekarangan belakang rumah.

Tak sampai sepuluh menit kemudian, Joyce telah bergegas pergi meninggalkanku seorang diri bersama Simba.
Jika aku mau menuruti sifat malasku barangkali hal terbaik yang bisa kulakukan adalah kembali ke tempat tidur dan melelapkan diri hingga siang menjelang. Tapi aku sendiri berusaha mendobrak kemalasan itu dan memilih ngeloyor ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Dua butir telor kurebus dan kuambil dari kantong plastik, dua lembar roti tawar gandum kesukaanku.
Pada masing-masing permukaan roti kuoleskan dressing tuna sandwidch dan sambil menanti matangnya rebusan telur kudidihkan segelas air lalu kuseduh dengan sekantung teh hijau di dalam cangkir polos warna putih.

Ketika semuanya siap, dengan menggunakan nampan kubawa semuanya ke ruang komputer, menyambungkan kabel telepon ke lubang sisi kiri laptopku lalu mengkoneksikan diri dengan internet. Suara dering internal modem yang khas itu pun mengumandang…
Ada banyak hal yang harus kukerjakan pagi itu. Beberapa proyek dadakan yang kudapat sehari sebelum pergi kemari menanti jamahan perhatianku. Lambat tapi pasti, semua kukerjakan hingga tak terasa pukul 10.00 am pun tiba.

Perhatian kuarahkan ke timetable HillBus yang baru saja kudownload dari internet. Aku mencari jadwal keberangkatan dan kepulangan Hill Bus nomer 601 yang akan membawaku ke Parramatta dan mengantarkanku kembali kemari. Setelah kuperhitungkan waktu penyelesaian proyek dengan jadwal yang ada, kubuat rencana untuk pergi ke Parramatta tepat pukul 1.12 am!

Kenapa aku harus pergi ke Parramatta, suburb yang terletak sekitar 30 menit perjalanan menggunakan bus itu adalah karena aku harus menyelesaikan urusan administrasiku, membenahi beberapa miss-spelling pada Marriage Certificate-ku. Dan karena istriku telah mulai bekerja maka aku harus menyelesaikannya sendirian!

Sendirian? Yup! Aku harus sendirian di tanah yang baru dengan bahasa baru yang masih sangat minim kukuasai itu. Sepanjang perjalanan aku sibuk menguntai kata apa saja yang hendak kuucapkan nanti pada petugas kantor yang kutemui. Belum lagi peta yang tak sempat dituliskan oleh istriku kecuali hanya mengucapkannya secara verbal dan aku harus menggariskan peta-petanya di otakku?
Well, baiklah… inilah tantangannya!

Sesampainya di McD Parramatta kamu harus siap-siap, beberapa stop sesudah itu akan ada sungai dan kamu berhenti di sana. Dua gedung di sebelah gereja akan terbelah sungai itu dan seberangnya… itulah tempatnya!

Ucapan istriku malam itu terngiang betul ketika aku semakin mendekati tempat yang dimaksud.
McD terlewati dan ahhhh! Tepat di atas jembatan akupun maju ke depan dan membunyikan bel tanda ingin turun dari bus.

“Gday, Mate!” ungkap supir dengan senyum dikulumnya padaku.
“Ya..ya.. goodday, Mate! Takecare!” Jawabku.

Astaga!
Aku tak sadar telah mengucapkan salam dalam bahasa yang baru.
Sekonyong-konyong aku jadi tersemangati dan senyum-senyum sendiri, perasaan tak sabar untuk bertemu secepatnya dengan petugas kantor Registry of BDM semakin menggebu-gebu dengan perasaan bahwa aku toh bisa ber-english ria terbukti pada supir Bus 601 itu tadi.

Kantor yang harus kutuju itu ternyata tak terlalu susah untuk ditemukan. Apa yang dikatakan istriku semalam ternyata mudah benar untuk dicari. Tak sampai lima menit setelah aku turun dari bis aku telah sampai di Parramatta Medical Center tempat dimana kantor Registry of Birth Death and Marriage berada.

Kantor Registry of Birth Death and Marriage yang dalam pengertian Indonesia-nya mungkin adalah kantor Catatan Sipil pada kenyataannya adalah mirip keberadaan sebuah kantor bank papan atas di Indonesia.
Bukan, aku bukan ingin membandingkan tapi lebih kepada penjelasan bahwasanya meski sama-sama sederhana tapi nyaris tak kutemukan sampah baik di dinding maupun di lantainya.
Kacanya pun sama-sama tipisnya tapi tak ada noda bahkan kusam di sini.
Semua petugas berseragam bebas sedangkan pengantri duduk teratur di atas sofa yang empuknya pun sama bahkan lebih keras ketimbang apa yang pernah kurasakan di Indonesia sana.
Aku sendiri tak sempat meraba tapi sepertinya di bawah meja yang disediakan untuk publik di sini tak dipenuhi dengan upil-upil kering khas orang kita hihihi.

Segera aku mengambil antrian dengan mesin ticket otomatis dengan memilih mode “Certificate Correction” dan mendapat nomer urut C411 sementara yang sedang dipanggil adalah C407. Kupikir bakalan sebentar, tapi ternyata nyaris satu jam kuhabiskan waktu untuk duduk mengantri sambil clingak-clinguk memperhatikan orang-orang yang bersliweran di kantor itu.

Giliranku pun tiba. Aku menuju ke Room #02 dengan perasaan berdebar-debar. Selain James, Sherry, Maya dan Jenny, guru-guru Bahasa Inggrisku yang menemani hampir tiap soreku di Jogja pada enam bulan terakhir sebelum berangkat, siapapun bule dibalik pintu geser Room#02 ini akan menjadi bule pertama yang meng-interiewku di tanah terjanji bernama Australia ini.

“Hi!” sapaku sumringah kusumringah-sumringahkan padanya.

“Hi! How are you?” Balas si nyonya tua itu dengan senyum yang masih tersisa manisnya.

“Uhmm Good! How bout you?”

“Yeah not bad. So what can i do to help you?”

“Well.. hmm .. eh.. my name is Donny and can you please fix my certificate up because there are two miss-spelling things on mine!”

Dan pembicaraan pun mengalir lancar. Aku sendiri tak menyadari bahwa ternyata apa yang kupelajari selama ini bersama para bule van Jogja itu benar-benar ada hasilnya.
Tak sampai sepuluh menit semuanya pun lancar, kembali kuucapkan suluk salam pada akhir perjumpaan padanya.

“Have a good day, Darl!”
“You too!” balasnya.

Akupun melangkah pintu dengan gegap gempita dan bergembira ria karena setidaknya satu bule telah kutaklukkan dalam artian ia mengerti dan mau menuruti apa yang kumaui dengan kesederhanaan bahasaku hihihihi!

Sekeluarnya aku dari situ, Westfield adalah sasaran yang kutuju sementara waktu telah beranjak hingga lebih dari pukul 03.00 pm.
Aku telah begitu lapar dan kupikir superstore yang terletak di Parramatta itu bakalan menyelamatkanku.
Berbekal ingatan yang lamat-lamat enam bulan lalu akupun berhasil meraih lantai empat tempat foodcourt berada.
Di sana berbagai makanan dunia tersaji menggemaskan.
Mulai dari Chinesse food, Melayu termasuk Indonesia, Jepang, Asia Tengah hingga timur tengah ada di sana.
Akan tetapi pilihanku lantas kubatasi pada dua cepat saji termurah, Hungry Jack atau McDonnald.
Kenapa aku mencari yang bukan Asia adalah supaya aku terlatih untuk tidak hanya bisa makan makanan yang itu-itu saja, sementara kenapa aku memilih yang termurah adalah karena aku tidak sedang berlibur tapi sedang berusaha untuk tetap hidup di sini dengan biaya seminimal mungkin.

Entah yang mana dari dua alasan itu yang lebih mendominasi dan memengaruhi pilihanku akan tetapi pada akhirnya the winner is… Hungry Jack adalah pilihanku karena selain aku belum pernah memakannya, aku memang benar-benar hungry, jack!

“Can i have one cheeseburger, please?” ucapku dengan senyum manis ke mbak penjual yang sepertinya berdarah timur tengah dan manis itu.

“Ok. Anything else?”

“No!”

“Ok. 1,50”

“Oh.. Sorry, can I have also a glass of coca cola, please?”
Wajah manisnya pun tersaput senyum kecut. Tampaknya ia tak begitu senang aku memesan berulang kali padahal kalau dipikir ya baru dua kali, apa salahnya?

Selepas makan yang menghabiskan uang sebanyak 4.50 dollar sudah ditambahi dengan sebungkus kecil french fries itu akupun kemballi mencari jalan keluar untuk menunggu Bus yang mengantarkanku kembali pulang.

Satu jam menunggu di antara riuh rendah abg-abg australia sepulang sekolah, bus yang kunantikan pun datang. Sejenak mengamati para abg-abg yang berpakaian serba minim begitu, aku hanya bisa geleng-geleng kepala.

Terhibur dengan pemandangan seronok seperti itu? Aku tak bisa munafik maka kujawab ya, tapi sebagai orang yang telah melewati usia-usia nan mengharubiru, aku justru berpikir sepertinya negara ini tak hanya perlu meng-eksport aku tapi juga kirimkanlah seorang Balkan Kaplele dan Yoyoh Yusroh beserta sekutunya supaya membuat UU Pornografi..

Tapi ah, kalaupun mereka berdua kemari dan membuat UU Pornografi atas undangan Pak Kevin Rudd di sini, aku mungkin bakal jadi orang pertama yang menyatakan migrasi dari Australia ke suatu negara baru yang tak memiliki aturan se-horrible itu :)

Akhirnya siang itu di atas bis aku larut dengan melamun dan melamun sambil mendengarkan Bono berteriak-teriak keras di earphone iPodku.

Sesuatu yang mengejutkan lantas terjadi sesampainya aku di rumah.
Simba, dengan sigapnya menyambut kedatanganku dengan manis tapi.. dengan kuat dan gagah perkasanya ia mengajakku ke belakang seraya menunjukkan kotoran yang dikeluarkannya tepat di muka pintu akses ke kebun belakang. Ekornya dikibas-kibaskan ke sana kemari dengan suara nguik-nguik terdengar dari mulutnya. Entah apa yang hendak dikatakannya tapi yang jelas aku hanya bisa tersenyum kecut menyikapi semua itu karena setelah banyak hal kupelajari, sore hari ini aku kembali harus blajar tentang bagaimana cara merawat anjing yang boker di tempat yang tidak semestinya ia boleh melaksanakannya.

Dengan suara parau bergemeletar aku hanya bisa mengeja namanya “SIMBAAAAAAAAAAAA”
Ia pun lari belingsatan bersembunyi ke tepian ruang laundry.

Sekian dulu untuk hari ketiga, capek nulisnya dan kalian pasti capek mbacanya!

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Aku, Australia, Indonesia

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. mantan kyai mengatakan

    4 November 2008 pada 4:56 pm

    well you can speak anything dude… a.. aa.. uu.. uu.. *did i say sumthin” :D

    Balas
    • DV mengatakan

      4 November 2008 pada 4:56 pm

      HUahuahua… Dude Herlino?
      Atau Dude yang kakaknya Bapak.. eh itu Budhe ya..:)

      Balas
  2. Yoga mengatakan

    4 November 2008 pada 8:18 pm

    Santai Mas… Lama-lama lidah akan menyesuaikan, kepala dan hati juga akan sama. Asal nanti pas pulang ke Jogja jangan kayak Cincha Lauwra heheheh…. :)
    Yang penting pe-de aja..ok…!

    Balas
    • DV mengatakan

      4 November 2008 pada 8:18 pm

      Makasih Mbak Yoga… saya tidak akan seperti CIncha Lauwra tapi sejak dulu saya sudah seperti Barack Obama ahahahaha

      Balas
  3. Momon mengatakan

    4 November 2008 pada 8:27 pm

    Berarti bentar lagi lu juga bakal secara otomatis memisuh2 dgn bahasa nginggris yang oz banget dong :P

    Balas
    • DV mengatakan

      4 November 2008 pada 8:27 pm

      Weh, apa iya?
      Gimana tuh..?
      Kinda.. hmmm boz, goz, mrongoz..
      Gitu ya..? Kan ada oz-oz nya hihihi

      Balas
  4. Buthe mengatakan

    4 November 2008 pada 9:50 pm

    Cerita di Sydney nya seru, jadi pengen nunggu cerita selanjutnya. Semoga kerasan dan sukses ya Mas Don, salam kenal.

    Balas
  5. Kang Nur mengatakan

    4 November 2008 pada 11:58 pm

    Selamat ber-English2
    Smoga slamet & krasan di sana :D

    Balas
    • DV mengatakan

      4 November 2008 pada 11:58 pm

      Matur suwun Kang… nyuwun pandhongamu yo!

      Balas
  6. alris mengatakan

    5 November 2008 pada 1:39 am

    terlambat nih, tapi selamat ya, mas. semoga ausie memberikan apa yang dicita-citakan. salam kenal.

    Balas
  7. Chandra mengatakan

    5 November 2008 pada 3:30 am

    Kereeen!

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 3:30 am

      Kece dan beken! :)

      Balas
  8. iman brotoseno mengatakan

    5 November 2008 pada 7:20 am

    cool mike !

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 7:20 am

      Mike Tyson? Michael Jordan? Huehuehueuhe… Mikerophon aja Mas!

      Balas
  9. edratna mengatakan

    5 November 2008 pada 7:25 am

    Yang sulit mungkin bukan bahasanya, tapi melakukan semuanya sendiri……

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 7:25 am

      Bahasanya, Ibu. Kalau tentang melakukannya sendirian, di sini guidance-nya telah begitu banyak jadi aku tak perlu terlalu ragu….

      Balas
  10. goenoeng mengatakan

    6 November 2008 pada 12:36 am

    don, harusnya kamu ngasih penghargaan buat pak sopir bis 601 pertamamu itu. berkat dia kan, kamu jadi bersemangat dan pede.
    disana ada warung kucingan ndak, dab ? :D

    Balas
    • DV mengatakan

      6 November 2008 pada 12:36 am

      Nasi kucing? Ayo nggawe nang kene! Mreneo!

      Balas
  11. DM mengatakan

    5 November 2008 pada 5:49 pm

    Nah, kau sudah mulai memasuki rimba yang sesungguhnya, Kawan! :)

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 5:49 pm

      Yuhuuu.. rimba dan aku tarzannya.. si raja rimba!

      Balas
  12. iJul mengatakan

    5 November 2008 pada 6:31 pm

    Tips: jangan kerutkan kening (!) pas mendengar logat bicara yang kayak orang kumur-kumur :D Tips lainnya adalah jangan lupa selalu bawa sweater dan payung hehehe n pliiiiis jangan makan fast food n minum cola dong

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 6:31 pm

      Saya ndak pernah mengerutkan kening mendengar mereka kumur-kumur.. cukup njawab O YES YES.. tapi ndak mudheng blass ahuahuahua…
      Sweater sudah mulai saya bawa sejak kemarin, sejak mendadak suhu malah menjadi 40 derajat..opo tumon!
      Fast food dan Coca Cola? Hohoho mumpung lagi off nge gym dan lagi takjub betapa nikmat fast food di sini hihihih..
      All the best for your new journey, Ijul!
      God bless us!

      Balas
  13. sawali tuhusetya mengatakan

    5 November 2008 pada 7:06 pm

    wah, di sydney tentu saja ada banyak hal yang memerlukan adaptasi, mulai soal pengenalan kebiasaan masyarakat setempat, budaya, hingga soal bahasa. tapi, saya yakin, mas donny bisa mengatasi semuanya dengan baik. semoga mas donny semakin menemukan kenyamanan di sydney bersama mbak joyce.

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 7:06 pm

      Amin, amin, amin!

      Balas
  14. Kaka mengatakan

    5 November 2008 pada 9:56 pm

    sy mesti belajar lagi ..tks
    http://asephd.co.cc

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 9:56 pm

      Belajar apa? Saya ndak ngerti maksud komen Anda :)
      Tapi anyway, selamat datang

      Balas
  15. koebiz mengatakan

    5 November 2008 pada 10:34 pm

    Wah, don. Sekarang jauh ya huu huu … kapan aku bisa menengok dirimu.
    Btw, bahasa inggrismu wes ok gitu loh :)
    Selamat berjuang di negeri kangaroo

    Balas
    • DV mengatakan

      5 November 2008 pada 10:34 pm

      Koebiz, maaf waktu itu aku ndak sempet ngucapin met menikah… Suatu waktu pasti kita akan ketemu di Indonesia :)

      Balas
  16. Qizink mengatakan

    6 November 2008 pada 1:41 am

    wah… wis jadi londo kowe don?

    Balas
    • DV mengatakan

      6 November 2008 pada 1:41 am

      Londo ediann huahuauahua.
      Tetep jowo, saumur uripku tetep Jowo! :)

      Balas
  17. JalanSutera.com mengatakan

    6 November 2008 pada 3:03 am

    selamat berjuang, semoga sukses di tanah yang baru.

    Balas
    • DV mengatakan

      6 November 2008 pada 3:03 am

      Suwun, Dab. Dongamu tak suwun yo…

      Balas
  18. mascayo mengatakan

    6 November 2008 pada 5:43 am

    well dari keseluruhan cerita .. yang nyangkut di kepala kok bagian abg berpakaian serba minim itu yaa ? haiyah, pictor neh!

    Balas
    • DV mengatakan

      6 November 2008 pada 5:43 am

      Piktor Subarjo = Pikiran Kotor Suka Barang Jorok
      Hahhahaha.. hati-hati polisi moral bertopeng UU Pornografi lho, Kang!

      Balas
  19. JalanSutera.com mengatakan

    6 November 2008 pada 11:55 pm

    dulu dosenku pernah bilang, kita dianggap bisa menggunakan bahasa asing dengan sempurna jika….
    1. dalam mimpi pun pakai bahasa asing. apakah dirimu sudah mimpi ketemu bule dan cuap-cuap?
    2. saat marah pun menggunakan bahasa asing. apakah sampeyan bisa memaki-maki, ngedumel pakai bahasa Enggris?
    Jika dua syarat itu terpenuhi, kemungkinan besar sampeyan sudah menguasai 100% bahasa asing itu.

    Balas
    • DV mengatakan

      6 November 2008 pada 11:55 pm

      Wah untuk soal mimpi aku tuh selalu lupa apa yang kuimpikan… Jangan bahasa, warna rambut orang yang kuajak omong di dalam mimpi pun aku tak ingat lagi haha…
      Aku nek maki-maki orang yo nganggo ASU lan BIAJINGAN ;)
      Piye jal ?

      Balas
  20. prameswari mengatakan

    7 November 2008 pada 1:16 am

    Wa…pengalaman manis….
    mmm…sinyal tubuh mas sudah mulai beradaptasi dengan keadaan sekitar tuh

    Balas
    • DV mengatakan

      7 November 2008 pada 1:16 am

      Aih, Mbak Prameswari hadir di sini….
      Kok Mbak tahu bahwa sinyal tubuh saya sudah mulai beradaptasi… bisa merasakannya ya..?
      Atau jangan-jangan Anda tinggal di Sydney hehehe

      Balas
  21. remon mengatakan

    16 November 2008 pada 8:35 pm

    mmmm… koq aku ga ngerasa kalo kamu dah sampe sana kamu belajar bahasa ya don. aku rasa kamu lebih ke latihan kemauan berbahasa. kalo dilihat secara bekal, inggris kamu dah lebih dari lumayan koq, baik lisan n tertulis. paling cuma masalah aksen sama listening doank yang kamu keluhkan dari kapan hari. yang paling penting kan gimana keadaan menuntut kamu alih bahasa sehingga mindset kamu dah ga mengolah buah pikiran dalam bahasa indonesia, jadi segala sesuatu ga perlu ditranslate indo-eng atau eng-indo.
    oya… kamu ada culture shock ga kalo ngeliat tag harga? mwahahhahahahahahha
    salam dari jalan magelang!
    oya spoiler berita don: aku akhirnya jadian don, wheeeee XD !!!!!
    thx 4 supportin me all along :D

    Balas
    • DV mengatakan

      16 November 2008 pada 8:35 pm

      Culture shock? Ya ada lah, banget malah!
      Ngeliat harga kerupuk sebungkus 1.5 dollar, ngeliat harga makan sampai 20 dollar..
      Tapi lama-lama cuek lah, kalau dipikirin doang kapan habisnya tuh pikiran hahahaha..
      Wah kamu jadian ya? Selamat ya, welcome the club.

      Balas
  22. Sopar Maruli mengatakan

    28 November 2008 pada 6:51 pm

    Mas, migarasi ??
    Atau frustrasi ??
    sama saja bagiku,
    tapi
    aku mau lari ke tanah yang baru, mungkin mencari sesuatu yang baru.
    Apa ada yang baru mas temukan di tanah yang baru ???
    Mungkin bagi mas sudah lama, karena sudah dapat hidup beradaptasi, atau mungkin sudah menaklukakan tanah yang baru.
    Itu bagiku.
    Salam, dan sukses selalu buat mas.
    Jesus Bless You.
    smskalit

    Balas
  23. marina mengatakan

    1 Desember 2008 pada 4:32 am

    saat2 baru tiba di negri orang emang banyak ya pengalaman2 menarik, terkadang malah suka error. pelajaran pertamaku dulu menginget jalannya transportasi disini disebelah kanan, nah aku suka bingung kalo mau pulang ke rumah, nunggu bus disini ato yang diseberang yah? haha pake muter2 otak dulu sebelum nyasar.
    good luck di tempat yang baru dan salam kenal:)

    Balas
  24. Clara Croft mengatakan

    29 Oktober 2011 pada 4:23 pm

    xixixixi.. Simba pasti lucuuu.. Guru Cross Culture saya Barbara bilang, kalo lagi bokek di Oz nanti, makanlah di Hungry Jack, lebih murah daripada KFC, hehehe.. saya catet baek2, tapi kata Barbara juga, di Sidney semuanya serba mahal ketimbang di state laen :)

    Balas
  25. Harry Van Yogya mengatakan

    18 Februari 2012 pada 9:28 pm

    Bahasa itu sbenernya bagian hasrat saja..hasrat untuk bisa berinteraksi,bersosialisasi,berkomunikasi.Dan sebelum ngerti maupun lancar bisa gunakan bahasa tarzan, bahasa isyarat atau bahasa tubuh.Tp jangan keasyikan menggunakan bahasa tubuh krn tanpa kamu sadari akan terbiasa menggunakan tubuhmu untuk menyetubuhi..#eh…hahaha

    Balas
    • DV mengatakan

      19 Februari 2012 pada 7:57 am

      wakakaka… komentarmu khas JB.. AsiK!

      Balas
  26. Sopar Maruli mengatakan

    12 Juli 2016 pada 1:37 pm

    Makasih Bro, senang mendapatkan infonya. GBU

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT