Ayolah, Wo!

21 Jul 2014 | Cetusan, Indonesia

Besok, 22 Juli 2014, akan jadi hari dimana Prabowo Subianto mendapatkan kepastian dari KPU, apakah cita-cita lawasnya untuk menjadi presiden akan terwujud atau tetap tergantung di langit menjadi awan.

Kurang lebihnya mungkin akan sama dengan perasaan dan pengalamanku dulu, mendapati namaku tak tertera dalam pengumuman Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

* * *

Cita-citaku dulu menjadi Ahli Bahasa Indonesia karena sejak kecil selain hobi menulis dan membaca, nenekku adalah mantan seorang editor buku yang berkutat dengan kata dan kalimat setiap harinya dan hal itu menjadi inspirasiku.

Semakin hari, cita-cita itu menguat dan mengemuka, mengembang menjadi awan yang menaungi. Aku lantas mendirikan anak tangga demi anak tangga untuk menggapainya.

Sewaktu SMP, ikut ekstra kurikuler jurnalistik dan menggemari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Buku-buku sastra Indonesia lama mulai kulahap meski volumenya masih naik-turun.

Masuk SMA, meski tak lagi ikut ekstra kurikuler jurnalistik, aku tetap memelihara cita-cita masa kecilku itu. Kecintaanku pada Bahasa Indonesia tetap tinggi apalagi guruku waktu itu adalah St Kartono, Guru Bahasa Indonesia di SMA Kolese De Britto Yogyakarta yang sangat brilian dan kini juga terkenal sebagai penulis buku dan artikel-artikel ilmiah di surat kabar berskala nasional.

Lulus dari De britto, aku mencoba peruntungan sekali lagi terhadap cita-citaku tadi dengan ikut ujian masuk ke Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sayang, aku gawal.

Titik itu lantas kujadikan sebagai ajang perpisahanku dengan cita-citaku sejak kecil menjadi Ahli Bahasa Indonesia.

Aku mencoba realistis untuk tidak lagi berpikir mengenai hal itu karena menurutku, keahlian itu selain ditunjang bakat yang muncul secara alami juga tetap perlu dilandasi pendidikan formal sesuai jalurnya.

Tapi ternyata sejatinya awan cita-citaku tadi belum lenyap tersapu angin atau mengembun lalu menjadi hujan. Ia masih menggantung tipis di atasku.

Meski anak tangga tak lagi kutambahkan sejak saat itu, tapi sesekali aku masih menaiki ke puncaknya untuk sekadar menatap lebih dekat cita-citaku sejak kecil itu.

Ketika aku dipercaya memimpin GudegNet, situs portal kota Jogja, 2000 – 2008 yang memiliki desk pemberitaan budaya dan seni kota Jogja, aku menemukan bentuk ?non-formal? dari implementasi cita-citaku masa kecil tadi.

Menulis dan mengedit tulisan orang kukerjakan setiap hari di GudegNet dengan penuh sukacita meski kerjaan tetapku waktu itu adalah di bidang IT.

Ketika gelombang besar trend online bernama blog menyeruak pada awal 2000-an, aku merasa api cita-cita itu terpantik lagi dan menyala hingga kini, tenggelam dalam pasion ngeblog, menulis berurusan dengan bahasa meski soal ahli atau tak ahli itu sudah menjadi topik yang tak penting lagi karena yang paling penting, pesan dalam otak dan hati tertuang dan kalian menikmatinya, kan?

Bagaimana dengan Prabowo Subianto?
Sejak kecil ia sudah bercita-cita menjadi seorang presiden.

Hal itu dikatakannya pada Kun Mawira, anak Paul Mawira (a.k.a Tan Goan Po – seorang ekonom yang termasuk dalam belasan keluarga pemberontak PRRI/Permesta yang menyingkir ke luar negeri) pada masa kecil ketika mereka tinggal di Hong Kong.

Sebagai seorang berkarakter kuat, setapak demi setapak, ditegakkannya anak tangga menuju ke awan cita-cita itu.

Sepulang dari luar negeri di akhir dekade 60-an, ia bergaul dengan banyak aktivis 66 termasuk salah satunya adalah Soe Hok Gie. Tahun 1970, ia memutuskan masuk ke Akmil meski Bahasa Indonesianya masih patah-patah.

Lulus dari Akmil (sempat tak naik kelas), Prabowo memiliki karir militer yang melejit termasuk salah duanya adalah dalam operasi militer di Timor Timur, 1976, lalu bersama Kopassus menjadi pembebas sandera OPM di bawah pimpinan Kelly Kwalik di Mapenduma, Papua, 1996.

Posisinya sebagai menantu Soeharto, penguasa rezim Orde Baru karena menikahi anaknya, Titiek, semakin memantapkan jalur yang ia bangun.

Dengan lejitan karir yang begitu cepat, ia seolah menempatkan diri di bawah sorot lampu panggung perpolitikan nasional sebagai sosok yang menjanjikan di masa depan.

Namun sayang, gelegar tragedi 1998 menghentikan cita-cita Prabowo. Namanya dikaitkan dengan penculikan para aktivis yang beberapa diantaranya bahkan hingga kini belum diketahui nasibnya.

Ia diberhentikan dari karir militer lalu menenangkan diri ke Yordania beberapa tahun lamanya. Tak seberapa lama, ia kembali lagi ke Indonesia, menceburkan diri ke dunia politik bersama Golkar. Pada Pilpres 2004 yang akhirnya dimenangkan SBY-JK, Prabowo ikut bertarung di level konvensi partai tapi ia dikalahkan Wiranto, mantan atasannya yang lantas berpasangan dengan Gus Sholah, adik Gus Dur.

Tapi Prabowo adalah Prabowo. Sosok teguh yang tegar. Ia tak berhenti di situ.?Menjelang PEMILU 2009, Prabowo mendapatkan kendaraan politik baru bernama Partai Gerindra, Gerakan Indonesia Raya, partai yang salah duanya digagas oleh Ahmad Muzani dan Fadli Zon.

Ia hampir jadi capres pada PEMILU 2009, tapi pada detik-detik terakhir, ia konon kehilangan dukungan dan akhirnya pasrah menjadi cawapres bagi Megawati, orang yang lantas menjagokan Jokowi, lawan politiknya pada lima tahun sesudahnya.

Kalah telak dari SBY-Budiono dalam sekali putaran, Prabowo tak berhenti dengan cita-cita masa kecilnya itu.

Ia menua, tapi anak tangga demi anak tangga yang dibangunnya makin kukuh dan tinggi, masyarakat tahu itu. Lima tahun belakangan, ia ?bergerilya? dari media ke media, organisasi ke organisasi demi membuat namanya diingat orang.

Hasil terbaiknya menurutku selain merekrut kader-kader muda nan brilian bagi Gerindra juga adalah ketika ia sukses membawa Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan menempatkan Ahok, kadernya di Gerindra, sebagai wakil gubernur pada PilGub DKI Jakarta 2012.

Sesudahnya, mudah ditebak, ia mencalonkan diri sebagai presiden didukung oleh partai-partai besar serta ormas-ormas yang tak kalah besarnya. Pertarungannya dengan Jokowi – JK adalah pertarungan yang elegan nan ksatria meski terpaan isu kampanye negatif dan kecurangan adalah bumbu media setiap hari yang berpendar-pendar di antaranya.

* * *

Aku ingat betul bagaimana reaksiku ketika membuka lembar demi lembar koran Kedaulatan Rakyat yang kubeli waktu itu dan memuat pengumuman hasil UMPTN.

Semula aku begitu optimis bahwa aku pasti masuk karena semua pertanyaan dalam ujian kulahap habis dan menyisakan sangat sedikit keraguan saja. Bayang-bayang menjadi Ahli Bahasa Indonesia di depan mata, aku merasa anak tangga terakhir yang kubangun telah menyentuh awan cita-citaku tadi.

Tapi apalah daya, aku tak menemukan namaku tertera di sana.
Beberapa waktu setelah menenangkan diri aku menelpon alm. Papaku dan mengabarkan kabar buruk itu. ?Ayolah, Don! Itu bukan satu-satunya cita-cita. Coba yang lain!? demikian ujarnya.

Dan besok, seandainya?rakyat memang benar-benar telah memutuskan untuk tak memberikan mandat kepada Prabowo Subianto untuk menjadi presiden ke-7 RI, inginku menjadi seperti seorang ayah baginya dan berujar, ?Ayolah, Wo! Masih ada hal lain yang bisa dilakukan dalam sisa hidup ini selain bercita-cita menjadi presiden!?

Ia sebenarnya tak perlu menjadi presiden. Ia masih bisa memanfaatkan waktu hidupnya untuk menjadi ?presiden? bagi keluarga kecilnya, ?presiden? bagi usaha bisnisnya dan kalau ada umur dan kesempatan, lima tahun lagi, memantaskan diri menjadi Presiden ke-8 RI pun bukan sesuatu yang haram dan kuyakin ia masih akan tetap gagah, berapi-api, teguh dan tegar meski angka umur menunjuk ke-68.

Ayolah, Wo!

blog_sudahlahWo

Sebarluaskan!

6 Komentar

  1. Dia punya peluang sekali di 98 untuk melancarkan jalan lebih cepat ke kursi Presiden dgn bermain kasar.
    Tetapi sayang, nyali-nya tak sebesar keinginannya.

    Aku yakin dia mundur teratur nanti..

    Balas
    • Yup!
      Semoga kemundurannya tidak membawa getah yang tak menyenangkan ya. Aman selalu!

      Balas
  2. Mungkin dia akan legowo setelah pakai Jawbone

    Balas
    • Waaaaaa…. lucu nek iki!

      Balas
  3. Jawbone Up apa Jawbone Up 24 Mas?
    *salah fokus*

    Balas
    • Up24 lah :) Gigi biru :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.