Kalau mau jujur, bayangan yang paling susah dibayangkan tentang Jogja adalah bayangan Jogja sebagai kota industri.?Bagiku, kota yang pernah kudiami selama lima belas tahun ini sangat jauh dari kenyataan itu karena barangkali sama seperti kalian, di mataku, Jogja itu kota seni, budaya dan wisata, tak lebih.
Tapi sekali aku pernah jatuh dengan perkiraan dan anggapan yang kubuat sendiri.
Empat belas tahun silam, kawanku yang tinggal di Jakarta sedang pusing mencari hotel untuk menginap di Jogja. Dia lalu bilang lewat telepon, “Loe bayangin deh Don kalau Jogja punya hotel banyak, pasti kita bisa ketemuan weekend ini di Jogja!” Aku tertawa mendengar bayangannya karena waktu itu, bayangan tentang banyaknya hotel di Jogja itu sama jauhnya dengan bayanganku tentang Jogja sebagai kota industri saat ini. tapi nyatanya, tak sampai empat belas tahun kemudian sejak saat itu, Jogja kini telah dipenuhi hotel. Pertumbuhannya bahkan melebihi cendawan di musim hujan…
Untuk itulah, dalam rangka mengangkat tokoh-tokoh muda Jogja di media ini, aku merasa perlu untuk mengemukakan sosok pelaku industri.?Seperti biasa, ada beberapa nama yang muncul ada yang tak kukenal ada pula yang ketika kuingat aku hanya bisa bergumam, “Oh, udah jadi pengusaha rupanya?”?Tapi pilihan akhirnya jatuh pada Bayu Pamura.
Kalian kenal? Jangan khawatir kalau belum kenal karena aku sendiri juga belum pernah bertemu fisik karena kami hanya saling kenal lewat social media saja.
Pilihan pada Bayu tentu bukan asal comot atau asal percaya apa kata orang.
Beberapa waktu belakangan aku mengamati produk yang dihasilkannya, NOKN bag. Banyak kawan-kawan ‘sepergerakan’ di Jogja sana menggunakan NOKN dan dari situ aku mulai tertarik tak hanya dengan tasnya tapi juga dengan, ‘Siapa orang di belakangnya’.
Bayu kupilih juga karena ia berasal dari kalangan komunitas kreatif Jogja dan bukan berasal dari trah businessman atau ahli waris dari sebuah usaha besar yang dirintis pendahulunya. Karena bagiku, kalau aku mencari sosok yang hanya meneruskan usaha yang dibangun orang tua atau leluhurnya, dimana esensi ketokohan dan perbedaan yang ia ciptakan?jika ia dibandingkan dengan pendahulunya pun sama?
Tanpa perlu banyak cingcong lagi, simak besutan wawancaraku dengan orang yang bersama Vindra dan Endoch, empat tahun silam mendirikan QWERTY radio, PamitYang2an yang kesohor itu…
DV: Tas NOKN itu sekilas mirip Crumpler (brand internasional sebuah tas), apa memang terinspirasi dari sana atau nyontek mereka?
Bayu Pamura: Ndak mas. Kalau ditanya inspirasi NOKN dari mana, saya sampai ndak ingat karena memang sebelum bikin tas sendiri, koleksi tas saya lumayan banyak. Tapi kalau dibilang Crumpler adalah salah satu yang kami teliti ketika awal membangun NOKN dulu memang benar. Selain Crumpler juga ada Mission Workshop, Chrome, Timbuk2 dan beberapa brand lokal seperti Eiger.
Yang mbikin NOKN beda dengan yang lain itu apa?
Modular system-nya.?Sejak saya dan Wira Adiyaksa (partner) menemukan NOKN di 2011, kita berdua ingin punya tas yang bagian-bagiannya bisa dilepas dan dipasang jadi pemakai bisa memilih sendiri sesuai selera dan kebutuhan atas yang kita sediakan.
Berhasil?
Yup meski perjuangan untuk membuat desain produknya jadi agak ribet karena harus mempersiapkan agar semua produk bisa dipasang/lepas dengan produk yang lainnya.
Cerita awal berdirinya NOKN bagaimana?
Jadi waktu itu, 2011, saya nganggur sementara Wira punya usaha jahitan dengan beberapa karyawan.
Suatu siang kami tergelitik dengan sebuah cerita, seorang teman asli Jerman mau beli sepatu di Jogja. Dia nggak mau beli kalau bukan Adidas (brand sepatu dan sport line asal Jerman). Katanya, Adidas adalah salah satu brand kebanggaan orang Jerman. Aku dan Wira lantas berpikir, kalau kita pergi ke luar negeri, produk apa yang bisa kita banggakan dan identik dengan brand Indonesia? Dari situ semuanya berawal mula. Karena Wira punya usaha jahitan jadilah kami berpikir tentang tas. Kalau Wira punya pabrik chip dan saya engineer, mungkin kami bikin handphone dan laptop waktu itu hehehe…
Modalnya berapa bikin NOKN?
Sepuluh juta dengan 80%-nya habis buat bikin web!
Oh ya? Kenapa berani sekali invest di pembuatan website?
Simply karena kami berpikir bahwa masa depan perdagangan itu ya lewat internet.
Kami bisa tak hanya berdagang tapi juga memperkenalkan brand serta produk lebih cepat dan jauh lebih murah dibandingkan berinvestasi membuka outlet di tempat lain misalnya. Dengan internet kami juga nggak perlu ambil pusing darimana usaha harus dikendalikan oleh karena itu kami tetap mantap di Jogja dan melayani pembeli dari manapun tinggal bagaimana strategi pemasaran yang lebih baik lagi yang perlu dipikirkan.
Sekarang omset NOKN per-bulan rata-rata berapa?
Hahahaha.. nggak enak ngomongnya… yang penting cukup untuk operasional dan menggaji tujuh orang secara layak dan cukup untuk bikin pertumbuhan dengan rencana yang sip!
Kamu bikin usaha di Jogja padahal Jogja itu kan bukan kota industri dan mentalitas orang-orangnya kadang juga belum siap untuk itu misalnya kadang kerjanya molor, nggak sesuai deadline. Gimana pendapatmu?
Ya karena kami mau tetap disini aja hehehehe… Tentang mental kerja yang saya temui di NOKN, semua karyawan bekerja tepat waktu karena deadline molor tidak ditolerir di sini.
Apa karena digaji mahal?
Gaji mereka bagus bukan mahal hehehe. Tapi uang bukan intinya, Mas. Kami mencari orang yang juga punya passion tinggi. Itu saja!
Tapi membayangkan NOKN dikembangkan di kota yang benar-benar kota industri kan akan lebih sangar, Mas?
Karena aku cah jogja asli dan kita di NOKN sudah sepakat bikin NOKN sak gede-gedenya ya di Jogja.
Pangsa pasar tas NOKN paling banyak darimana?
NOKN terbanyak dibeli di Jakarta dengan beberapa terjual ke Malaysia, Singapura, Jepang, Australia, dan Amerika. Kebanyakan pembeli NOKN adalah pria, sudah berpenghasilan walaupun masih kuliah, internet savvy, dan bekerja di bidang yang non seragam atau yang ber-jas-jasa-an dengan dasi gitu. Eh tapi beberapa order juga datang dari kantor kementrian di Jakarta hahahaha…
NOKN itu sudah diurus hak patennya?
Sudah! Sejak 2012 kami sudah pegang sertifikat paten merk dan desain industri.
Yang menarik tentang kaitan hak paten dan Jogja adalah contoh pemalsuan kaos DAGADU yang merebak dimana-mana. Bagaimana menurutmu?
Pemalsuan itu kasus menarik.
Sebenarnya tak hanya Dagadu. Kamipun karena kami sudah mengurus paten, jika ada kasus pemalsuan terhadap NOKN tentu kami bisa membuat klaim atas pemalsuan ke ranah hukum.
Tapi saya mikirnya sambil becanda saja, Mas. Kalau sampai ada yang memalsu produk kami berarti itu salah satu indikasi ketenaran hahaha….
Yang bisa kami lakukan untuk meminimalkan kerugian akibat pemalsuan adalah inovasi terus-terusan biar para pemalsu capek mengejar kita. Makanya di NOKN kami punya unit kerja namanya NOKNLab. Itu semacam laboratorium riset sekaligus memfasilitasi keisengan kami. Semua produk NOKN keluar dari situ.
Bayanganmu tentang NOKN ke depannya seperti apa?
Kami mengarah ke pangsa pasar luar negeri. Cita-citanya masih sama dengan cita-cita yang tercetus setelah bercerita tentang kawan kami orang Jerman yang mencari produk Adidas yang kuceritakan di atas, Mas.
Kami ingin jadi brand dari Indonesia yang sejajar dengan brand dunia di bisnis yang sama.
Kamu dulu bagaimana kok bisa berani berwirausaha dan sukses?
Hahahaha soalnya saya ndak ada pilihan. Sekolah berantakan dan usaha ini sangat saya nikmati.
Eh tapi saya belum bisa dibilang sukses, masih on the way hahaha…
Banyak anak muda Jogja yang pindah ke Jakarta untuk berkarir. Kamu nggak kepikiran begitu?
Wah nggak… saya di Jogja saja. Di Jakarta saya ndak betah macetnya… Pernah delapan hari di Jakarta, baru tiga hari saja sudah cranky dan pengen mulih Jogja!
Kalo begitu, apa yang menyenangkan dari Jogja selain tentu alasan ‘karena aku orang Jogja’, Mas?
Waktu yang rasane berjalan lebih lambat. Hawa santainya itu kuat banget di sini meski ya jangan sampai terlena…
* * *
Oh ya, sisan wae aku, Donny Verdian, mengucapkan, Selamat ulang tahun QWERTY radio, Pamityang2an semoga semakin kesohor, Prab!
Nunut nanya ke Mas Bayu Pamura ya Mas Donny.
Saya termasuk yang akan beli salah satu produk NOKN karena bentuk dan teknologinya wangun tenan, tapi nggak/belum jadi karena sistem modularnya “proprietary” sehingga tidak bisa digunakan untuk beberapa tas/pouch merk yang beda yang saya miliki.
Nah, kira-kira ada rencana untuk menerapkan sistem MOLLE agar bisa kompatibel dengan tas-tas/asesoris lain yang mengadopsi MOLLE nggak Mas Bayu?
Maturnuwun.
MOLLE system-nya US Army ya mas? sejak lama kami mengamati sistem itu, dan sudah mendalami kelemahannya yaitu agak ribet dan susah instalasinya walaupun memang bisa sangat kuat attach-nya. Kami mengembangkan SlipJoint System, yang masih jauh dari oke, dengan berusaha bikin lebih mudah. Tapi, sejak beberapa orang menanyakan tentang MOLLE ini, kami berpikir untuk membuat semacam “adapter” yang bisa menghubungkan SlipJoint ke MOLLE. Sedang jadi bahan riset di NOKNlab.
Btw, hardliner tas juga ya mas? salam :)
Soal ribet dan susah instalasinya, sepertinya tergantung jenis asesoris “penyambung” yang digunakan Mas. Untuk asesoris “penyambung” yang digunakan untuk MOLLE ada macem-macem, ada tek-lok, malice clips, speed clips, tactie, grimlock, dll.
Kalau menggunakan tactie dan malice clips memang agak ribet, tapi kalau menggunakan speed clip cepet banget kok bongkar/pasangnya.
Aku (kayaknya) punya hampir semua varian produknya. Hahaha!
Iki bukan soal nglarisi temen sendiri loh, tapi dengan sadar pengen beli. Antara butuh dan seneng kok. Tenin. :D
Baru denger produk kreatif lokal ini, segera liat2 produknya ah..
Saya kenal Bayu dan kawan-kawan PYY kira2 menjelang akhir 2012,masing-masing cah2 di PYY punya produksi sendiri-sendiri, trus luat ada tas lucu. ya wis. ditumbas. sekalin mendukung teman yang sedang usaha. barang bagus kenapa gak dibeli. sekarang punya 3 seri Nokn. Mahal itu relatif. Kualitas itu mutlak. itu kenapa saya beli Nokn. Toh mereka membuka telinga buat mendengar keluh kesah dan saran buat produk mereka. Mantab!
Pingin beli ah, merek lokal gini harus disayang:)