Belajar Berbahasa

4 Nov 2008 | Aku, Australia, Indonesia

Yang pernah kudapat dari salah seorang temanku, Julia, adalah perkataan demikian

“Tenang aja, unconsciously nanti kamu akan terbiasa untuk berbicara dan berbahasa English”

Aku ingat betul ketika pertama kali aku mendapatkan quote itu hal pertama yang kulakukan adalah justru membuka kamus untuk mencari tahu apa itu arti kata “unconcsciously” dan bukannya manggut-manggut memahami makna filosofinya yang dalam itu. Hehehe!

Hari ketiga di Sydney, 3 November 2008 aku belajar beberapa hal.
Pagi-pagi benar, Joyce, istriku pergi berangkat bekerja.
Pukul 5.45 am ia terbangun lalu mandi sejenak dan bersiap
berangkat menanti bus yang akan lewat pukul 07.00 am tak jauh di bus stop di depan situ.

Aku yang tak terbiasa bangun pagi pun harus tergopoh-gopoh menyesuaikan diri.
Dan ini adalah pelajaran pertamaku :)

“Kamu nggak dingin Hon mandi pagi banget gini?” tanyaku dengan mulut masih bau ludah kering semalaman.
Ia hanya menggeleng kecut. Entah ia kecut karena bau jigongku atau karena enggan mendengarkan pertanyaanku yang tak mutu dan sebenarnya tak membutuhkan jawaban itu..
Tak taulah.

Yang pasti aku segera bangun ketika ia telah berseragam lengkap. Di lantai bawah — kamar kami berada di lantai atas — Simba telah menanti sambil menggoyang-goyangkan ekornya, ia tampak begitu gembira.

“Pertama yang harus kulakukan pagi sebelum ke kantor adalah mengeluarkan Simba supaya pup dan kencing lalu memberinya makan.” Aku hanya manggut-manggut kedinginan dan mengikuti istriku melepas Simba di pekarangan belakang rumah.

Tak sampai sepuluh menit kemudian, Joyce telah bergegas pergi meninggalkanku seorang diri bersama Simba.
Jika aku mau menuruti sifat malasku barangkali hal terbaik yang bisa kulakukan adalah kembali ke tempat tidur dan melelapkan diri hingga siang menjelang. Tapi aku sendiri berusaha mendobrak kemalasan itu dan memilih ngeloyor ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Dua butir telor kurebus dan kuambil dari kantong plastik, dua lembar roti tawar gandum kesukaanku.
Pada masing-masing permukaan roti kuoleskan dressing tuna sandwidch dan sambil menanti matangnya rebusan telur kudidihkan segelas air lalu kuseduh dengan sekantung teh hijau di dalam cangkir polos warna putih.

Ketika semuanya siap, dengan menggunakan nampan kubawa semuanya ke ruang komputer, menyambungkan kabel telepon ke lubang sisi kiri laptopku lalu mengkoneksikan diri dengan internet. Suara dering internal modem yang khas itu pun mengumandang…
Ada banyak hal yang harus kukerjakan pagi itu. Beberapa proyek dadakan yang kudapat sehari sebelum pergi kemari menanti jamahan perhatianku. Lambat tapi pasti, semua kukerjakan hingga tak terasa pukul 10.00 am pun tiba.

Perhatian kuarahkan ke timetable HillBus yang baru saja kudownload dari internet. Aku mencari jadwal keberangkatan dan kepulangan Hill Bus nomer 601 yang akan membawaku ke Parramatta dan mengantarkanku kembali kemari. Setelah kuperhitungkan waktu penyelesaian proyek dengan jadwal yang ada, kubuat rencana untuk pergi ke Parramatta tepat pukul 1.12 am!

Kenapa aku harus pergi ke Parramatta, suburb yang terletak sekitar 30 menit perjalanan menggunakan bus itu adalah karena aku harus menyelesaikan urusan administrasiku, membenahi beberapa miss-spelling pada Marriage Certificate-ku. Dan karena istriku telah mulai bekerja maka aku harus menyelesaikannya sendirian!

Sendirian? Yup! Aku harus sendirian di tanah yang baru dengan bahasa baru yang masih sangat minim kukuasai itu. Sepanjang perjalanan aku sibuk menguntai kata apa saja yang hendak kuucapkan nanti pada petugas kantor yang kutemui. Belum lagi peta yang tak sempat dituliskan oleh istriku kecuali hanya mengucapkannya secara verbal dan aku harus menggariskan peta-petanya di otakku?
Well, baiklah… inilah tantangannya!

Sesampainya di McD Parramatta kamu harus siap-siap, beberapa stop sesudah itu akan ada sungai dan kamu berhenti di sana. Dua gedung di sebelah gereja akan terbelah sungai itu dan seberangnya… itulah tempatnya!

Ucapan istriku malam itu terngiang betul ketika aku semakin mendekati tempat yang dimaksud.
McD terlewati dan ahhhh! Tepat di atas jembatan akupun maju ke depan dan membunyikan bel tanda ingin turun dari bus.

“Gday, Mate!” ungkap supir dengan senyum dikulumnya padaku.
“Ya..ya.. goodday, Mate! Takecare!” Jawabku.

Astaga!
Aku tak sadar telah mengucapkan salam dalam bahasa yang baru.
Sekonyong-konyong aku jadi tersemangati dan senyum-senyum sendiri, perasaan tak sabar untuk bertemu secepatnya dengan petugas kantor Registry of BDM semakin menggebu-gebu dengan perasaan bahwa aku toh bisa ber-english ria terbukti pada supir Bus 601 itu tadi.

Kantor yang harus kutuju itu ternyata tak terlalu susah untuk ditemukan. Apa yang dikatakan istriku semalam ternyata mudah benar untuk dicari. Tak sampai lima menit setelah aku turun dari bis aku telah sampai di Parramatta Medical Center tempat dimana kantor Registry of Birth Death and Marriage berada.

Kantor Registry of Birth Death and Marriage yang dalam pengertian Indonesia-nya mungkin adalah kantor Catatan Sipil pada kenyataannya adalah mirip keberadaan sebuah kantor bank papan atas di Indonesia.
Bukan, aku bukan ingin membandingkan tapi lebih kepada penjelasan bahwasanya meski sama-sama sederhana tapi nyaris tak kutemukan sampah baik di dinding maupun di lantainya.
Kacanya pun sama-sama tipisnya tapi tak ada noda bahkan kusam di sini.
Semua petugas berseragam bebas sedangkan pengantri duduk teratur di atas sofa yang empuknya pun sama bahkan lebih keras ketimbang apa yang pernah kurasakan di Indonesia sana.
Aku sendiri tak sempat meraba tapi sepertinya di bawah meja yang disediakan untuk publik di sini tak dipenuhi dengan upil-upil kering khas orang kita hihihi.

Segera aku mengambil antrian dengan mesin ticket otomatis dengan memilih mode “Certificate Correction” dan mendapat nomer urut C411 sementara yang sedang dipanggil adalah C407. Kupikir bakalan sebentar, tapi ternyata nyaris satu jam kuhabiskan waktu untuk duduk mengantri sambil clingak-clinguk memperhatikan orang-orang yang bersliweran di kantor itu.

Giliranku pun tiba. Aku menuju ke Room #02 dengan perasaan berdebar-debar. Selain James, Sherry, Maya dan Jenny, guru-guru Bahasa Inggrisku yang menemani hampir tiap soreku di Jogja pada enam bulan terakhir sebelum berangkat, siapapun bule dibalik pintu geser Room#02 ini akan menjadi bule pertama yang meng-interiewku di tanah terjanji bernama Australia ini.

“Hi!” sapaku sumringah kusumringah-sumringahkan padanya.

“Hi! How are you?” Balas si nyonya tua itu dengan senyum yang masih tersisa manisnya.

“Uhmm Good! How bout you?”

“Yeah not bad. So what can i do to help you?”

“Well.. hmm .. eh.. my name is Donny and can you please fix my certificate up because there are two miss-spelling things on mine!”

Dan pembicaraan pun mengalir lancar. Aku sendiri tak menyadari bahwa ternyata apa yang kupelajari selama ini bersama para bule van Jogja itu benar-benar ada hasilnya.
Tak sampai sepuluh menit semuanya pun lancar, kembali kuucapkan suluk salam pada akhir perjumpaan padanya.

“Have a good day, Darl!”
“You too!” balasnya.

Akupun melangkah pintu dengan gegap gempita dan bergembira ria karena setidaknya satu bule telah kutaklukkan dalam artian ia mengerti dan mau menuruti apa yang kumaui dengan kesederhanaan bahasaku hihihihi!

Sekeluarnya aku dari situ, Westfield adalah sasaran yang kutuju sementara waktu telah beranjak hingga lebih dari pukul 03.00 pm.
Aku telah begitu lapar dan kupikir superstore yang terletak di Parramatta itu bakalan menyelamatkanku.
Berbekal ingatan yang lamat-lamat enam bulan lalu akupun berhasil meraih lantai empat tempat foodcourt berada.
Di sana berbagai makanan dunia tersaji menggemaskan.
Mulai dari Chinesse food, Melayu termasuk Indonesia, Jepang, Asia Tengah hingga timur tengah ada di sana.
Akan tetapi pilihanku lantas kubatasi pada dua cepat saji termurah, Hungry Jack atau McDonnald.
Kenapa aku mencari yang bukan Asia adalah supaya aku terlatih untuk tidak hanya bisa makan makanan yang itu-itu saja, sementara kenapa aku memilih yang termurah adalah karena aku tidak sedang berlibur tapi sedang berusaha untuk tetap hidup di sini dengan biaya seminimal mungkin.

Entah yang mana dari dua alasan itu yang lebih mendominasi dan memengaruhi pilihanku akan tetapi pada akhirnya the winner is… Hungry Jack adalah pilihanku karena selain aku belum pernah memakannya, aku memang benar-benar hungry, jack!

“Can i have one cheeseburger, please?” ucapku dengan senyum manis ke mbak penjual yang sepertinya berdarah timur tengah dan manis itu.

“Ok. Anything else?”

“No!”

“Ok. 1,50”

“Oh.. Sorry, can I have also a glass of coca cola, please?”
Wajah manisnya pun tersaput senyum kecut. Tampaknya ia tak begitu senang aku memesan berulang kali padahal kalau dipikir ya baru dua kali, apa salahnya?

Selepas makan yang menghabiskan uang sebanyak 4.50 dollar sudah ditambahi dengan sebungkus kecil french fries itu akupun kemballi mencari jalan keluar untuk menunggu Bus yang mengantarkanku kembali pulang.

Satu jam menunggu di antara riuh rendah abg-abg australia sepulang sekolah, bus yang kunantikan pun datang. Sejenak mengamati para abg-abg yang berpakaian serba minim begitu, aku hanya bisa geleng-geleng kepala.

Terhibur dengan pemandangan seronok seperti itu? Aku tak bisa munafik maka kujawab ya, tapi sebagai orang yang telah melewati usia-usia nan mengharubiru, aku justru berpikir sepertinya negara ini tak hanya perlu meng-eksport aku tapi juga kirimkanlah seorang Balkan Kaplele dan Yoyoh Yusroh beserta sekutunya supaya membuat UU Pornografi..

Tapi ah, kalaupun mereka berdua kemari dan membuat UU Pornografi atas undangan Pak Kevin Rudd di sini, aku mungkin bakal jadi orang pertama yang menyatakan migrasi dari Australia ke suatu negara baru yang tak memiliki aturan se-horrible itu :)

Akhirnya siang itu di atas bis aku larut dengan melamun dan melamun sambil mendengarkan Bono berteriak-teriak keras di earphone iPodku.

Sesuatu yang mengejutkan lantas terjadi sesampainya aku di rumah.
Simba, dengan sigapnya menyambut kedatanganku dengan manis tapi.. dengan kuat dan gagah perkasanya ia mengajakku ke belakang seraya menunjukkan kotoran yang dikeluarkannya tepat di muka pintu akses ke kebun belakang. Ekornya dikibas-kibaskan ke sana kemari dengan suara nguik-nguik terdengar dari mulutnya. Entah apa yang hendak dikatakannya tapi yang jelas aku hanya bisa tersenyum kecut menyikapi semua itu karena setelah banyak hal kupelajari, sore hari ini aku kembali harus blajar tentang bagaimana cara merawat anjing yang boker di tempat yang tidak semestinya ia boleh melaksanakannya.

Dengan suara parau bergemeletar aku hanya bisa mengeja namanya “SIMBAAAAAAAAAAAA”
Ia pun lari belingsatan bersembunyi ke tepian ruang laundry.

Sekian dulu untuk hari ketiga, capek nulisnya dan kalian pasti capek mbacanya!

Sebarluaskan!

46 Komentar

  1. well you can speak anything dude… a.. aa.. uu.. uu.. *did i say sumthin” :D

    Balas
    • HUahuahua… Dude Herlino?
      Atau Dude yang kakaknya Bapak.. eh itu Budhe ya..:)

      Balas
  2. Santai Mas… Lama-lama lidah akan menyesuaikan, kepala dan hati juga akan sama. Asal nanti pas pulang ke Jogja jangan kayak Cincha Lauwra heheheh…. :)
    Yang penting pe-de aja..ok…!

    Balas
    • Makasih Mbak Yoga… saya tidak akan seperti CIncha Lauwra tapi sejak dulu saya sudah seperti Barack Obama ahahahaha

      Balas
  3. Berarti bentar lagi lu juga bakal secara otomatis memisuh2 dgn bahasa nginggris yang oz banget dong :P

    Balas
    • Weh, apa iya?
      Gimana tuh..?
      Kinda.. hmmm boz, goz, mrongoz..
      Gitu ya..? Kan ada oz-oz nya hihihi

      Balas
  4. Cerita di Sydney nya seru, jadi pengen nunggu cerita selanjutnya. Semoga kerasan dan sukses ya Mas Don, salam kenal.

    Balas
  5. Selamat ber-English2
    Smoga slamet & krasan di sana :D

    Balas
    • Matur suwun Kang… nyuwun pandhongamu yo!

      Balas
  6. terlambat nih, tapi selamat ya, mas. semoga ausie memberikan apa yang dicita-citakan. salam kenal.

    Balas
  7. Kereeen!

    Balas
    • Kece dan beken! :)

      Balas
    • Mike Tyson? Michael Jordan? Huehuehueuhe… Mikerophon aja Mas!

      Balas
  8. Yang sulit mungkin bukan bahasanya, tapi melakukan semuanya sendiri……

    Balas
    • Bahasanya, Ibu. Kalau tentang melakukannya sendirian, di sini guidance-nya telah begitu banyak jadi aku tak perlu terlalu ragu….

      Balas
  9. don, harusnya kamu ngasih penghargaan buat pak sopir bis 601 pertamamu itu. berkat dia kan, kamu jadi bersemangat dan pede.
    disana ada warung kucingan ndak, dab ? :D

    Balas
    • Nasi kucing? Ayo nggawe nang kene! Mreneo!

      Balas
  10. Nah, kau sudah mulai memasuki rimba yang sesungguhnya, Kawan! :)

    Balas
    • Yuhuuu.. rimba dan aku tarzannya.. si raja rimba!

      Balas
  11. Tips: jangan kerutkan kening (!) pas mendengar logat bicara yang kayak orang kumur-kumur :D Tips lainnya adalah jangan lupa selalu bawa sweater dan payung hehehe n pliiiiis jangan makan fast food n minum cola dong

    Balas
    • Saya ndak pernah mengerutkan kening mendengar mereka kumur-kumur.. cukup njawab O YES YES.. tapi ndak mudheng blass ahuahuahua…
      Sweater sudah mulai saya bawa sejak kemarin, sejak mendadak suhu malah menjadi 40 derajat..opo tumon!
      Fast food dan Coca Cola? Hohoho mumpung lagi off nge gym dan lagi takjub betapa nikmat fast food di sini hihihih..
      All the best for your new journey, Ijul!
      God bless us!

      Balas
  12. wah, di sydney tentu saja ada banyak hal yang memerlukan adaptasi, mulai soal pengenalan kebiasaan masyarakat setempat, budaya, hingga soal bahasa. tapi, saya yakin, mas donny bisa mengatasi semuanya dengan baik. semoga mas donny semakin menemukan kenyamanan di sydney bersama mbak joyce.

    Balas
    • Amin, amin, amin!

      Balas
    • Belajar apa? Saya ndak ngerti maksud komen Anda :)
      Tapi anyway, selamat datang

      Balas
  13. Wah, don. Sekarang jauh ya huu huu … kapan aku bisa menengok dirimu.
    Btw, bahasa inggrismu wes ok gitu loh :)
    Selamat berjuang di negeri kangaroo

    Balas
    • Koebiz, maaf waktu itu aku ndak sempet ngucapin met menikah… Suatu waktu pasti kita akan ketemu di Indonesia :)

      Balas
  14. wah… wis jadi londo kowe don?

    Balas
    • Londo ediann huahuauahua.
      Tetep jowo, saumur uripku tetep Jowo! :)

      Balas
  15. selamat berjuang, semoga sukses di tanah yang baru.

    Balas
    • Suwun, Dab. Dongamu tak suwun yo…

      Balas
  16. well dari keseluruhan cerita .. yang nyangkut di kepala kok bagian abg berpakaian serba minim itu yaa ? haiyah, pictor neh!

    Balas
    • Piktor Subarjo = Pikiran Kotor Suka Barang Jorok
      Hahhahaha.. hati-hati polisi moral bertopeng UU Pornografi lho, Kang!

      Balas
  17. dulu dosenku pernah bilang, kita dianggap bisa menggunakan bahasa asing dengan sempurna jika….
    1. dalam mimpi pun pakai bahasa asing. apakah dirimu sudah mimpi ketemu bule dan cuap-cuap?
    2. saat marah pun menggunakan bahasa asing. apakah sampeyan bisa memaki-maki, ngedumel pakai bahasa Enggris?
    Jika dua syarat itu terpenuhi, kemungkinan besar sampeyan sudah menguasai 100% bahasa asing itu.

    Balas
    • Wah untuk soal mimpi aku tuh selalu lupa apa yang kuimpikan… Jangan bahasa, warna rambut orang yang kuajak omong di dalam mimpi pun aku tak ingat lagi haha…
      Aku nek maki-maki orang yo nganggo ASU lan BIAJINGAN ;)
      Piye jal ?

      Balas
  18. Wa…pengalaman manis….
    mmm…sinyal tubuh mas sudah mulai beradaptasi dengan keadaan sekitar tuh

    Balas
    • Aih, Mbak Prameswari hadir di sini….
      Kok Mbak tahu bahwa sinyal tubuh saya sudah mulai beradaptasi… bisa merasakannya ya..?
      Atau jangan-jangan Anda tinggal di Sydney hehehe

      Balas
  19. mmmm… koq aku ga ngerasa kalo kamu dah sampe sana kamu belajar bahasa ya don. aku rasa kamu lebih ke latihan kemauan berbahasa. kalo dilihat secara bekal, inggris kamu dah lebih dari lumayan koq, baik lisan n tertulis. paling cuma masalah aksen sama listening doank yang kamu keluhkan dari kapan hari. yang paling penting kan gimana keadaan menuntut kamu alih bahasa sehingga mindset kamu dah ga mengolah buah pikiran dalam bahasa indonesia, jadi segala sesuatu ga perlu ditranslate indo-eng atau eng-indo.
    oya… kamu ada culture shock ga kalo ngeliat tag harga? mwahahhahahahahahha
    salam dari jalan magelang!
    oya spoiler berita don: aku akhirnya jadian don, wheeeee XD !!!!!
    thx 4 supportin me all along :D

    Balas
    • Culture shock? Ya ada lah, banget malah!
      Ngeliat harga kerupuk sebungkus 1.5 dollar, ngeliat harga makan sampai 20 dollar..
      Tapi lama-lama cuek lah, kalau dipikirin doang kapan habisnya tuh pikiran hahahaha..
      Wah kamu jadian ya? Selamat ya, welcome the club.

      Balas
  20. Mas, migarasi ??
    Atau frustrasi ??
    sama saja bagiku,
    tapi
    aku mau lari ke tanah yang baru, mungkin mencari sesuatu yang baru.
    Apa ada yang baru mas temukan di tanah yang baru ???
    Mungkin bagi mas sudah lama, karena sudah dapat hidup beradaptasi, atau mungkin sudah menaklukakan tanah yang baru.
    Itu bagiku.
    Salam, dan sukses selalu buat mas.
    Jesus Bless You.
    smskalit

    Balas
  21. saat2 baru tiba di negri orang emang banyak ya pengalaman2 menarik, terkadang malah suka error. pelajaran pertamaku dulu menginget jalannya transportasi disini disebelah kanan, nah aku suka bingung kalo mau pulang ke rumah, nunggu bus disini ato yang diseberang yah? haha pake muter2 otak dulu sebelum nyasar.
    good luck di tempat yang baru dan salam kenal:)

    Balas
  22. xixixixi.. Simba pasti lucuuu.. Guru Cross Culture saya Barbara bilang, kalo lagi bokek di Oz nanti, makanlah di Hungry Jack, lebih murah daripada KFC, hehehe.. saya catet baek2, tapi kata Barbara juga, di Sidney semuanya serba mahal ketimbang di state laen :)

    Balas
  23. Bahasa itu sbenernya bagian hasrat saja..hasrat untuk bisa berinteraksi,bersosialisasi,berkomunikasi.Dan sebelum ngerti maupun lancar bisa gunakan bahasa tarzan, bahasa isyarat atau bahasa tubuh.Tp jangan keasyikan menggunakan bahasa tubuh krn tanpa kamu sadari akan terbiasa menggunakan tubuhmu untuk menyetubuhi..#eh…hahaha

    Balas
    • wakakaka… komentarmu khas JB.. AsiK!

      Balas
  24. Makasih Bro, senang mendapatkan infonya. GBU

    Balas

Trackbacks/Pingbacks

  1. [Q&A] Kalau kalian semua pengen jadi bos, lalu yang jadi buruh siapa? - Donny Verdian - […] rasa tidak percaya diri dari developer-developer itu untuk ber-cas-cis-cus dalam english. (Simak tulisan lawasku tentang pengalaman ber-Bahasa Inggris saat…

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.