Bahasa SMS

17 Feb 2008 | Cetusan

SMS - Short Message Services
Kemarin seorang kawan mengirim sms demikian:

Km bsk mau brngkt jam brp? Tlg pstkan smua brs sblm km plg ya. Ttdj, GBU!

Mengernyitkan dahi barang sebentar, lalu saya pun manggut-manggut memahami makna dari jajaran (dan jejalan) huruf-huruf yang sangat dominan penggunaan konsonan-nya tersebut.

Ya! Itulah Bahasa SMS.
Bahasa yang sebenarnya tidak asing, karena tetap berbasis pada bahasa kita sehari-hari.
Bahasa yang timbul karena orang butuh ngirit sehingga tidak membayar banyak untuk setiap sms yang hanya terbatas pada 160 karakter itu.
Bahasa yang ada karena orang butuh cepat mengetik diantara aktivitasnya yang menyibukkan.

… saya merasa lebih nyaman ketika menggunakan bahasa sebagai sesuatu yang menunjukkan identitas kita …

Sebenarnya toh layanan sms itu tak kurang baiknya.
Secara ekonomi, layanan ini saya anggap sebagai satu terobosan yang mahal karena sanggup menyampaikan pesan dalam biaya yang relatif murah.
Secara sekejap setelah terkirimkan, rata-rata pesan sudah tersampaikan di ponsel milik lawan komunikasi kita.
Coba bandingkan dengan penggunaan jasa telegram ataupun surat-menyurat pos biasa, tentu ada begitu banyak lonjakan yang harus kita akui adalah suatu pencapaian yang luar biasa baiknya bagi kita.

Tapi di sisi buruknya, kalau boleh dibilang begitu, secara tak sadar, banyak diantara kita yang tetap menggunakan bahasa sms ini ketika kita tidak sedang ber-sms sekalipun.
Contohnya, beberapa waktu lalu ketika saya sedang memimpin sebuah rapat, rekan berkirim pesan melalui kertas dengan bunyi demikian:

“Cpt diptskan saja! Jgn ksuwen nnt mlh bs ke mslh lainnya!”

Duh! Kebangetan nggak sih?
Untunglah saya sudah mengerti apa yang dimaksud, coba kalau tidak? Bukankah masalah justru timbul dari situ ?
Tapi sebenarnya kenapa pula aku harus mengerti? Bukankah dengan aku mengerti itu berarti aku ikut memberi lampu hijau untuk penggunaan bahasa yang sangat miskin terhadap penggunaan jenis huruf vokal a-i-u-e-o ini ?

Saya sendiri hingga saat ini memilih untuk tidak terlalu larut dalam penggunaan bahasa sms ini.
Bukannya tidak mau ngirit duit kirim mengirim sms atau memiliki waktu luang yang cukup untuk menulis secara lengkap, akan tetapi saya merasa lebih nyaman ketika menggunakan bahasa sebagai sesuatu yang menunjukkan identitas kita ketimbang mengirimkan huruf-huruf yang saling berjejal dan lebih menjadi simbol belaka ketimbang menjadi sesuatu yang penuh makna.
Dari sini saya pun belajar pula untuk menghargai orang lain dengan cara memberi kemudahan dalam membaca pesan kita.
Tidak terlalu berlebihan kan?

“Jd gmn msh mau pk sms sbg mdia u/ krm psn? Kl sy ttp tdk mau!”

Gambar diambil dari sini.

Sebarluaskan!

8 Komentar

  1. Blah.. paling sebel kalo dapat sms disingkat gituan, aku sendiri paling males nulis di singkat singkat, meskipun bukan di sms, kalo tidak terpaksa banget tidak ku singkat, meskipun itu cuma sebuah kata “yang” sekalipun.

    hayo hayoo budayakan menulis dengan lengkap jelas dan tepat.

    Balas
  2. kok nokia ya..kirain yang mau dipajang gambar iphone.. (mrenges mode:on)

    klo aku dapet sms kayak gitu (sering!, kadang urusan kerjaan), biasane emoh ku baca. klo dikomplain kan bisa mbalik ngomel “gak mudheng sms-mu”.

    Balas
  3. Percaya nggak, dari situ terlihat struktur cara berpikir seseorang… Hehe!

    Balas
  4. @DM: Percaya! Makanya kutulis demikian!

    Balas
  5. ada bahasa sms yang baru gxxx??
    q ngmgnya nyambung gx?

    Balas
  6. Klo sy tergantung sikon hehe…

    Balas
  7. :D Bahasa sms yang disingkat-singkat bikin capek Don.

    Balas
  8. Suruh pake whatsapp jadi ngga ada character limit, gratis lagi (asal ada bandwidth). Terus pake virtual keyboard yang ada kamus bahasa indonesianya (misalnya Swiftkey di Android), jadi ngga perlu disingkat2 lagi deh, lebih cepet malah. Cuma kadang2 musti dikoreksi jadi slang, karena terlalu sopan kalo dipake buat temen :)

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.